webnovel

Harapan yang sia-sia

Pangeran Nizam mengucapkan salam, Putri Reina hampir pingsan menahan perasaannya. Ia lalu menjawabnya dengan gemetar. Akhirnya sepasang mata tajam dari seraut wajah yang diimpikannya siang dan malam menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat Ia terka. Pangeran Nizam menghampirinya tersenyum tipis lalu menyimpan tangan di kepala Putri Reina dan berdoa. Doa yang diucapkan adalah doa pengantin pria kepada pengantin wanita untuk meminta semua kebaikan dan semoga terhindar dari keburukannya.

Putri Reina menatap pangeran Nizam dengan penuh cinta. Dan Pangeran Nizam menatap istrinya penuh rasa kasihan. Tetapi tentu saja Ia tidak dapat menyalahkannya. Karena yang salah adalah orang-orang yang ada di sekitar mereka. Yang memaksa mereka untuk menikah hanya karena alasan politik.

Sepasang mata yang bulat dan besar, rambut yang coklat kemerahan dan mata yang biru. Pangeran Nizam tidak munafik Putri Reina adalah memang gadis yang sangat cantik. Ia berbeda dengan anak kecil yang sering Ia lindungi dulu. Anak kecil itu bertumbuh montok, pipinya gembil dan bergigi roges.

Anak kecil yang sering Ia beri coklat dan permen diam-diam karena kalau ketahuan ibunya Ia akan diomelin karena memberikan permen sembarangan kepada calon istrinya. Mengingat giginya sudah rusak karena kebanyakan makan permen. Anak kecil itu sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang luar biasa cantiknya.

Pangeran Nizam sejak dulu tahu bahwa Putri Reina adalah calon istrinya. Sebelum bertemu dengan Alena Ia tidak menganggap hal ini masalah besar dan sebenarnya Ia menerimakan tanpa banyak protes. Saat itu yang tidak mengerti apa itu cinta. Tetapi sejak Ia bertemu Alena Ia baru tahu apa itu cinta. Alena, ya Alena, dari segi fisik Alena dan Putri Reina memiliki kecantikan yang berbeda.

Alena sangat cantik dengan tipe wajah Asia. Kulitnya tidak terlalu putih tetapi kuning sedikit coklat seperti kulit buah sawo yang masih muda. Bibirnya mungil sedikit tebal. Matanya sama besar dengan mata Putri Reina tetapi berbeda warna. Jika mata Putri Reina bersinar lembut tetapi seperti menyembunyikan sesuatu.

Mata Alena bersinar sedikit genit,sayu dan polos. Matanya terkadang bagaikan mata bayi terkadang lagi bagaikan mata seorang wanita jalang. Hidung Putri Reina tentu saja sangat mancung, Sementara hidung Alena tidak terlalu mancung tetapi sangat proporsional. Ada pesona secara sensual yang dimiliki oleh Alena yang tidak dimiliki oleh para gadis lainnya. Hal inilah yang menyebabkan Alena banyak disukai oleh para pria termasuk dirinya.

"Apa yang Mulia mau dibantu untuk bertukar pakaian? " Tanya Putri Reina sambil berdiri karena melihat Pangeran Nizam hanya terdiam saja. Melihat Putri Reina berdiri Pangeran Nizam sesaat tercengang melihat tubuh Putri Reina yang tinggi semampai itu hanya memakai gaun tidur putih tipis dan menerawang. Apa yang ada didalam nya tampak nyata terlihat. Nafas Pangeran Nizam serasa terhenti melihat sepasang dada yang membusung indah.

Putri Reina bukannya tidak tahu bahwa pangeran Nizam sedang terpesona. Ia malah semakin mendekat dan memegang bahu Pangeran Nizam hendak membantunya membuka pakaian. Karena tubuh itu mendekat hampir saja muka pangeran menyentuh sepasang gunung yang membusung indah itu.

