Seiji Takahashi 20 tahun pria, seorang novelis, sudah lama dia bekerja pada suatu penerbit untuk merealisasikan karya - karya nya, setelah lama menggeluti pekerjaan itu dia tidak terlalu memikirkan kehidupan romantis ataupun mencari seorang istri.
Seiji saat berada di pendidikan di Sekolah Menangah Atas dia pernah mengalami yang namanya cinta sebelah kepada anak pembantu di rumahnya, pertemuan mereka terjadi ketika seorang ibu dari anak pembantu itu sedang sakit dan anaknya memberitahukan kondisi ibu nya tersebut kepada Seiji.
Seiji yang saat itu sedang dirumah seorang diri di kagetkan dengan kedatangan gadis cantik yang umur nya 2 tahun diatasnya, dengan masih mengenakan seragam sekolah gadis itu terlihat manis di matanya.
Seiji yang sedang membaca light novel langsung menghentikan aktifitas nya tersebut dan lalu melihat kearah gadis tersebut.
"Maaf aku kesini ingin menyapaikan sesuatu, ibu ku sedang sakit jadi hari ini dia tidak bisa melakukan pekerjaannya." tegas gadis itu.
Seiji hanya terdiam saat melihat gadis itu.
"Halo? apa kamu dengar?" tanya gadis itu dengan sembari melambaikan tangan nya ke depan muka Seiji.
"Ahh iyah maaf ada apa?" dengan kaget Seiji menjawab.
"Hari ini ibuku sedang sakit mungkin untuk beberapa hari dia tidak bisa melakukan pekerjaan nya." kata gadis itu kepada Seiji.
"Ah iyah, tidak masalah." kata Seiji dengan bermuka yang masih melongo.
"Apa kau baik - baik saja? ada yang aneh denganku?" gadis itu sembari melihat ke dirinya.
"Ah, tidak, tidak ada yang aneh dengan kamu kok." tegas Seiji dengan menggelengkan kepala nya.
"Hmmm, oh iyah karena ibuku tidak bisa melakukan pekerjaan nya, untuk selama beberapa hari aku akan menggantikannya gimana?" tanya gadis itu?
"Ah, eh?" Seiji sontak kaget.
"Begini, apa tidak apa - apa kamu menggantikan ibu kamu? aku tidak bisa percaya kepada seorang gadis sekolah untuk urusan rumah." Tegas Seiji.
"Tidak sopan yah, gini - gini aku juga bisa melakukan pekerjaan rumah, apa kamu kira aku ini orang yang sangat pemalas?" balas gadis itu dengan marah.
"Ah, tidak bukan seperti itu, hmm, sekarang jarang sekali ada gadis sekolah yang bisa melakukan itu, makadari itu aku merasa . . . ." belum Seiji selesai berbicara gadis itupun berkata.
"Tenang saja serahkan saja padaku, aku tidak akan mengecewakan mu."
"Ok lah kalo begitu, aku serahkan padamu." Seiji pun akhirnya menyetujui perkataan gadis itu.
3 hari setelah hari itu gadis itu rajin mengunjungi rumah Seiji sebagai menggantikan ibunya, gadis itu datang dengan seragam sekolah, mungkin karena tidak sempat untuk pulang kerumahnya dulu gadis itu langsung ke rumah Seiji sehabis pulang sekolah.
Seiji seperti biasa masih melakukan kebiasaannya membaca novel dikamarnya tanpa memperdulikan gadis itu, mereka sama sekali jarang berkomunikasi.
Tok . . . Tok . . .
Sampai suara ketukan dari pintu Seiji terdengar.
Seiji lalu membuka kan pintu tersebut, Seiji tahu bahwa yang mengetuk pintu itu adalah seorang gadis dari anak pembantunya itu.
"Yah, ada apa?" tanya Seiji.
"Hmm, sudah 3 hari aku melakukan pekerjaan di rumah ini tapi aku masih belum tau nama kamu, aku Reina, Reina Hasegawa." tegas Reina.
"Aku Seiji, Seiji Takahashi, panggil saja Seiji gak apa - apa." Seiji menaruh tangan nya di dadanya, seperti perkeanalan pada umumnya.
"Kalo gitu panggil aku Reina juga tidak apa - apa." Reina dengan bersemangat.
Setelah mereka mengenal satu sama lain, mereka berbicara banyak hal, seperti mengenai sekolah dan hobi mereka, Reina sepertinya sangat bersemangat untuk berbicara dengan Seiji entah apa yang merasuki nya, Reina selalu saja mengajak Seiji berkomunikasi setiap hari sejak hari itu.
Reina adalah seorang gadis kelas 3 sekolah menengah atas, Reina adalah seorang gadis periang dan sangat asik untuk diajak berbicara, dan Reina sangat supel sekali maka dari itu tak heran banyak teman - teman nya menyukai sifat Reina tersebut, Reina bergabung dalam ekstrakulikuler yaitu voli wanita, terlihat dari semangat dan postur tubuhnya Reina sangat pas sekali dalam kegiatan tersebut.
"Seiji sangat suka sekali dengan novel?" tanya Reina yang duduk di sebelah ranjang Seiji.
"Yah begitulah novel ini salah satu favorit ku." jawab Seiji dengan sembari membaca novel nya itu.
