webnovel

Benteng Gunung Naga

Editor: EndlessFantasy Translation

Saat matahari terbit, Shu Ruanyu bisa terlihat duduk bersila, bersandar pada dinding di dalam gua. Matanya tertutup dengan lengannya memeluk tubuhnya. Bahkan saat ia beristirahat, ia masih menjaga kewaspadaan. Meskipun Qin Wentian telah membatalkan formasi yang ia tempatkan padanya kemarin, dan membuatnya bisa menyerap energi astral lagi, ia masih menderita karena beberapa pembatasan di gua itu.

"Ketipak, ketipak!" Suara nyaring bergema di dalam gua itu. Shu Ruanyu membuka matanya yang lelah dan terkejut, ia menemukan bahwa tidak ada orang lain yang tinggal di dalam gua saat itu.

"Mhm?" Shu Ruanyu langsung berdiri. Ia diam-diam mendekati pintu masuk gua dan mengintip ke luar. Selain kabut tebal yang terbentuk karena pengembunan hujan tadi malam, juga tidak ada orang lain di luar. "Waktunya melarikan diri." Shu Ruanyu menghela nafas panjang.

Akhirnya, ia tidak perlu khawatir lagi pada si Gendut terkutuk itu. Tapi sekali lagi, selama beberapa hari penahanannya, Qin Wentian menepati janjinya. Selain menempatkan formasi itu padanya, ia tidak melakukan hal lain. "Qin Wentian, aku tidak akan melupakan ini," Shu Ruanyu berkomentar dengan dingin. Setelah mengatakannya, bayangannya melesat terbang ke angkasa.

Qin Wentian dan kelompoknya telah berangkat sejak pagi tadi. Seperti yang dijanjikan, ia melepaskan Shu Ruanyu. Saat itu, karena tindakannya, Bailu Jing dan Bailu Yi jadi terlibat meskipun mereka tidak ada hubungannya dengan masalah itu. Selama Shu Ruanyu kembali dengan selamat, Yang Fan tidak akan melakukan apa pun pada Bailu Jing dan Bailu Yi. Perkumpulan Menjangan Putih juga dapat dianggap sebagai kekuatan utama di Benua Bulan, meskipun ruang lingkup kekuatan gabungan mereka tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan transenden.

Graha Pemburu Bintang pun pasti tidak akan mau habis-habisan memulai perang dengan membiarkan Yang Fan membunuh Bailu bersaudara. Karena kebutuhan untuk menjaga kerahasiaan tentang keberadaannya, Qin Wentian harus meninggalkan pegunungan tempat mereka berada, agar Shu Ruanyu tidak membawa bala bantuan untuk menangkapnya.

….

Negeri Qiyun berada tepat di samping batas wilayah Benua Biru Langit dan merupakan negeri di bawah administrasi kekuasaan transenden — Klan Bangsawan Ouyang. Klan Bangsawan Ouyang adalah sebuah klan dan bukan sekte, namun, untuk mengembangkan diri lebih jauh, mereka sangat berhati-hati untuk tidak mengabaikan rekrutmen siswa baru dan bakat baru. Meskipun rekrutan baru itu mungkin bukan keturunan mereka, mereka masih tetap melakukan yang terbaik untuk mendidik yang terpilih, sehingga memastikan bahwa kekuatan mereka tidak akan berkurang.

Terdapat juga gunung yang sangat terkenal bernama Gunung Naga di luar perbatasan Negeri Qiyun. Gunung ini terkenal dengan berbagai teknik alami yang terukir di dinding batunya, dan siapa pun bebas untuk mempelajarinya untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri. Ada cerita bahwa generasi Qiyun terdahulu dari kalangan Penguasa Timba Langit telah menghabiskan waktu dan upaya mereka untuk mengukir pemahaman mereka ke benteng gunung itu, meninggalkan harta yang tak ternilai ini bagi Ksatria Bintang Negeri Qiyun.

