webnovel

Coiling Dragon Ring – bagian 2

Editor: Wave Literature

Cincin hitam itu menggelinding kedepan, berhenti tepat di depan pintu keluar.

Ketika Linley baru beberapa langkah menuju pintu itu, ia tiba-tiba berhenti karena ia dapat merasakan telapak kakinya telah menginjak sesuatu yang keras.

"Baru saja tadi aku telah selesai menyisir lantai dan tak menemukan sebuah batupun. Yang kuinjak ini pasti serpihan dari laci itu tadi." Mengingat laci yang roboh tadi, Linley merasa amat marah, dan ia menginjak yang dikiranya serpihan kayu itu dengan keras.

Pikir Linley yang diinjaknya hanyalah serpihan kayu yang setelah diinjak harusnya pecah berkeping-keping. Namun nyatanya…

"Wah, apa ini yang kuinjak? Keras sekali." Linley merasakan bahwa yang diinjaknya itu sangat keras dan segera mundur untuk melihat benda apa yang baru saja diinjaknya.

Ia melihat benda hitam legam berbentuk cincin diatas lantai. Cincin itu dipenuhi dengan debu dan tampak tak menarik perhatian sama sekali.

"Ah, sebuah cincin?" Mata Linley menajam bagaikan seorang bandit. Ia mengambil cincin itu dengan bahagia dan menggunakan bajunya untuk mengusap cincin itu. Dengan begitu, Linley dapat melihat dengan jelas rupa benda itu.

Sepertinya, cincin hitam itu terbuat dari kayu dan batu. Dan di badan cincin itu samar-samar terdapat sebuah ukiran yang tak asing…

"Cacing tanah?" Linley melihat cincin itu.

Sekilas, Linley merasakan ukiran yang tampaknya seperti cacing tanah.

Dengan tawa Linley berkata, "Teknik ukiran cincin ini buruk sekali. Kuyakin pemahat biasa dapat membuat yang lebih menarik. Namun sayang sekali. Tak terdapat satupun permata maupun Magic Crystal yang berharga di cincin ini."

Kebanyakan cincin mempunyai permata maupun Magic Crystal.

Sayangnya, cincin hitam ini sepertinya terbuat dari kayu dan batu. Dan tak satupun perhiasan yang tampak di cincin ini. Jelas sekali bahwa cincin ini tak begitu berharga.

Namun entah mengapa, setelah melihat cincin itu, Linley tetiba menyukai cincin yang terlihat tak berharga itu. Mungkin karena cincin tersebut adalah temuan pertamanya di rumah itu setelah menghabiskan banyak waktu untuk mencari sebuah harta karun.

"Hmm, cincin ini sangat besar. Ketika kugunakan pasti cincin ini akan melorot dengan mudah. Akan kukaitkan cincin ini dengan benang dan kujadikan sebuah kalung." Mata Linley berbinar.

Tangan Linley yang berumur delapan tahun tentu lebih kecil bila dibandingkan dengan tangan seorang dewasa. Tak mungkin untuk menggunakan cincin itu di jemarinya yang masih kecil.

"Nama apa kira-kira yang pantas untuk cincin ini? Cincin cacing tanah? Tidak, terdengar bodoh." Linley bergumam sesaat, lalu matanya berbinar. "Haha, hewan berliku itu bisa dianggap seperti naga bukan? Seekor naga yang melingkari cincin… Akan kunamai, Coiling Dragon Ring!" Meskipun dalam hatinya, Linley merasa bahwa ukiran di cincin itu lebih mirip dengan seekor cacing tanah, namun ia tetap memutuskan Coiling Dragon Ring sebagai nama untuk cincin itu.

"Coiling Dragon Ring!" Sambil mengangkat cincin itu dengan lugunya dan ekspresi penuh kepuasan.

"Ah sial! Sudah waktunya untuk berlatih!"

Linley tiba-tiba teringat. Ia sekilas melihat pakaiannya yang kotor oleh kotoran dan debu. Ia terlihat seperti seorang pengemis. "Oh tidak…" Linley tak punya banyak waktu untuk berpikir. Ia langsung berlari keluar dengan tergesa-gesa dan menuju kamar mandi.

