"Lagipula, aku harus berterima kasih karena kamu sudah berlatih dengan begitu keras. Aku yakin tidak akan ada orang yang mengira kalau akulah yang telah membunuhmu."Kata Master Zhuo sambil tersenyum,
"Tempat ini adalah tempat tertinggi di Puncak Pedang. Bahkan, orang yang telah mencapai tahap Breaking Sea sekalipun tidak akan bisa melihat apa yang terjadi disini tanpa menggunakan Piercing Discernment yang spesial."
"Kamu harus membunuhku terlebih dulu jika kamu tidak ingin ada orang yang mengetahui tentang hal ini."
Tidak lama kemudian, Zhao Layue mengayunkan tangannya, kilatan cahaya pedang yang berwarna hijau kemudian keluar dari lengan bajunya dan terbang dengan kecepatan tinggi di depan lereng gunung itu.
Pedang hijau itu sangat lincah dan juga sangat cepat, membentuk lapisan cahaya yang juga berwarna hijau muda dan seakan tidak bisa ditembus, bahkan oleh angin sekalipun.
"Sudah cukup baik. Sepertinya kamu sudah hampir mencapai tahap Inherited Will." puji Master Zhuo yang menyaksikan pemandangan ini.
Di balik kegelapan malam, Jing Jiu pun menganggukkan kepalanya dan ia lebih memperhatikan metode yang digunakan oleh Zhao daripada level kultivasi yang dicapai oleh gadis itu.
Karena sudah tidak ada lagi kesempatan untuk melancarkan serangan kejutan, akan lebih baik jika pedang lebih dulu dikeluarkan dan dipersiapkan untuk bertahan.
Namun, yang sekarang menjadi masalah adalah perbedaan level mereka yang teramat sangat jauh. Gadis itu tidak akan mampu melindungi dirinya sendiri.
Jing Jiu pun beranggapan kalau Zhao Layue pasti akan mati malam ini. Kecuali, ada keajaiban yang terjadi.
Tekad - tekad pedang yang ada di Puncak Pedang sangat tidak terkontrol, malam pun semakin larut dan alam terus mengalami puluhan ribu perubahan dan keajaiban yang mungkin terjadi itu... adalah Jing Jiu sendiri.
"Pria itu tidak mungkin bisa dikalahkan..."
Ujar Jing Jiu dalam hati.
Dengan levelnya saat ini yang bahkan lebih rendah dari gadis itu, ia tidak mampu memberikan pertolongan padanya, kecuali jika pria berpakaian abu - abu itu terus berdiam diri di tempatnya.
Akan tetapi, siapa yang mau berdiri ditempat dan menunggumu untuk melancarkan serangan?
Jing Jiu lalu melirik gelang yang ada di pergelangan tangannya dan ia terus berusaha untuk mencari metode yang mungkin bisa ia gunakan.
Saat itulah pertarungan antara Zhao dan pria itu dimulai.
Tidak ada kejutan yang terjadi dalam pertarungan itu. Kamu bahkan bisa menyebutnya sebagai penindasan.
Angin malam mulai bertiup, awan - awan pun mulai berarak, dan sebuah pedang terbang yang berwarna abu - abu, dalam sekejap mata, telah terbang sejauh tiga ratus meter dan mencapai lereng gunung itu.
Suara dentingan pedang yang beradu terdengar berulang kali dan suara itu terdengar sangat pelan.
Belasan percikan api bermunculan dari lapisan cahaya yang berasal dari pedang hijau itu.
Jing Jiu tahu bahwa percikan api kecil itu sebenarnya menyimpan kekuatan layaknya guntur dan petir, yang sangat besar.
Namun, Teknik Pedang Arus dari Puncak Bihu juga memiliki kekuatan yang tidak kalah agresifnya.
Beberapa saat kemudian, lapisan cahaya yang terbentuk dari pedang hijau itu dihancurkan dengan mudah oleh pedang yang memiliki kekuatan sekuat petir.
Pedang hijau itu pun terjatuh ke tanah layaknya seonggok besi.
Zhao Layue yang sedang duduk bersila di guanya tidak mendapatkan kesempatan untuk menghindar.
