webnovel

Kejutan pertama

Rasanya,setelah kejadian kemarin hal yg paling ingin dilakukan nita adalah tidak bertemu dengannya.

Tapi lelaki yg hari ini paling dibencinya tidak ada jadwal kegiatan apapun, dia hanya berdiam diri dirumah.

"bubu, lihat ini"axel menarik tangannya"hari ini ayah ulang tahun, aku mau kasih kejutan padanya, ayo kita beli hadiah"

"benarkah? "

"iya, sekarang ini ayah sedang di ruang kerjanya. tadi aku sudah bilang kalo aku akan ke toko buku dengan bubu"

"Baiklah.."nita tersenyum,walaupun enggan dia tidak bisa menolak ajakan axel.

Dia bergegas mengambil tas nya dan segera berangkat mengantar axel membeli hadiah untuk ayahnya.

Axel sangat pintar memilih kado untuk ayahnya itu, dia membelikannya sebuah jam tangan.

"dengan ini ayah akan mengingat waktu, dan mengajak aku dan bubu jalan-jalan"

nita tersenyum geli melihat kelakuan axel yg sama sekali tak terduga,tapi lebih baik tidak ada acara jalan-jalan untuk saat ini.

"bubu mau kasih ayah hadiah apa? "

"ah, itu agak sulit juga"nita melihat ke arah semua toko, setelah beberapa lama,ada satu toko yg menarik perhatiannya"ayo kita kesana"

Axel kebingungan saat mereka memasuki toko buku.

"mau cari apa disini?"

"ayahmu kan seorang dokter, jadi dia perlu pulpen buat menulis resep"

"pulpen ayah sepertinya sudah banyak deh"

Nita tidak memperdulikan perkataan axel, matanya terhenti di sebuah benda berupa pulpen di sebuah kotak kayu yg terlihat antik.Dan dia memutuskan untuk membeli pulpen itu sebagai hadiahnya.

Mereka juga membeli sebuah kue dan lilin. Mungkin hadiah axel bertujuan untuk menyadarkan ayahnya agar mengingat waktu untuk bersama dia, tapi tujuanku adalah mengingatkan dia tentang perjanjian kami. Dimana dia sudah melampaui kontrak.Tapi anehnya, dari dalam dirinya sepertinya melakukan penolakan untuk mengeluarkan aura kebenciannya. Yg terpikirkan adalah ketakutan hubungan ini akan menjadi berubah keluar dari perjanjian.

Aku harus lebih bisa menekan perasaanku sendiri, umpatnya dalam hati.

Nita melihat axel yg begitu tidak sabar memberikan hadiahnya, mata axel tidak pernah beranjak dari benda penunjuk waktu yg tertempel di dinding ruang makan.

Axel bertingkah lucu yg membuat nita gemas dan memeluknya"kamu pasti sudah tidak sabar memberikan hadiah itu,ternyata kamu sangat menyayangi ayahmu"

"orang pertama yg kusayang itu ayah dan yg kedua itu bubu! "

"Aku? "tatapannya begitu lekat ke arah axel,dia sebetulnya ingin mengungkit soal ibu kandungnya tapi sepertinya gagal. Entah kenapa,aku sangat teramat senang axel berkata seperti itu. Dengan kata lain, akulah yg lebih menyayanginya melebihi apapun.

"ayah.. "axel beranjak menghampiri sosok ayahnya yg sedang berjalan menuju ruang makan.

"kemarilah"dia menuntun langkah yoga"aku dan bubu tadi beli kue ulang tahun untuk ayah, dan juga ini hadiah dariku, selamat ulang tahun ayah"

Ciuman dari axel mendarat di pipi ayahnya itu

"baiklah, terima kasih"yoga mengelus dengan penuh kasih sayang kepala axel.

"bubu ayo berikan hadiahnya"suara axel mengagetkan nita.

Sontak saja nita memasang wajah dingin untuk memrpelihatkan pada yoga dan berkata, hari ini aku sangat marah!!.

Tapi senyuman dari yoga seperti menandakan aku sudah menguasaimu sekarang.

"Sepertinya bubu kamu itu sedang marah"

Dan, ucapan itu terdengar seperti sindiran yg dilemparkan ke arahnya diucapkan dengan sengaja dihadapan axel.

"bubu marah kenapa? "

Nita tertawa kecil, dia tahu yoga menggunakan axel sebagai kelemahannya.

"Baiklah, ini"nita menyodorkan bingkisan yg dibelinya tadi dengan sikap dingin.

"terima kasih"

Seraya menerima bingkisan dari nita, tiba-tiba lelaki itu mendaratkan satu ciuman di pipi nita.

Mendadak matanya membulat terbelalak, mulutnya sulit mengeluarkan kata-kata, dan tentu saja wajahnya memerah. Apalagi axel juga ikut mengejek wajahnya yg memerah itu.

Dari ujung matanya, dia melihat yoga yg tersenyum dan memperhatikannya, sepertinya dia tahu nita sedang terkejut atas tindakannya tadi. Dia tidak melepaskan pandangannya dari sosok nita.

Apa-apaan ini? perasaan nita berkecamuk, pertahanan yg kemarin sudah roboh,hari ini tersapu gelombang tidak bersisa, hanya karena satu ciuman terima kasih.

Dan yoga masih bisa tersenyum setelah mempermainkannya.

Nita mencoba tetap tenang dan mengendalikan emosinya.

Ada sesuatu yg harus disadarinya saat ini, ternyata hatinya mulai goyah.

Nita menyadarkan dirinya, mungkin ciuman tadi itu hanya sebagian dari aktingnya dihadapan axel.

Próximo capítulo