Setelah ia kembali ke kuil kecil yang berada di belakang Kota Putih itu, Zen Master Muda pun kemudian menyeka butiran keringat yang ada di dahinya dengan menggunakan lengan bajunya.
"Terima kasih atas kerja kerasmu." ucap suara yang dalam dan juga serak yang kembali terdengar dari dalam kuil tersebut.
"Aku tidak menggunakan terlalu banyak energi untuk menghajar anak sekecil itu."
Ujar Zen Master Muda yang kemudian berpaling dan memandang tumpukan tongkat kayunya yang berserakan di luar pintu kuil itu, sebelum ia kemudian menggelengkan kepalanya. Setelah itu, ia pun telah bersiap untuk membungkukkan badannya untuk memungut tongkat - tongkat kayu itu.
Namun, gerakan tersebut justru memperburuk luka yang ada di dalam tubuhnya.
Whoa!!!
Kemudian, darah segar pun termuntahkan dari mulutnya hingga terlihat seperti kabut, dan darah itu pun mewarnai pintu kuil serta tongkat - tongkat kayu yang tipis itu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com