Untuk sebuah negeri kecil, melangkah ke tingkat Timba Langit sudah menjadi puncak pencapaian. Jika mereka tidak ingin mandek, mereka pasti akan berkeliaran di Kekaisaran Xia yang Agung. Tetapi beberapa Penguasa Timba Langit ini sangat mencintai negeri mereka, dan mengilhami mereka untuk meninggalkan sesuatu bagi generasi mendatang. Hal inilah yang mengakibatkan naiknya popularitas Gunung Naga saat ini. Di depan benteng itu, ada banyak panggung batu tersusun di sekitarnya. Setiap hari, akan ada beberapa pendekar yang mengunjungi pegunungan untuk mencoba yang terbaik untuk mendapatkan pemahaman tentang teknik alami yang digambarkan di sana.

Dan sekarang pada saat ini, ada seorang pemuda dengan sosok setegap hercules berdiri di atas sebuah panggung batu dan tanpa henti mengayunkan sebuah kapak besar. Gerakannya tidak mengandung energi astral, namun kekuatannya cukup kuat untuk menyebabkan sebuah angin besar menghembus. Sosok hercules ini memiliki kulit berwarna perunggu, seluruh tubuhnya berotot dan kekuatan yang meledak-ledak bisa dirasakan dalam setiap gerakannya. Ia tidak terlihat terlalu tua, sekitar usia 24 hingga 25 tahun, tetapi yang lebih menarik adalah ia mengayunkan kapak raksasa itu selama total tujuh hari dan tidak berhenti untuk sesaat pun. Ia juga tampaknya tidak terganggu oleh para penonton yang melihatnya.

"Rasakan angin dari serangannya, aku bertanya-tanya seberapa berat kapaknya?" Seseorang di antara para penonton berkomentar sambil tertawa. "Aku berani menebak sekitar 500 jin, orang ini sepertinya orang barbar dan memiliki kekuatan yang tak terbatas," jawab yang lain. "Mengapa ia tidak lelah meskipun semakin dalam seni kapak yang ia praktikkan? Aneh sekali." "Ya, ada banyak orang aneh di seluruh dunia. Lihat ke sana, bahkan ada seseorang yang tidur saja selama beberapa hari terakhir." Salah satu penonton menunjuk ke panggung batu yang tidak jauh dari pemuda hercules itu. Ada seorang pemuda yang dengan tenang berbaring di sana, tidur nyenyak atau semacamnya, di dunianya sendiri di mana hal-hal luar tidak dapat mengganggunya. "Dua idiot."

Kemarin, di tengah hujan badai, pemuda bertubuh hercules itu terus berlatih dengan kapak sementara pemuda lainnya tetap tertidur di sana. Tindakan mereka tidak masuk akal bagi mereka. Yang lebih aneh lagi adalah bahwa di samping pemuda yang sedang tidur itu, seekor anak anjing putih salju berjingkrak, penampilannya yang menggemaskan langsung menarik perhatian banyak orang.

"Teman kecil, kemarilah!" Saat itu, seorang gadis muda dengan wajah segar dan murni, memanggil anak anjing yang menggemaskan itu. Anak anjing itu menggonggong seolah tertawa, dan dalam seketika melompat ke pangkuan gadis itu dan membuatnya terkikik kesenangan sambil membelai bulunya dan menepuk-nepuk kepalanya. Anjing kecil itu tampaknya sangat menikmati dirinya sendiri, sangat menjengkelkan dan membuat iri beberapa di antara kerumunan orang banyak itu. "Pemilikmu terlalu malas, sepertinya ia tidak peduli apakah kau lapar atau tidak?" Gadis itu memandang Qin Wentian saat memberi komentar.

Ia telah berinteraksi dengan Bajingan Kecil selama beberapa hari terakhir dan sering mampir untuk memeluknya. Tapi orang yang berada di panggung batu itu, selalu tidur setiap saat.

"Ye Xi, kau ke sini lagi." Dari kejauhan, sesosok yang agak gemuk berjalan mendekat. Gadis itu menatap ke arah sosok yang baru datang itu sambil tersenyum, "Apa yang kau lakukan di sini lagi?" "Ya, aku teman dari pemilik anjing kecil ini." Fan Le tertawa. Gadis itu mendengus, lalu melihat Bajingan Kecil yang duduk dengan nyaman di dadanya, "Apakah benar?"

