webnovel

Chapter 6 [part 2]

Chapter 6 [part 2]

"Julio…" panggil seorang wanita di dekat Julio.

Wanita itu sedang memangku Chelsea yang sedang tertidur sementara Julio sedang duduk di sampingnya. Julio menoleh kepadanya karena namanya di panggil.

"Lihat adik mu ini." kata wanita itu.

Julio pun menengok ke Chelsea yang sedang tertidur dengan pulas, Julio hanya tersenyum lalu iseng menyentuh hidung Chelsea. Chelsea tidak bergerak sama sekali, ia tertidur sangat nyenyak sampai dia tidak merasakan sentuhan Julio.

"Hey… nanti bangun loh." kata wanita itu.

Julio hanya tertawa kecil karena keisengannya.

"Julio… Ibu ingin kamu menjaganya sampai Adikmu bisa menjaga dirinya sendiri. Meskipun sesulit apapun masalah mu, bila dia terkena masalah, bantulah dirinya lebih dahulu. Karena itu tugasmu sebagai Kakak, kamu mengerti?" kaya wanita itu dengan suara yang sangat lembut.

"Ya! Aku mengerti! Aku bersumpah akan selalu menjaga Chelsea sampai dia dewasa… eh, tidak! Tapi selamanya!" ucap Julio sambil tersenyum manis kepada ibunya.

Ibunya hanya tersenyum lalu menyuruh Julio mendekatinya, ia memeluk Julio. Julio merasa sangat nyaman dengan pelukan ibunya, ia berharap kalau ia bisa merasakan pelukannya sampai ia dan Chelsea dewasa.

Namun kenyataanya… itu tidak akan pernah terjadi

***

Julio terbangun dari tidurnya, ia menatap kesekeliling dan ia baru ingat kalau dirinya sedang berada di kamar Chelsea, saat ia ingin turun, tangan Chelsea masih memegangi baju Julio, ia pun melepaskannya perlahan. Setelah itu, Julio keluar dari kamar Chelsea dan menuruni tangga, ia baru ingat kalau ia harus membeli stok keperluan untuk keperluan mereka sehari-hari.

"Sialan, aku baru ingat kalau aku harus membeli beras, telur dan sayuran… pasta gigi juga sudah hampir habis, sabun juga. Haaah… merepotkan." kata Julio pada dirinya sendiri.

Julio juga baru ingat kalau ada uang yang di berikan oleh ayahnya sebelumnya, ia pun melihat ke meja, ia menatapi amplop coklat itu, ia berfikir apa ia harus menerima uangnya? Tapi, Julio mencoba untuk berfikir jernih.

"Ah sudahlah! Lagipula uang itu dari Pak kepala yayasan." kata Julio lalu mengambil sebagian uangnya.

Setelah itu, Julio pergi ke kamarnya dan menaruh amplop di bawah kasurnya agar tidak ada orang lain yang mengambilnya. Setelah itu, Julio pergi keluar dan saat membuka pintu, Herry sudah ada di depan pintu, entah berapa lama dia sudah ada disana dan entah sedang apa dia ada di depan pintu rumahnya.

"Woy! Kau sedang apa di depan rumah ku?" tanya Julio.

"Mengunjungi mu."

"Sejak kapan kau disini?"

"Baru saja, kelihatannya kau mau keluar ya?"

Julio memberi tahu Herry kalau ia akan pergi berbelanja ke supermarket, Herry pun langsung ingin ikut Julio berbelanja.

"Kenapa kau ingin ikut?" tanya Julio.

Herry ingin ikut karena khawatir. Ia khawatir karena melihat tembok yang retak karena di pukul oleh Julio dengan sangat keras. Ia juga ingin tau keadaan Kakak dan Adik ini, karena sebelumnya ia juga melihat kalau mobil Ayah Julio menuju rumah Julio. Julio hanya menghela nafas dan mengizinkan Herry untuk ikut. Julio juga berfikir, untuk memanfaatkan Herry untuk membawa belanjaanya.

Di perjalanan, Julio menceritakan tujuan kedatangan Ayahnya ke rumah mereka, kadang-kadang ia kesal sendiri saat sedang memberitahu Herry. Herry, menepuk pundaknya sebagai pemberi semangat. Herry juga bilang kalau ia akan membantu Julio saat dia sedang kesusahan. Julio memandang jijik Herry, karena kepedulian Herry yang jarang di tunjukan kepadanya. Herry pun kesal dan langsung menjitak kepala Julio lalu lari mendahului Julio.

Saat sampai di super market, Julio di bantu dengan Herry mencari bahan yang Julio catat untuk keperluan memasak sehari-hari Julio dan Chelsea. Saat di supermarket, mereka bertemu dengan Lily dan Bella. Bella juga sedang berbelanja, sepertinya Lily hanya menemaninya. Saat melihat Julio, Bella tiba-tiba menjadi gelagapan.

"J-J-Julio!? Sedang a-apa kamu disini?" tanya Bella.

"(Ada apa dengannya?)"

"Ah, sedang berbelanja, stok di rumah ku sudah habis, sepertinya kau pun sama ya?"

"Y-Ya begitulah, hahaha."