Setelah beberapa kali terdengar suara benturan, tubuhnya ternyata telah tertusuk berulang kali, ada tujuh lubang yang muncul di tubuhnya, sebelum pedang abu - abu itu mundur.
Ketujuh lubang yang terus mengeluarkan darah itu tersebar di seluruh tubuhnya, darahnya terus menetes dan membuatnya terlihat sangat mengerikan.
Wajah Zhao terlihat begitu pucat seperti salju, ia terbaring di lereng gunung itu, dengan darah yang terus menetes dari dari mulutnya, matanya pun terlihat begitu pucat dan lemah.
Pertarungan pedang selalu seperti ini. Sederhana dan jujur. Menang kalah, bahkan hidup dan mati. Semua berakhir dengan begitu cepat.
Kenyataan bahwa yang kuat akan selalu menjadi kuat terlihat dengan jelas dalam pertarungan pedang terbang dan kenyataan ini sangat kejam.
Pihak yang lebih lemah, akan mendapati kalau pedangnya tidak akan pernah bisa menyentuh musuhnya, jadi bagaimana mungkin ia bisa memenangkan pertarungannya?
"Apa ada yang ingin kamu katakan untuk terakhir kalinya?"
Tanya Master Zhuo pada Zhao Layue dengan wajah yang tetap tanpa emosi, sambil terus berjalan di lereng gunung itu.
Ini bukanlah keadaan dimana sang pemenang menghina dan mempermainkan pihak yang kalah sebelum membunuhnya.
Jika Master Zhuo menginginkannya, Zhao Layue pasti sudah mati.
Zhuo bertanya karena orang - orang yang ada di belakangnya ingin mengetahui hal apa yang sedang diselidiki oleh Zhao Layue dan sebanyak apa informasi yang sudah ia dapatkan.
Hal yang terpenting adalah, siapa yang menyuruhnya melakukan hal itu, apakah Puncak Qingrong ataukah Puncak Tianguang?
Perkataan seorang pria pasti bisa dipercaya.
Pria itu berharap dirinya bisa mendapatkan informasi yang berharga.
Zhao Layue mengangkat wajahnya untuk memandang pria itu dan ia lalu berkata, "Yang ingin kukatakan adalah, kamu tidak seharusnya mendekat kepadaku."
Keajaiban yang dinantinya terjadi ketika ia berbicara.
Gelang yang ada di pergelangan tangan Zhao tiba - tiba berubah menjadi kilatan cahaya perak, seperti seekor ular yang menerjang kedepannya, gelang itu memanjang menjadi cambuk pedang, yang kemudian mengikat Master Zhuo!
Zip, zip!!!
Muncul beberapa sobekan di jubah abu - abu nya.
"Kamu pikir, kamu bisa selamat dengan menggunakan benda ini?" tanya Master Zhuo yang memandangnya dengan tatapan dingin.
Pedang terbang abu - abu itu kembali muncul, pedang itu berusaha untuk menembus cambuk pedang yang membelitnya.
Wham!!!
Titik temu antara pedang terbang abu - abu dan cambuk pedang itu memancarkan api listrik yang ukurannya sebesar kepalan tangan.
Namun, cambuk pedang itu tidak terputus seperti dugaan Zhuo.
Ekspresi wajah Master Zhuo pun sedikit berubah karenanya.
Apa yang terjadi??
Cambuk pedang itu semakin mengencangkan ikatannya, sampai mengiris kulit Zhuo, darah pun mulai mengucur dari tubuhnya.
Ia berteriak, saking marahnya.
Murid - murid Sekte Gunung Hijau biasanya membawa cambuk pedang saat mereka berpatroli, untuk memudahkan mereka mengejar dan menangkap binatang ataupun setan - setan.
Cambuk pedang ini adalah senjata magis yang paling umum digunakan, kualitasnya bahkan lebih rendah daripada pedang terbang yang paling buruk sekalipun.
Bagaimana mungkin pedang terbangnya tidak berhasil menghancurkan cambuk pedang ini?
Apa yang sebenarnya terjadi? Barang itu terbuat dari apa?
Hanya dalam waktu singkat, Master Zhuo telah berpikir tentang banyak hal dan merasa kalau ada yang istimewa pada cambuk pedang ini. Benda ini tidaklah sesederhana, seperti apa yang terlihat.
