webnovel

Janji suci

Acara ulang tahun sudah hampir di mulai dan seluruh keluarga besar meri telah hadir termasuk paman anton dan bibi lusi. Mereka datang dari pulau seberang karena memgetahui acara hari itu adalah acara yang penting.

Seorang pembawa acara naik ke panggung kemudian membacakan rangkaian acara. Di mulai dari kalimat pembuka, hingga pengucapan janji suci.

Meri merasa sedikit aneh dengan susunan acara terakhir.

"janji suci? Aku tidak ingat ada acara seperti itu" gumam meri hampir tak terdengar oleh orang di sekitarnya.

Ilham hanya tersenyum menyaksikan raut keheranan di wajah meri. Dia merasa meri sama sekali tak menduga kejutannya di akhir acara ulang tahun ini.

Rangkaian demi rangkaian acara telah di lakukan, hingga tiba pada pengucapan janji suci. Pembawa acara memanggil nama-nama yang memiliki peran di dalam pelaksanaan kegiatan itu.

"meriana rezki, andrean wijaya, rido al-fatih, rafa ramadhan,..." pembawa menyebutkan sejumlah nama lain termasuk nama kedua orang tua meri dan paman anton beserta istrinya.

Meri sedikit canggung dengan acara dadakan ini. Keluarganya maupun ilham tak pernah mengatakan akan ada acara seperti ini sebelum prosesi potong kue dan tiup lilin untuk junior.

Ridho mengulurkan tangannya untuk menjemput meri seperti seorang pangeran yang menjemput tuan putri.

"aku akan mengantarmu untuk kedua kalinya ke altar. Tapi kali ini ada ayah" ujar rido sambil berjalan beriringan bersama meri menuju ke altar yang berada di taman belakang gedung.

Meri mulai menebak-nebak apa yang kemudian akan terjadi, itu membuatnya semakin gugup. Telapak tangannya terasa lembab karena keringat, rido yang memegang tangan meri merasakan hal itu. Dia hanya tersenyum menenangkan meri dengan anggukan kepala.

Di altar sudah menunggu ayah meri, ibunya, paman anton, bibi lusi, rafa, rido, andre, ilham dan seorang pria paruh baya yang tidak meri kenal.

Orang-orang itu duduk melingkari sebuah meja dengan dua kursi saling berhadapan.

"apa ini acara pernikahan?" meri bertanya pada rido dengan sedikit berbisik.

"Mmm, ini kejutan untukmu dari kami semua" jawab rido santai.

"kalian sangat berhasil" sindir meri.

Rido sudah mengetahui hal itu dari wajah meri yang terlihat tegang bercampur kepolosan. Ini semua adalah ide ilham dan di setujui oleh semua pihak termasuk wali meri dan juga sudah diketahui mantan suaminya. Andre di beritahu oleh rafa sesaat sebelum masuk ke aula dia bertemu dengan rafa di luar gedung dan mereka mendapat bocoran. Berkat kecerdasannya, andre akhirnya tahu mengenai kejutan itu.

Meri duduk di samping ilham yang sudah mengambil tempat terlebih dahulu di hadapan pria paruh baya dan ayah meri.

"apa ini rencanamu?" tanya meri berbisik pada ilham.

"Mmm" ilham hanya bergumam untuk membenarkan tebakan meri.

Setelah kalimat sambutan pembuka serta nasehat pernikahan. Tibalah saat ketika ilham berjabat tangan dengan ayah meri, mengucapkan ijab qabul dengan pengeras suara. Meri menegang mendengar ucapan ijab qabul itu dan seketika terharu meneteskan air mata saat kata "sah" menggema di altar pernikahan itu.

Ilham menyematkan sebuah cincin berlian indah dengan ring membentuk nama meriana rezki sebagai pengikat hubungan mereka. Meri mencium punggung tangan ilham dan di balas dengan kecupan ringan di dahinya.

Entah karena rasa haru, bahagia atau karena malu kecupan itu di tunjukkan di hadapan banyak tamu. Meri merasa kecupan itu sangat berbeda dari yang biasanya.

Acara kemudian berlanjut dengan tiup lilin dan pemotongan kue simbolik ulang tahun junior serta peresmian pernikahan pasangan baru itu. Junior menggenggam pisau di ikuti tangan meri kemudian tangan ilham yang menutupi tangan meri dengan sempurna.

Tepuk tangan riuh saat junior memberikan suapan pertamanya kepada meri kemudian ilham dan di susul anggota keluarga lain.

Acara itu sengaja tidak menggunakan terompet atau kembang api demi menjaga kesehatan junior. Hanya ada kemeriahan dekorasi warna warni di sebelah sisi dan dekorasi putih dengan penuh bunga di sisi yang lain.

Meri berdiri menerima ucapan selamat. Mereka duduk bersama di altar dengan meri yang masih merasa terkejut dengan akad nikah dadakan itu.

Ilham menyerahkan sebuah kertas akta nikah dan buku nikah berwarna hijau dan merah ke tangan meri.

"hari ini, aku memenuhi janjiku"

"janji?" meri sedikit bingung dengan ucapan ilham. "ah janji kau akan datang menjemputku" tebak meri.