Ia mandi dengan tergesa-gesa.

Linley menimba air itu sendiri. Kulitnya terlihat cerah dan garis-garis otot hasil dari berlatih terlihat jelas. Dibawah siraman air itu terlihat pula debu yang tersapu oleh siraman air.

Dengan waktu sesingkat mungkin, Linley membersihkan dirinya dan mengenakan pakaian untuk berlatih.

"Benang, benang…" Linley mencari seuntai benang untuk mengaitkannya pada Coiling Dragon Ring itu. Lalu, Linley menemukan sebuah kain lap yang tua dan menggunakan benang dari kain lap itu.

Meskipun kain lap itu terlihat biasa dan tua, namun sangatlah kuat dan tahan lama. Tentu benangnya pun akan sangatlah kuat.

Ia dengan cepat mengikat benang itu ke cincin itu dan mengenakannya seperti sebuah kalung.

"Aku akan terlambat, ini kali pertamanya aku terlambat!" Linley berlari keluar bagaikan kilat. Saat berlari, ia menggantung cincin itu di dadanya sehingga terlihat lebih keren, Linley terlihat sangat bahagia.

Ia terlambat berlatih namun mendapatkan Coiling Dragon Ring sebagai imbalannya.

Linley merasa sangat senang.

Linley berlari seperti kilat keluar dari rumahnya dan menuju tempat latihan di sebelah timur kota Wushan. Saat ini, banyak orang-orang yang telah berada dalam rumahnya sehingga jalanan terlihat sepi, namun ketika melihat Linley berlari, mereka dapat menebaknya.

"Tuan muda Linley berhati-hatilah, jangan melukai dirimu sendiri!"

"Hillman adalah seseorang yang keras. Sepertinya tuan muda Linley akan menerima hukuman."

Kebaikan hati klan Baruch yang telah diberikan kepada rakyat jelata juga berakibat sebaliknya terhadap Linley.

"Bagaimana paman Hillman akan menghukumku?" Meski ia tergesa-gesa, ia sempat memikirkan pertanyaan itu. Dan pada saat ini, Linley tak memiliki waktu untuk menyapa orang-orang disekitarnya. Dalam waktu singkat, Linley tiba di tempat latihan kota Wushan.

Saat ini, ketiga regu itu telah berbaris dengan rapi. Hillman sedang berbicara namun setelah mendengar langkah kaki Linley, tatapan dingin Hillman dengan sekejap mengarah ke Linley.

Linley berlari menuju regunya. Mengambil posisi dan menunggu pengarahan dari Hillman dengan gugup.

"Latihan hari ini berlipat ganda untukmu. Kembali ke kelompokmu!" Kata Hillman dengan tenang.

"Ya pak!" Linley mengangkat kepalanya dan menjawab dengan suara lantang.

Para pemuda sekitar berpikir bahwa Linley hanya terlambat beberapa menit namun latihannya diperberat dua kali lipat. Hari ini mungkin Linley tak bisa pulang dan makan malam tepat waktu.

Saat Linley hendak menuju kelompoknya, tiba-tiba….

BUM! Seisi bumi terasa seperti bergetar, namun getarannya terasa begitu teratur. Seakan ada sebuah makhluk raksasa yang berjalan di bumi yang menyebabkan gempa di setiap langkahnya.

"Timur, datang dari arah timur." Linley langsung melihat ke timur.

Tak hanya Linley. Hillman, Roger, dan Lorry semua menoleh ke timur, wajah mereka terlihat serius. Getarannya terasa semakin kuat dan jelas. Semua pemuda yang berada ditempat dapat merasakan getaran yang akan datang menuju tempat mereka.

Tiap langkah bak gemuruh itu sepertinya cukup keras untuk dapat menggetarkan hati Linley.

Makhluk raksasa apa yang menyebabkan semua ini?

Linley terbelalak dan melihat ke arah timur.

Próximo capítulo