"Bajingan Kecil, kemarilah!" si Gendut memanggil anak anjing itu hanya untuk melihat anak anjing itu dengan bingung menatapnya kembali, seolah-olah ia belum pernah melihat Fan Le sebelumnya. Setelah beberapa saat, ia terlihat bosan dan mulai menyusupkan kepalanya ke dada Ye Xi sekali lagi. "Lihat? Ia tidak mengenalmu." Ye Xi menatap Fan Le.

Fan Le mendelikkan matanya, sialan serigala bejat kecil dalam pakaian anak anjing itu. Fan Le duduk dengan bosan, memandangi pemuda yang sedang tidur itu sebelum mengalihkan pandangannya kepada sosok tegap yang masih memegang kapaknya itu. Mereka sudah tiba di Negeri Qiyun untuk beberapa lama, dan Qin Wentian ingin membuat terobosan dan menaikkan tingkat kekuatan sebelum mereka berkelana ke Benua Biru Langit. Dan saat ini, Qin Wentian yang sedang tidur, tiba-tiba bangkit dan duduk. Siluet Bajingan Kecil itu langsung berubah menjadi seberkas cahaya putih saat melesat ke dada Qin Wentian. Ia mengeluarkan beberapa gonggongan yang menyenangkan dan terus berusaha menjilat wajah Qin Wentian dan menunjukkan kedekatan ikatan mereka.

"Bos, kau akhirnya bangun." Mata Fan Le bersinar ketika ia melanjutkan, "Bos, gadis ini adalah Ye Xi, teman baikku. Dia sangat akrab dengan Bajingan Kecil, tapi bedebah kecil itu terus mengabaikanku di hadapannya, berpura-pura tidak mengenaliku. Betapa menjengkelkan." "Hmm, kau berbicara dengan siapa? "Qin Wentian bertindak seolah-olah ia tidak kenal orang ini sama sekali ... ia menatap Ye Xi sambil diam-diam mengutuk si Gendut di dalam hatinya. Si Gendut ini, adalah lambang konsep, 'cinta universal'.

"Lupakan saja, anggap saja kau menang." Fan Le benar-benar terdiam.

"Wow, sungguh jarang terjadi, Dewa Tidur itu ternyata sudah terbangun," seseorang berseru terkejut. "Orang itu benar-benar memiliki bakat untuk tidur."

"Dewa Tidur, apakah kau di sini untuk tidur atau untuk berkultivasi?"

"Dewa Tidur?" Qin Wentian tersenyum ketika mendengar gelarnya. Faktanya, ia tidak berhenti berkultivasi sesaat pun sejak ia tiba di sini. Setelah pertempuran terakhir waktu di Benua Bulan, energi astral dalam ketiga Yuanfu-nya benar-benar mengering, dan selain itu ia terluka parah. Setelah pulih, dan menyerap energi astral yang cukup untuk mengisi Yuanfu-nya lagi, sungguh menyenangkan bahwa ia menemukan bahwa wadah Yuanfu-nya benar-benar telah membesar ukurannya — ia ternyata telah menerobos ke tingkat kelima Yuanfu.

"Gendut, benteng ini benar-benar menarik, kau harus merenungkannya jika kau punya waktu." Qin Wentian mencoba membujuk si Gendut untuk bekerja lebih keras.

"Jangan khawatir bos, dengan otakku yang cemerlang, aku dapat dengan mudah mendapat pemahaman dan teknik alami yang terukir di atasnya. Lihatlah Kakak Mang, jika ia bisa mengerti, itu akan sangat mudah bagi seorang jenius hebat seperti aku." Qin Wentian mengalihkan pandangannya ke arah Chu Mang, gerakan kapaknya tampak sangat biasa dan tanpa sensasi, namun setelah lebih dekat mengamati, di dalamnya berisi kerumitan yang luar biasa dan bergerak di lintasan yang aneh. "Inikah teknik itu?!" Mata Qin Wentian menjadi cerah.

