Derap langkah keduanya tegas membelah padanya jalan setapak menuju kantin belakang sekolah. Kata Dila, Nata tak pernah ke sana semenjak ia datang sebagai anak baru. Nata selalu mengunjungi tempat yang sama. Kantin tepat di sisi kantor guru. Di sana, memang jauh lebih luas sebab itulah tempat utama anak-anak memenuhi laparnya. Kalau kantin yang akan mereka tuju, hanya biasa di datangi oleh orang-orang tertentu saja. Termasuk Dila kalau lagi bosan dulunya.
"Aku selalu datang bareng Arum," katanya menyela langkah. Nata yang sedari tadi menahan kalimat di dalam mulutnya kini menoleh. Tersenyum aneh padanya. "Arum sekarang lebih sibuk dengan belajar sebab dia adalah juara kelas. Untung ada kamu," katanya lagi. Sekali lagi, Dila berucap tanpa beban apapun. Rasanya Nata banyak punya salah dengannya, membuat gadis berambut panjang sedikit ikal itu kini didiamkan oleh keadaan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com