Pangeran Nizam seketika bangkit dari duduknya. Ia lalu menahan tangan Putri Reina oleh tangannya dan menurunkannya perlahan. Lalu pergi menuju meja kecil dengan dua kursi yang semuanya terbuat dari emas. kecuali tempat duduk dan sandaran kursi yang terbuat dari beludru bersulam emas.

"Sebaiknya kita ngobrol dulu Putri, Kebetulan Aku sedikit haus. " Pangeran Nizam pindah duduk ke kursi tersebut. Putri Reina segera mengambil teko yang berisi kristal yang dalamnya ada campuran minuman khusus yang disediakan untuk pengantin. Ia lalu menuangkannya untuk pangeran Nizam. Pangeran Nizam mengambil gelas itu diiringi senyuman Putri Reina yang memabukkan.

Putri Reina sangat senang melihat pangeran Nizam hendak meminumnya. Karena ia sudah tahu selesai Pangeran Nizam meminumnya maka mereka akan segera bercinta. Pangeran Nizam mengangkat gelas itu dan hendak meminumnya. Tetapi sesaat sebelum gelas itu menyentuh bibirnya. Pangeran Nizam terdiam lalu menurunkan kembali gelasnya. Ia tersenyum pada Putri Reina. Ia baru sadar kalau yang dipegangnya bukan minuman sembarangan. Air minum untuk pengantin adalah minuman lezat yang disiapkan oleh para tabib khusus kerajaan.

Dalam minuman itu tercampur ramuan penambah libido dan vitalitas. Begitu meminumnya maka akan muncul rangsangan yang sangat kuat untuk melakukan percintaan. Minuman ini efeknya mirip dengan seperti yang pernah diminum Alena pada waktu hendak diperkosa oleh George, hanya bedanya yang ini terbuat dari berbagai macam jenis tanaman dan madu bukan obat kimia. Yang meminumnya hanya akan merasa gairah meningkat tetapi tidak sampai kehilangan kesadaran.

Putri Reina tertegun melihat Pangeran Nizam tidak jadi meminum air Salwahya yang Ia berikan. Minuman Salwahya adalah minuman khusus yang selalu ada di malam pertama yang diberikan kepada sepasang suami-istri yang akan menjalani malam pertama. Bagi pengantin pria wajib meminum air tersebut tetapi bagi pengantin wanita tidak harus. Jika pengantin pria tidak meminumnya berarti sama saja dengan memberikan suatu pertanda bahwa pengantin pria tidak bersedia untuk bercinta dimalam pertama. Putri Reina memegang erat teko berukiran indah itu dengan erat. buku-buku jarinya Sampai memutih saking kerasnya ia memegang teko tersebut.

"Mengapa yang Mulia tidak meminumnya?" Suara Putri Reina terdengar gemetar. Ia merasa sedang di dorong ke tepi jurang yang sangat dalam oleh suaminya sendiri.

"Aku ingin meminum air putih, berikanlah air putih biasa untukku" Pangeran Nizam menyenderkan tubuhnya ke Sandaran kursi. Putri Reina tidak berani berkata lagi Ia segera berjalan hendak mengambil air putih untuk suaminya. Putri Reinapun berjalan ke arah kulkas yang ada dipojok. Memperhatikan Putri Reina berjalan dari belakang juga membuat pangeran Nizam menjadi jengah. Tubuh telanjang yang hanya dilapisi oleh gaun tidur berenda itu seakan meminta untuk didekap erat dari belakang. Pangeran Nizam memalingkan mukanya. Padahal tubuh itu sebenarnya sudah menjadi haknya.

Putri Reina mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas membuka tutupnya dan meuangkan ke gelas kristal yang sudah tersedia di atas meja. Pangeran Nizam meminumnya. Putri Reina hanya berdiri mematung di depan Pangeran yang sedang minum.