Ada satu set teknik alami jenis kapak yang sangat dalam yang digambarkan di benteng gunung itu. Serangan yang digambarkan tampak sangat kacau, namun mempelajari teknik ini memungkinkan seseorang untuk mengalirkan qi ke arah tertentu. Hal ini sesuai dengan gerakan teknik kapak, mencapai kondisi yang menyatukan qi dan teknik alami menjadi satu. "Apakah ia teman dari kalian juga?" Ye Xi bertanya-tanya, saat Qin Wentian mengangguk. "Sekelompok orang aneh." Ye Xi tersenyum tanpa sedikitpun bermaksud kasar, sementara beberapa penonton juga tertawa, "Hei, Dewa Tidur, apakah kau sedang membual? Menyuruh orang lain untuk memahami gambar-gambar di situ sementara kau sendiri mendengkur, maksudmu kau mempelajari semua teknik luar biasa ini dalam tidur?" Qin Wentian memandang ke arah kerumunan, mayoritas orang di sini berada pada kondisi Yuanfu. Kadang-kadang, akan ada beberapa pendekar Peredaran Nadi juga. Qin Wentian tertawa dengan tak acuh dan tidak ingin memberikan penjelasan lalu meneruskan berkultivasi dengan tenang.

Dalam sekejap mata, musim dingin datang. Dinginnya angin musim dingin yang membeku, serta selimut saljunya, menyebabkan jumlah pengunjung ke Gunung Naga Berlayar berkurang. Di tengah salju yang melayang, Qin Wentian mengulurkan tangannya, menyaksikan serpihan salju mendarat di telapak tangannya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Benua Bulan. Satu tahun telah berlalu, apakah Qingcheng masih baik-baik saja di Aula Kaisar Ramuan? Ayahnya, Qin Chuan, Kakak Qin Yao, Guru Mustang, Kakak Luo Huan, semuanya masih berada di Negeri Chu. Ia bertanya-tanya apakah mereka baik-baik saja. Ia merindukan mereka semua dan ia sudah berusia sembilan belas tahun. Meskipun tiga tahun telah berlalu dalam sekejap, ia telah mengalami terlalu banyak hal, terlalu banyak. "Hei cuacanya cukup dingin, kau harus makan kue-kue ini yang ku bawa untuk menghangatkan diri, mumpung masih panas."

Saat itu, seorang gadis muda yang membawa keranjang berjalan mendekat. Di dalam keranjang itu ada bermacam-macam barang, dan ketika ia melihat ekspresi kerinduan di matanya, ia dengan lembut tersenyum, "Kakak Wentian, apakah kau memikirkan gadis yang kau cintai?" Qin Wentian melihat gadis itu tersenyum tanpa belas kasihan dan mengulurkan tangannya untuk mengacak-acak rambutnya. Karena mereka telah berinteraksi setiap hari selama kurun waktu ini, ia sudah sangat akrab dengan Ye Xi. "Wow, bau harum apa ini," si Gendut naik ke atas dan menyeringai lalu mengambil beberapa bakpao dari keranjangnya dan mulai mengunyah. Meskipun Ksatria Bintang tidak perlu mengkonsumsi makanan, rasanya tetap menyenangkan untuk memuaskan keinginan mereka untuk makan. Mereka bertiga duduk di panggung batu itu, tertawa dan bercanda, menggambarkan pemandangan yang sangat harmonis.

Dan tepat saat itu, seberkas cahaya putih melintas. Mereka memalingkan pandangan mereka ke arah sinar itu dan melihat Chu Mang mengacungkan kapak raksasanya ketika kepingan salju di sekitarnya dikendalikan oleh aliran qi-nya, lalu berkumpul untuk membentuk seekor naga salju yang terbang di udara, semuanya selaras dengan tarian rumit yang dilakukan Chu Mang.

"Alangkah indahnya." Mata Ye Xi yang cantik berkedip. Mata Qin Wentian juga menyala ketika seukir senyum muncul di wajahnya. Chu Mang telah menerobos! "Luar biasa!" Qin Wentian tertawa — saat ini tingkat kekuatan mereka masing-masing telah melangkah maju!

Próximo capítulo