"Sebenarnya bukan cuma karena itu, Ca. Aku peduli sama kamu, karena kamu yang selalu dengerin keluhan kalo aku cerita tentang keluarga. Kamu itu ... ada di saat-saat aku terpuruk," ucap Karina sambil menyandarkan kepalanya pada pundak Acacia dan memeluk tangan kanan sahabatnya itu.
"Kenapa hidupku seperti ini? Kenapa hidupku berantakan seperti ini, Tuhan!" jerit Acacia sambil mendekatkan cutter pada pergelangan tangannya. "Aku muak dan ingin keluar dari belenggu ini ... apakah aku harus mati saja?" lirihnya.
asli dah! ceritanya rapih banget dan enak dibaca narasinya. mana setiap chapter tuh menguras emosi, bener bener masuk ke hati. keren banget authornya 💕
"Kenapa kamu harus takut, Ca? Memangnya apa salah kamu? Bukannya yang maksa kamu ngelakuin hubungan intim harusnya yang salah? Kamu harus lawan! Aku pasti bantu kamu buat laporin ke polisi, Ca!" seru Bisma.
"Jangan bingung gitu, saya nolongin kamu emang karena enggak tega aja kamu sampai nangis. Pasti ada masalah serius, sampai kamu bener-bener memberontak pas diajak Kenzo."
Rasa sakit akibat perbuatan keji Kenzo masih teringat jelas di pikirannya, ia jadi merasa trauma dan enggan berhubungan dengan laki-laki lagi. Sejujurnya, walau wajahnya menampakkan ekspresi biasa saja ... dalam hati ia menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.