Benda ini mungkin adalah benda pusaka yang terlindungi sihir, yang diberikan oleh figur penting di sembilan puncak gunung, atau mungkin diberikan oleh Ketua Sekte.
Terpikirkan akan kemungkinan ini, Zhuo menyesali kelalaiannya.
Namun ia tidak takut, ataupun khawatir.
Jika cambuk pedang ini adalah benda pusaka sekalipun, level Zhao Layue masih terlalu rendah dan dengan luka yang dideritanya, bagaimana mungkin Zhao bisa membalikkan keadaan?
"Kamu pikir, kamu bisa membunuhku dengan cara seperti ini?"
Master Zhuo menatap mata Zhao, ia pun tidak berusaha untuk menyembunyikan kemarahan dan niat jahatnya.
Pedang terbang abu - abu itu lalu kembali ke sisinya dan ia kemudian menyimpannya.
Ia lalu mengontrol Pil Pedangnya, dengan sinar- sinar tekad pedang yang memancar, seperti pisau - pisau kecil yang keluar dari tubuhnya, menahan cambuk yang semakin kencang membelitnya.
Awan - awan di sekitar yang terdorong menjauh, membuat tubuh Zhao Layue disinari bintang - bintang.
Tubuhnya berlumuran darah, darahnya merekatkan rambut pendeknya ke wajahnya, namun hal itu tidak terlalu menyeramkan, sedangkan ekspresi matanya masih terlihat sangat tenang, seperti hewan muda yang bersiap untuk melancarkan serangan terakhirnya.
Pedang terbangnya telah hancur dan cambuk pedangnya berhasil ditahan. Entah apa lagi yang bisa ia lakukan?
Zhao Layue lalu melemparkan pukulan dengan tinjunya.
Ia menggunakan teknik tinju level awal.
Teknik tinju yang sama seperti yang dilatih setiap hari oleh murid - murid baru di hutan yang ada di Pine Pavilion Selatan.
Teknik tinju ini sangat umum, digunakan untuk membantu murid - murid baru itu berlatih agar bisa mencapai tahap Possession of Virtue.
Tidak ada yang menyangka kalau teknik tinju ini bisa digunakan dalam pertarungan antara dua orang pendekar pedang.
Tidak ada yang istimewa dengan caranya melayangkan tinju - tinjunya, hanya saja tinjunya cukup akurat, sama seperti sosok kecil yang mempraktekkannya di halaman kitab pedang itu.
Tapi, ketepatannya tinjunya itu juga sangat akurat.
Puluhan tinju mendarat di tubuh Zhuo bagaikan air hujan.
Kepalan tangannya memang kecil, namun sangat keras.
Seorang pendekar pedang level Undefeated, yang dihujani dengan tenaga Chaotic Sword, akhirnya tidak mampu lagi bertahan.
Thud, thud!!!
Jubah abu - abunya pun penyok di lebih dari sepuluh titik.
Master Zhuo lalu memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Zhao Layue mengibaskan pergelangan tangannya untuk menggerakkan cambuk pedangnya agar membelit leher pria itu, dan menyeretnya ke lereng gunung. Kaki Zhao yang sedari tadi masih bersila lalu secepat kilat menendangnya, mendarat tepat di punggungnya.
Pria itu kembali memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Zhao Layue, yang kakinya masih menempel dipunggung pria itu, meluruskan kakinya dan menarik badannya ke,belakang, sehingga cambuk pedangnya tertarik kencang, lurus bagaikan sebatang pensil.
Ia berusaha untuk menarik leher pria itu hingga putus dengan memanfaatkan berat badannya.
Cambuk pedang itu bergetar hebat, bergerak dengan perlahan di tubuh pria itu dan menimbulkan suara gesekan yang memekakkan telinga.
"Kamu memang Zhao Layue, namun kamu tidak akan bisa membunuhku dengan cara seperti ini." ujar Master Zhuo dengan nafas memburu.
Pedang terbang abu - abunya terjepit di antara lehernya dan cambuk pedang yang membelit lehernya.
Ia merasa sangat marah, mengingat dirinya sudah terjebak di dalam keadaan yang memalukan ini dikarenakan seseorang dari generasi muda dengan level yang jauh lebih rendah dari dirinya.