"Novel apa yang kamu baca Seiji?" Reina mendekatkan kepala nya ke arah Seiji dan sembari melihat konten novel tesebut.
"Owarghhh . . . ." Seiji terkaget.
"Sangat dekat sekali Reina" dalam hati Seiji.
"Uwahh tidak . . . ." Reina memerah mukanya.
"Ada apa?" tanya Seiji dengan bingung.
"No . . . . . no . . . . . novel ny. . . nya . . . . sangat tidak senonoh." kata Reina dengan tergagap.
Seiji langsung menutup novel nya, dia lupa saat itu dia sedang membaca novel yang ada adegan tidak senonoh nya, lalu Seijipun kelabakan untuk menjelaskannya kepada Reina, dan muka nya pun ikut memerah juga seperti Reina.
"Ah . . . ini bukan . . ."
"Tidak, tidak apa - apa kok anak laki - laki pasti selalu begitu, aku tau itu." Reina berkata dengan mukanya yang masih memerah.
"Ah . . . ." Seiji tidak bisa berkata apa pun kepada Reina.
Setelah itu keadaan menjadi sunyi, mereka berdua hanya dudu bersebelahan dan tidak saling berbicara, karena novel tidak senonoh itu membuat kedaan mereka menjadi canggung.
Hari telah menjadi gelap Reina pun kembali kerumahnya.
Seiji yang selama ini selalu melihat Reina timbul rasa suka kepadanya, Seiji pun selalu tidak sabar untuk menunggu hari esok hanya untuk bertemu Reina, walau hanya bertemu itu bisa menangkan dan menyenangkan hatinya, Seiji yang tidak ingin membuat hubungan mereka menjadi canggung dan terputus Seiji terpaksa harus menyimpan perasaan kepada Reina secara dalam - dalam.
4 hari telah berlalu keadaan ibu Reina sudah pulih dan hari itu menjadi hari terakhir Reina mendatangi rumah Seiji.
Tok . . . tok . . . suara pintu kamar Seiji.
"Iya silahkan masuk." Seiji pun mempersilahkan masuk.
"Hai, Seiji seperti biasa kamu selalu membaca novel - novel itu." Reina langsung duduk di ranjang Seiji.
"Ahaha . . . yah ini sangat menyenangkan soalnya, tidak ada kegiatan lain yang sangat menyenangkan selain membaca novel - novel ini." tegas Seiji sembari tersenyum.
Mereka sepeti biasa memulai pembicaraan mereka seperti biasa, saat - saat itu sangant menyenangkan Seiji pun juga sepertinya senang sekali sama seperti ia sedang membaca novelnya, Seiji tampak sangat bahagia, bahwa ia tahu bahwa hari ini adalah hari terakhir mereka bertemu, walau tidak terakhir juga mungkin mereka bisa bertemu lagi.
Seiji yang pada saat waktu lalu merekomendasikan beberapa novel miliknya kepada Reina, Reina pun mengembalikan beberapa novel milik Seiji yang sempat ia pinjam, dan mereka seperti biasa selalu membahas isi novel tersebut, dunia serasa milik mereka berdua.
Hari sudah berganti gelap, seperti biasa Reina pun berpamitan pulang kepada Seiji.
"Tunggu sebentar." Seiji memeganng tangan Reina yang hendak ingin pulang.
Reina menatap mata Seiji yang serius memandang kepada dirinya.
"Ada, apa Seiji?" tanya Reina kepada Seiji dengan tersenyum.
"Ah . . "
Tidak dipikirkan Seiji, apa yang dia lakukan hanyalah reflek untuk agar tetap bersama Reina, Seiji yang kebingungan ingin berbicara apa kepada Reina menjadi sangat kaku.
"Ah . . . itu . . . ." Dengan gugup Seiji berbicara.
"Hmm ?" Reina bertanya - tanya ada apa dengan Seiji.
Seiji dengan kepala nya seperti mengeras karena sulit untuk berbicara membuat keadaan menjadi sangat canggung, dan karena terlalu keras berpikir akhirnya Seiji berbicara.
"Ah . . . Reina AKU SUKA PADA MU, BERPACARANLAH DENGAN KU!!!" Seiji secara spontan berbicara seperti itu.
Karena keinginanya yang tetap ingin bersama Reina, secara tidak sengaja Seiji mengakui perasaan nya kepada Reina.
Keadaan semakin canggung, Reina pun terdiam saat mendengar pengakuan dari Seiji, Seiji pun juga terdiam dan memerah mukanya karena mengatakan pengakuan cinta nya kepada Reina.
"Ehh . . . tiba - tiba seperti itu." Reinapun menudukan kepala nya dengan wajah yang muram.
"Walau kita beda 2 tahun tapi perasaan ini benar - benar sungguhan, aku suka kepada mu Reina, jadi . . . ." Sebelum Seiji menyelesaikan kata - kata nya.
"Maaf." Reina pun langsung keluar dari rumah Seiji dan berlari kerumahnya.
Seiji yang merasa ditolak oleh Reina, serasa menyesal sekali mengucapkan pengakuannya itu, Seiji sangat, sangat , sangat menyesal sekali, orang satu - satu nya yang bisa dia ajak bicara hilang begitu saja karena pengakuannya.
Sejak hari pengakuan itu Reina tidak terlihat lagi, dia menghilang begitu saja entah kemana perginya.