webnovel

Cahaya Musim Semi yang Menawan

Editor: Wave Literature

"Siapa dia? Fang Yuan atau Fang Zheng?" Beberapa murid berbisik-bisik – banyak dari mereka yang masih tak bisa membedakan kedua saudara kembar itu.

"Itu Fang Zheng. Fang Yuan selalu terlihat dingin; ia tak akan terlihat setegang itu," jawab seseorang.

"Oh, kalau begitu ini akan seru. Bagaimanapun juga, hanya Fang Zheng sajalah yang memiliki bakat bernilai A di desa kita saat ini." Para murid melihat lapangan lekat-lekat.

Fang Zheng bisa merasakan tatapan mereka, dan itu membuatnya bertambah gugup. Jari-jemarinya sedikit bergetar saat ia berdiri di depan.

Ia kemudian melempar moonblade pertamanya – dengan niat untuk menancapkannya ke dada boneka itu. Namun karena ia terlalu tegang, ia meleset; moonblade menancap bagian leher boneka itu.

Para murid yang menonton pun langsung terkejut.

Mereka berpikir bahwa Fang Zheng sengaja melakukannya. Bukannya menargetkan bagian dada – yang merupakan area termudah – ia malah menargetkan leher boneka itu. Secara tidak langsung, Fang Zheng menunjukkan kemampuan menyerangnya yang luar biasa.

Mereka semua menantikan gerakan Fang Zheng selanjutnya. Hanya Gu Yue Mo Bei dan Gu Yue Chi Cheng yang berwajah masam.

Di antara semua yang ada di sana, hanya sang ketua akademi dan Fang Yuan yang dapat melihat kesalahan Fang Zheng.

"Itu berbahaya sekali!" Ia menyahut dalam hati sambil menatap moonblade miliknya – di saat yang bersamaan, ia juga merasa beruntung. Ia menarik napas beberapa kali dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Kemudian ia melempar dua moonblade. Kali ini ia sama sekali tidak membuat kesalahan – kedua moonblade itu menancap di dada boneka itu.

Sang ketua yang menyaksikan hal itu menganggukan kepalanya. Mo Bei dan Chi Cheng pun ikut merasa lega. Hasil akhir Fang Zheng berbeda dari milik mereka, dan semuanya akan bergantung pada keputusan sang ketua.

Murid-murid yang lain mendesah. Penampilan kedua Fang Zheng tidak menarik, membuat mereka sedikit kecewa.

Kelompok-kelompok yang selanjutnya pun juga tidak menarik pula. Tak ada yang bisa melebihi Mo Bei, Chi Cheng, dan Fang Zheng. Para murid pun mulai berbisik-bisik.

"Kalau begini terus, nilai tertinggi hari ini akan dimiliki oleh salah satu dari mereka bertiga."

"Mereka bertiga berhasil menancapkan semua moonblade mereka. Aku penasaran siapa yang akan dianggap paling baik oleh sang ketua."

"Tunggu dulu, itu kelompok yang terakhir. Fang Yuan akan maju."

"Oh, si bakat bernilai C yang 'jenius dan dingin'? Heh heh."

Tepat ketika giliran kelompok terakhir tiba, Fang Yuan akhirnya maju ke depan.

"Itu si Fang Yuan…." Gu Yue Mo Bei mengangkat kepalanya dan melihat Fang Yuan sesaat; lalu ia menolehkan pandangannya dengan tidak peduli.

"Kemarin kau hanya beruntung; Gu Moonlight yang kau miliki lemah, jadi kau bisa menjadi nomor satu. Kita lihat saja penampilanmu kali ini!" Gu Yue Chi Cheng memeluk kedua lengannya – menunggu Fang Yuan melakukan kebodohan.

"Kakak…. Kali ini, aku tak akan membiarkanmu. Aku sudah berlatih dengan sangat keras – aku yakin aku bisa mengalahkanmu." Di antara kerumunan, Gu Yue Fang Zheng mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan mengepalkan kedua tangannya.

Di ujian yang sebelumnya – ketika para murid ditugaskan untuk mengembangkan Gu daya hidup mereka – ia yang memiliki bakat bernilai A hanya meraih peringkat kedua. Tentu saja ia tidak senang akan hal itu. Apalagi karena ia tahu bahwa Fang Yuan berhasil menang karena keberuntungannya semata – hal itu membuatnya bertambah kesal. Bagi Gu Yue Fang Zheng, bisa mengalahkan kakaknya adalah hal yang spesial dan penting baginya.

Banyak orang yang menatap Fang Yuan, termasuk sang ketua akademi. Fang Yuan tak bereaksi apapun; ekspresinya terlihat dingin dan cuek.

Ia berdiri dalam diam; cairan primeval miliknya masuk ke dalam tubuh Gu Moonlight yang bertengger di telapak tangannya. Dengan satu gerakan memotong di udara, ia melempar moonblade pertamanya.

Moonblade itu terbang sangat tinggi. Tidak hanya melewati kepala si boneka, namun moonblade itu juga terbang melewati tembok bambu. Ia terus melayang sejauh 15 meter sebelum cahayanya memudar dan wujudnya lenyap.

"Pfffft…" Seseorang tertawa.

"Sungguh memalukan," Seseorang yang lain mengejek.

"Ia benar-benar seorang yang jenius. Tak heran ia bisa mendapat peringkat satu." Ujar seseorang dengan nada sarkastik.

Dulu, ketika Fang Yuan membuat puisi dan menunjukkan kejeniusannya, para anggota klan sudah merasa resah dan tidak senang. Setelah ia mengandalkan keberuntungannya dan meraih peringkat pertama dalam kultivasi Gu, ini semakin membuat mereka iri dan tidak bisa menerimanya.