"kau mungkin tidak ingat. Saat kau masih koma, aku mengatakan akan memberimu surat nikah di hari ke 1000 setelah kau berhasil bangun. Ini hari yang ke seribu itu. Aku juga merasa kaget setelah menghitung ulang tahun ketiga junior bertepatan dengan hari ke 1000 itu"

Meri terdiam sejenak mengingat angka 1000 yang di ucapkan ilham. Dia sudah berhasil mengingat angka 100 yang menjadi misteri saat ia di hantui serpihan ingatannya.

"jadi angka 1000 itu janjimu... Aku pikir itu bertepatan karena aku koma selama tiga bulan. 1000 hari itu artinya dua tahun sembilan bulan, jika di tambah usia junior tiga bulan saat aku terbangun, itu menjadi tepat tiga tahun. Ini sebuah takdir yang menyenangkan" ujar meri dengan mata berbinar-binar.

"apa kau bahagia?"

"tentu saja" jawab meri spontan.

"meri, masih ada suatu janji yang juga ku tepati hari ini. Kau ingat saat ada seorang pria mengatakan dia akan menunggumu sehari saat kau kembali dari Los Angeles?"

Meri mengingat sejenak. "aku ingat, itu anak paman anton dan bibi lusi" ingatan meri sangat kuat jika itu kejadian sebelum ia mengalami trauma. "apa pria itu kau?" meri tak percaya dengan ucapannya sendiri.

"mereka orang tua angkatku. Ibuku dan bibi lusi adalah sahabat"

"apa kau serius? Ini terlalu fantastis untuk di bayangkan" meri masih merasa tak percaya.

"aku serius. Waktu itu aku juga tidak tahu wanita yang ku ajak berbicara adalah meri yang ku kenal. Bibi lusi hanya mengatakan itu keponakan paman anton. Baru saat insiden bersama jackob, aku mengawasimu di rumah sakit. Ketika paman anton dan bibi lusi menjengukmu, aku merasa yakin kau memang takdirku. Karena itu aku tidak pernah menyerah untuk bisa kembali padamu. Sebagai tambahan, aku juga sejak awal memperoleh dukungan ibumu dan rafa"

"bagaimana mungkin?" meri semakin penasaran.

"aku menemui ibumu dan rafa beberapa hari setelah kau tahu mengenai masa lalu ibumu. Berkat dukungan paman anton dan bibi lusi, aku akhirnya mendapatkan restu mereka. Barulah sejak itu aku mulai meminta seseorang mengawasimu 24 jam. Aku harus menjaga calon istriku agar hal buruk tak kembali terulang" ujar ilham dengan bangga.

"aku ingat sekarang. Jadi semua informasi yang di berikan rafa kepadaku saat di telfon dulu itu agar aku membuka hati untukmu. Dan kau juga memperoleh restu ibu karena itu saat andre kembali ke Indonesia, ibu adalah satu-satunya orang yang bersikeras tidak akan menerima andre. Hahaha kau licik" meri tertawa memikirkan permainan cantik dari ilham untuk bisa memilikinya.

"dalam peperangan, tidak ada yang namanya licik. Ini semua kecerdikan bukan kelicikan. Jadi nyonyaku, waspadalah dengan suamimu ini" goda ilham.

"mengapa aku merasa kalimat itu seperti gambaran mesum di kepalamu" meri menunjuk dahi ilham yang mendekati wajahnya kemudian mendorongnya dengan lembut agar menjauh.

"istriku ternyata sangat pintar. Tapi sedikit interupsi. Setelah menikah, tidak ada kata mesum untuk pikiran nakal seorang suami kepada istrinya. Kita sudah resmi menikah, aku suamimu dan kau istriku. Negara dan agama sudah mengakui hubungan itu. Bersikap baiklah padaku mulai hari ini, detik ini juga" ilham menekankan tiga kata terakhirnya.

"baiklah. Lupakan masalah itu. Janjimu mengenai aku sudah kau penuhi. Bagaimana dengan junior?"

"kita akan berangkat besok malam, bersama dengan junior. Pengobatannya akan segera di mulai sehari setelah kita tiba di paris. Tapi ngomong-ngomong, dimana andre dan maria membawa junior?"

Di tempat lain, maria sedang duduk bersama andre dan junior menikmati makanan mereka sambil bersenda gurau. Tak lama boy datang bergabung bersama mereka.

"kau datang" kata andre.

"tentu saja. Kau membawa kabur istriku jadi bagaimana bisa aku membiarkannya" goda boy.

Maria hanya tersenyum menyaksikan candaan dua pria yang tak lain suaminya dan pria yang mengaku sebagai suaminya.

"halo jagoan" sapa boy membelai kepala junior.

"halo uncle"

"maria, kau akan melahirkan bulan ini. Apa kau berencana melahirkan di sini?"

"rencananya aku akan kembali ke bali dan melahirkan di sana. Bukankah bali tempat kelahiranmu?" tanya maria.

"iya" jawab andre dan boy bersamaan.

"kalian partner sejati" puji maria melihat betapa kompak dua sahabat di hadapannya itu.

Próximo capítulo