Herry melihat Lily yang tiba-tiba menekuk wajahnya saat melihat Julio menghampiri mereka, Herry tau memang Lily sedang marah kepada Julio karena saat dirumah sakit sebelumnya. Tapi, Herry merasa Lily marah karena sesuatu yang lain.

"Hey, kau kenapa?" tanya Lily.

"Hah? Kau bertanya padaku?" jawab Lily dengan suara yang mengesalkan.

"Menurutmu aku bertanya kepada siapa,hah!?"

"Bisa tidak berbicara dengan tidak menaikan suaramu!?"

"Kau duluan yang mulai!"

Julio dan Bella yang melihat itu langsung memisahkan mereka dan menjauh dari tempat itu, Julio memperingatkan Herry kalau sekarang ia berada di supermarket, jadi jangan berteriak. Herry hanya mengangguk dan meminta maaf. Herry menjelaskan kenapa ia berteriak kepada Julio, tapi Julio sudah merasa tidak aneh bila Herry dan Lily akan bertengkar bila bertemu.

Bella juga melakukan hal yang sama dengan Julio, tapi Lily tidak mengeluarkan satu kata pun, itu pun membuat Bella merasa tidak enak, ia menyuruh Lily untuk pulang bila ia tidak mau menemaninya. Seketika Lily langsung menolaknya.

"Tidak! Aku tidak mau!"

"Kalau begitu kenapa kamu terlihat tidak senang."

"Tidak apa-apa."

Bella hanya tersenyum lalu memegang kepala Lily.

"Ya sudah. Oh iya, jangan lupa kamu harus minta maaf ke Julio."

"Uhh! Kenapa harus minta maaf sih."

"Kamu lupa soal rumah sakit?"

Lily terdiam dan mengeratkan giginya, ia memang merasa sedikit bersalah karena marah kepada Julio. Ia juga berfikir kalau itu bukanlah salahnya, lagipula itu kesalahan Julio karena menanggung semua hukuman mereka dan itu membuatnya jengkel. Tapi, di sisi lain ia juga merasa sedikit bersalah, ia tidak memikirkan Julio yang sedang terluka saat itu. Jadi, Lily pun memutuskan untuk meminta maaf kepada Julio atas usul dari Bella. Tapi, ia belum bisa meminta maaf sekarang.

"Iya iya, aku akan minta maaf padanya, tapi bukan sekarang!"

"Lalu kapan?"

"Uuhhh… kamu itu, nanti juga aku akan minta maaf!"

Bella tersenyum karena Lily sudah mau meminta maaf, mungkin ia hanya belum siap, lagipula Lily jarang sekali meminta maaf kepada orang lain selain teman dekatnya.

Sesudah berbelanja, Julio dan Harry kembali pulang ke rumah Julio. Herry terlihat kelelahan membawa beras, sementara Julio hanya membawa sayuran dan yang lainya. Julio menawarkan agar biar ia yang membawa berasnya, namun Herry menolak.

"Hey, biar aku saja yang membawanya." ucap Julio.

"Uhk… Tidak usah, aku tidak apa-apa." kata Herry yang nafasnya terengah-engah.

"Jangan memaksakan dirimu."

"Wah, tidak biasanya kau perhatian padaku."

"Bukan begitu, Jika kau pingsan, siapa yang mau mengangkat berasnya? Mana mungkin aku bawa sendiri."

"Yee! Kau lebih peduli pada berasnya dari ada teman mu yang pingsan ya?!"

"Memang iya."

"Teman macam apa kau ini!"

Julio dan Herry masih setengah jalan menuju rumah Julio, di jalan mereka selalu bercanda bahkan hampir membuat Herry terjatuh karena tidak bisa menahan keseimbangan saat membawa beras.

Tiba-tiba, suasana hening, wajah Herry terlihat serius, ia ingin menanyakan sesuatu kepada Julio. Julio sudah tau dari raut wajah Herry kalau Herry pasti akan bertanya sesuatu yang serius.

"Hey, kau akan di hukum berapa hari?" tanya Herry.

"Entahlah, harusnya sekarang atau besok pihak sekolah memberitahuku."

Herry terdiam kembali, lalu bertanya apa yang akan dia lakukan selama dia di hukum, Julio yang mendengar pertanyaan langsung menjawab pertanyaan Herry.

"Aku akan mencari pekerjaan paruh waktu. Tidak mungkin aku akan diam saja di rumah setelah usaha susah payah ku."

Herry sedikit terkejut ketika mendengar Julio bilang usaha susah payahnya. Herry berfikir sejenak, ia mulai menyangkan kalau alasan Julio menanggung semua hukuman mereka karena untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Herry memang sudah mengetahui kalau Julio akan mencari pekerjaan, tapi ia tidak tau kapan Julio akan mencarinya.

"J-Julio, jangan bilang kalau sebenarnya kau sengaja menanggung semua hukuman itu agar kau bisa mencari pekerjaan paruh waktu."

"Tentu saja, semuanya sudah sesuai rencanaku, sebenarnya ada yang sedikit menyimpang seperti terlibatnya teman-teman Chelsea, Lily. Tapi, itu malah bagus untuk ku karena hukumannya pasti akan panjang... Ah iya, hanya kau yang tau ini, jadi tolong jangan bilang siapapun."