Banyak dari mereka yang ingin menyaksikan sebuah "pertunjukan yang bagus". Mereka ingin melihat Fang Yuan "si jenius" mempermalukan dirinya sendiri – dan moonblade miliknya tadi tidak mengecewakan mereka.

Suara tawa pun memenuhi kerumunan.

Sang ketua akademi tertawa dalam hati sembari menggeleng. Mengapa ia harus peduli dengan Fang Yuan? Bakatnya hanyalah bernilai C, dan ia hanyalah anak laki-laki yang mendapat peringkat satu karena keberuntungannya saja.

Ia sudah menentukan pilihannya. Meskipun nilai Mo Bei, Chi Cheng, dan Fang Zheng sama, ia tetap akan memilih Fang Zheng sebagai pemenangnya.

Persaingan antara Gu Yue Mo Bei dan Gu Yue Chi Cheng adalah cerminan dari pertarungan politik antara kedua tetua klan yang paling berpengaruh di desa. Sang ketua akademi selalu bersikap netral, dan ia tidak berniat untuk memihak salah satu kubu.

Sang ketua sendiri lebih condong ke arah ketua klan Gu Yue Bo – dan Fang Zheng merupakan keturunannya. Apalagi dengan fakta bahwa ia memiliki bakat bernilai A – sehingga para petinggi klan akan memahaminya jika ia memilih Fang Zheng sebagai nomor satu. Itu juga menunjukkan kepeduliannya terhadap anak itu.

Angin musim semi yang hangat menerbangkan aroma bunga ke lapangan. Matahari menyinari tubuh Fang Yuan – memperlihatkan bayangannya yang menempel di tanah.

Ekspresi wajahnya masih terlihat dingin ketika ia menatap boneka rumput yang terletak sejauh 10 meter darinya. Moonblade di telapak tangannya mengeluarkan cahaya biru yang samar.

Lemparan tadi memang sengaja ia buat agar meleset. Sekarang, ia hanya memiliki dua kesempatan lagi. Mengingat posisi sang ketua akademi, ia harus melakukan sesuatu yang di luar dugaan orang-orang agar bisa meraih posisi pertama.

"Dengan dua kesempatan yang kau punya, kau tak mungkin akan berhasil. Kakak, akhirnya aku mengalahkanmu." Kedua mata Gu Yue Fang Zheng menatap Fang Yuan tanpa berkedip. Bayangan sang Kakak yang selalu melingkupinya kini perlahan mulai menghilang.

Fang Zheng bisa merasakan kemenangannya semakin dekat. Kedua kepalan tangannya semakin mengencang, dan tubuhnya bergetar akibat terlalu bersemangat.

"Kakak, kemenanganku kali ini adalah sebuah permulaan. Selanjutnya, aku akan terus mengalahkanmu hingga aku berhasil menghilangkan semua bayanganmu. Aku akan membuktikan pada klan bahwa aku memang seorang jenius dengan bakat bernilai A!" Fang Zheng berseru dalam hati.

Namun, tepat pada saat itu juga, Fang Yuan beraksi. Tangan kanannya bergerak bagai sebuah pisau yang tajam.

Dengan suara yang terdengar tajam, cahaya biru di tangannya mulai terlempar. Cahaya itu terbang di udara dan berubah menjadi moonblade – lalu meluncur ke arah boneka rumput tersebut.

Dengan cepat, tangan kanan Fang Yuan langsung mengeluarkan cahaya biru lagi. Ia menggerakkan tangannya dan melempar moonblade yang ketiga. Kedua serangan itu saling bertautan dengan lembut bagai air yang mengalir.

Kedua moonblade itu melayang dengan cepat – jarak antara keduanya kurang dari satu meter. Di bawah tatapan kerumunan, kedua moonblade menancap tepat di bagian leher boneka.

"Ini…" kedua mata Fang Zheng membelalak – sebuah perasaan yang buruk mulai muncul di hatinya. Sejenak kemudian, para murid pun membuka mulut mereka sembari memasang ekspresi terkejut.

Mereka melihat kepala boneka itu mulai bergerak dan jatuh ke tanah. Kepala itu memantul dan berputar sejauh 2-3 meter.

Fang Yuan telah memenggal boneka itu!

Kejadian itu benar-benar di luar dugaan semua orang.

"Apa itu keberuntungan atau keahlian?" Sang ketua akademi mengernyitkan keningnya. Keraguan yang ia rasakan juga memenuhi seluruh hati para muridnya. Untuk sejenak, lapangan itu menjadi sunyi.

"Bagaimana mungkin…" Fang Zheng menggumam. Ia menatap Fang Yuan dengan pandangan kosong – perasaan yang ada di hatinya semakin memburuk hingga ke titik terendah.

Fang Yuan menyipitkan kedua matanya – seakan-akan ia tidak menyadari semua tatapan yang tertuju ke arahnya.

Klak, klak…

Di bawah langit biru dan awan putih, sekumpulan burung beo pelangi tiba-tiba mengepakkan sayap mereka dan terbang di udara. Ekor mereka yang panjang dan berwarna-warni membuat suara ketukan di udara.

Fang Yuan berdiri di tengah lapangan dan melihat ke atas. Di bawah sinar mentari, bulu-bulu yang berwarna-warni itu terlihat jauh lebih indah. Ekspresinya datar, seakan-akan orang yang baru saja memotong kepala boneka tersebut bukanlah dia.

"Ah, cahaya musim semi itu benar-benar menawan…" Ia mendesah dalam hati.

Próximo capítulo