Namun, seperti apa yang ia katakan, Zhao Layue tidak akan bisa membunuhnya dengan cara seperti ini.
Perbedaan antara dua level kultivasi biasanya tidak akan bisa dijembatani hanya dengan keberanian, kecerdasan, ataupun hal - hal lainnya.
Darah segar terus mengucur keluar dari tubuh Layue dan kucurannya bahkan menjadi lebih deras karena tenaga tarikan yang ia tujukan pada Master Zhuo.
Wajah Zhao menjadi semakin pucat dan sinar matanya pun menjadi semakin redup.
Ia tahu kalau kematiannya akan tiba, saat ia sudah tidak lagi memiliki tenaga untuk menggenggam cambuk pedangnya.
Pada saat itu, awan - awan yang ada di bagian tertinggi di puncak gunung itu kembali terdorong sedikit lebih jauh dan bintang - bintang di langit mulai bermunculan.
Master Zhuo tertegun karena apa yang ia lihat.
Walaupun cambuk pedang itu masih membelit lehernya, namun ia justru teralihkan perhatiannya oleh hal lain.
Entah dari mana datangnya pria yang muncul di hadapannya itu.
Seorang pemuda yang mengenakan pakaian berwarna putih.
...
...
Dalam pertarungan hidup dan mati, yang membuat perhatiannya teralih bukanlah tentang betapa tampannya pemuda yang berpakian putih itu, namun karena, ia tidak bisa mengerti bagaimana caranya pemuda berpakaian putih ini bisa tiba - tiba muncul di sini.
Master Zhuo benar - benar tertegun, galau, dan ia bahkan merasa kebingungan.
Sebelum ia melukai elang muda itu, ia sudah memeriksa keadaan di sekitar dan tidak mendapati keberadaan orang lain di sini.
Selama pertarungan mereka berlangsung pun, ia yakin kalau tidak ada suara, tarikan nafas, detak jantung, dan langkah kaki yang terdengar di sekitar bagian tertinggi dari puncak gunung ini.
Sepertinya, pemuda berpakaian putih ini muncul begitu saja, atau mungkin ia sudah berdiri di sana sejak awal.
Tapi, jika ia memang sudah sejak tadi berdiri di lereng gunung, kenapa aku tidak melihatnya, bahkan tidak merasakan keberadaannya?
Apakah ia seorang pendekar pedang level Free Travel yang mampu menyembunyikan keberadaannya di langit dan bumi?
Tidak mungkin, bahkan pendekar pedang level Free Travel sekalipun tidak akan mampu melakukan hal itu.
Apakah ia hantu?
Dalam waktu singkat, Master Zhuo telah memikirkan tentang banyak hal, dan banyak kemungkinan, namun ia tetap tidak menemukan jawaban yang ia cari.
Jing Jiu tidak memberinya banyak waktu untuk berpikir, ia pun lalu mengangkat tangannya.
Master Zhuo akhirnya merasakan adanya bahaya besar, pupil matanya mengecil, ia ingin segera pergi dari tempat ini, namun ia terikat oleh cambuk pedang itu dan ada sepasang kaki yang mengunci tubuhnya dari belakang punggungnya.
Jing Jiu dengan sekuat tenaga mendaratkan tangannya di leher pria itu.
Terdengar suara pukulan yang keras dan menusuk telinga, dengan percikan api yang terlihat begitu mengagumkan yang menyebar ke sekitarnya.
Kejadian ini berlangsung begitu cepat.
Teriakan Master Zhuo yang memilukan dan suara pukulan itu berhenti dengan tiba - tiba.
'Buk!!!'
Kepala Master Zhuo terjatuh dari lehernya bagaikan buah yang sudah matang jatuh dari pohonnya.
Kemudian, terlihatlah wajah Zhao Layue dan matanya yang masih begitu jelas terlihat hitam dan putihnya.
Darah segar yang tersembur dari lubang leher mayat yang tidak berkepala itu, terlihat seperti kembang api di sebuah perayaan, atau mungkin seperti air terjun yang mengalir keatas.
Mereka berdua pun bertatapan ditengah percikan bunga - bunga darah yang begitu merah di sekitar mereka.
...
...