Herry berdiam diri, ia tidak menyangka kalau Julio bisa membuat rencana seperti itu, kalau seperti itu ia memiliki banyak waktu untuk mencari pekerjaan paruh waktu untuk membiayai sekolah ia dan Chelsea. Herry hanya menghela nafas lalu lanjut berjalan, ia memang sudah merasa aneh dengan alasan Julio saat di rumah sakit, ia tau Julio bukan lah orang bodoh yang mengambil hukuman skors itu untuk bersantai.

"Yah… aku mengerti."

Julio dan Herry sudah bisa melihat rumahnya, tapi, ia melihat ada seseorang yang tengah berdiri di depn rumahnya. Tiba-Tiba, mereka berdua pun merasakan hawa yang tidak enak saat melihat orang itu dan orang itu adalah Chelsea. Ia sedang bersandar di tembok dan sambil menunduk, Julio dan Herry mencoba mendekati Chelsea dengan perlahan, mereka berdua perasaan mereka berdua semakin memburuk. Chelsea pun menghadap ke mereka lalu mengangkat wajahnya, ia tersenyum tapi ia terlihat sangat menyeramkan.

"Kak Herry, kamu bisa pulang sendiri kan?" kata Chelsea yang mengusir Herry secara halus.

Herry sedikit merinding, ia tidak mengucapkan apapun, ia menaruh berasnya lalu berjalan perlahan melewati Chelsea dan langsung berlari secepatnya meninggalkan Julio dan Chelsea.

"Woy! Sialan jangan tinggalkan aku!" teriak Julio.

Chelswa pun menatap Kakaknya dengan tatapan yang membunuh, sekujur tubuh Julio pun merinding. Ia langsung terdiam tidak bisa mengucapkan apapun, meskipun sebenarnya ia ingin bertanya kepada Chelsea kenapa ia terlihat marah.

Chelsea hanya tersenyum sambil menatapi Julio. Chelsea pun mendekati Julio perlahan.

"Ka-kak, habis dari mana?" tanya Chelsea sambil menendekati Julio.

"A-Aku habis berbelanja, kan stok kita sudah habis, jadi aku—."

"Dasar bodoh!"

*bugh!*

Perut Julio pun jadi sasaran pukulan Chelsea. Chelsea terlihat marah karena khawatir dengan Julio yang tiba-tiba menghilang dari rumah, ia menyangka kalau Julio akan melakukan hal yang akan mengerikan karena sebelumnya ia terlihat sangat marah kepada ayah mereka. Julio langsung bertekuk lutut sambil memegangi perutnya.

"Aku itu khawatir! Kenapa tidak bilang dulu sebelum pergi! Setidaknya tulis lah pesan kalau kau itu sedang pergi!" teriak Chelsea yang sedang memarahi Julio.

Julio hanya terdiam sambil memegangi perutnya. Ia juga merasa sedikit menyesal tidak memberitahu adiknya terlebih dahulu. Julio pun bangun sambil memegangi perutnya.

"Iya maaf. Aku lupa." kata Julio

"Lupa aja terus! Sampai kau lupa dengan adik mu ini!"

"Maaf. Jangan bilang seperti itu dong."

"Bodo amat!"

Chelsea terlihat sangat marah, namun ia juga merasa tidak tega memarahi Kakaknya seperti itu. Ia pun berfikir untuk memaafkan Kakaknya .

"Ya sudah aku maafkan, kalau begitu mana roti eskrim yang kamu janjikan sebelumnya."

Julio langsung terkejut dan baru ingat kalau saat belanja ia akan membelikan Chelsea roti eskrim lagi, Chelsea yang tau kalau Kakaknya lupa akan janjinya kembali marah dan tidak akan pernah memaafkannya.

"Sudah kuduga, kamu memang sudah melupakan Adikmu. Sudahlah! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!" kata Chelsea lalu berjalan masuk ke rumah.

Julio pun terlihat panik, ia harus membawa belanjaanya sendiri masuk kedalam rumah. Sementara Herry sebenarnya tidak kabur kerumahnya, ia bersembunyi dan melihat kelakuan Kakak dan Adik itu. Ia hanya tertawa melihat Julio di marahi habis-habisan oleh Chelsea.

"Ahahahahahahahaha! Ya ampun, memang ya kelakuan kakak dan adik itu tidak pernah membuat bosan. Yah sudahlah, mungkin aku tidak harus mengganggu mereka untuk sekarang. Tapi, meskipun mereka terlihat gembira, marah, dan menangis, mereka tidak pernah menunjukan masalah mereka kepada orang lain. Benar-benar membuatku iri." kata Herry lalu berjalan pulang ke rumahnya.

Julio sekarang sedang diabaikan oleh adiknya sendiri, meskipun Chelsea sangat marah kepada Julio, namun sebenarnya ia merasa senang karena memarahinya, ia berfikir mungkin akan mengabaikannya seharian untuk mengerjai Kakaknya.

To be continue

=============================

Próximo capítulo