" Duduk lah Putri. "

" Mengapa yang Mulia terlihat sangat berbeda dengan pangeran yang hamba kenal 11 tahu yang lalu. Kenapa Yang Mulia terlihat tidak memperdulikan hamba? " Putri Reina mulai menuntut penjelasan. Putri Reina sangat gelisah Ia lalu melirik ke tempat tidur melihat sprei indah berwarna putih yang terbentang di atas ranjang. Sprei itu seharusnya segera bernoda darah kesuciannya dan lalu sprei itu diberikan kepada ibu mertua dan ibundanya untuk segera diberikan kepada Mak Andam ( semacam dukun pengantin yang khusus menangani ritual pernikahan di kerajaan Azura ) agar ritual perayaan kesuciannya dapat segera dilaksanakan.

Seharusnya hal ini tidak berlangsung lama. maksimal tiga puluh menit maka sprei itu seharusnya sudah ternoda. Tapi sekarang sudah hampir satu jam. Pangeran Nizam hanya terdiam saja. Orang-orang diluar sana pasti sudah gelisah. Jangan-jangan mereka menuduh dirinya sudah tidak suci lagi. Ia kemudian menggigil membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya jika sprei itu tetap bersih dari noda darah kesucian sampai pagi. Ia pasti dipukuli oleh ayahnya habis-habisan.

Dilempar alas kaki oleh semua orang dan diceraikan oleh suaminya untuk kemudian hidup menyendiri selamanya sampai mati. Sprei yang tidak ternoda menunjukkan Ia sudah tidak suci lagi. Mencoreng muka keluarga, menyiram kotoran ke muka keluarganya. Ia akan dianggap sebagai wanita yang tidak bermoral.

Pangeran hanya terdiam sambil tetap minum air putihnya sedikit demi sedikit. Kemudian dia berkata.

"Putri Reina..Aku meminta ruang dan waktu kepada mu, Aku bukannya ingin mempersulit dirimu."

Kata-kata Pangeran Nizam terdengar lembut tapi bagi Putri Reina seperti suara petir disiang hari. Kata-kata Pangeran Nizam sudah sangat jelas menggambarkan bahwa Ia akan tetap akan memiliki kesucian sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.

"Apa yang Mulia sedang menghukum hamba? Apa yang Mulia sangat tidak menyukai hamba? Apa hamba begitu menjijikkan sampai yang Mulia tidak berkenan untuk menyentuh hamba?"

"Hmmm.." Pangeran Nizam hanya mengguman membuat Putri Reina menjadi sedikit kalap.

"Yang mulia akan membunuh hamba, sebelum hamba dibunuh oleh Ayahanda hamba maka hamba akan membunuh diri sendiri. "

Putri Reina tiba-tiba berlari ke tempat tidur mengambil sesuatu dari balik bantal dan Pangeran Nizam langsung melompat dari duduknya begitu melihat putri Reina mengambil pisau yang terbuat dari gading. Ia akan menghujamkan pisau itu ke perutnya tapi Ia kalah cepat dari Pangeran Nizam. Hanya secepat kilat tangannya sudah dicekal oleh pangeran Nizam. Kemudian pisau itu direbut, lalu tubuh Putri Reina diangkat dan kemudian dibanting ke atas ranjang. Ranjang pengantin sampai berderak saking kerasnya bantingan itu. Putri Reina menjerit kesakitan.

Para pelayan,penjaga, dokter dan perawat tidak ketinggalan Ratu Sabrina dan Ratu Kulsum mendengar keributan yang terjadi. Mereka tidak mendengar apa yang sedang dibicarakan tetapi mendengar suara berderak tempat tidur serta jeritan Putri Reina mereka menduga bahwa Pangeran Nizam sudah melaksanakan kewajiban nya. Suara orang-orang yang mengucapkan rasa syukur terdengar. Ratu Kulsum tersenyum bahagia dan Ratu Sabrina memeluk Ratu Kulsum serta mengucapkan selamat.

Próximo capítulo