"Tan...," kata Meta kemudian. Dia tersenyum, tapi dalam hati dia benar-benar ingin menonjok wajah dari Astuti. Kesabarannya sudah benar-benar terkuras habis oleh Ibu Hardi ini. "Bahkan malaikat pun bisa jadi iblis jika yang melihatnya nggak suka. Apalagi manusia," Astuti tak menjawab, selain membuang muka ke arah lain. "Aku memang dikasih uang banyak ama Yoga. Enak punya pacar bos. Bener itu, Bu. Tapi uang-uangku nggak aku habiskan buat belanja, dan perawatan tubuh. Kulitku ini udah mulus dari lahir, lho. Wajahku juga udah cantik secantik cantiknya dari lahir," sombong Meta. Yoga mengulum senyum, tapi dia langsung memasang tampang serius. "Uangku habis buat ngelunasin hutang-hutang Ayah, dan Bunda di rumah. Dan selebihnya kalau pacarku yang bos ini ngasih warisan banyak, rencananya aku mau beli tanah yang sangat luas. Lumayan, kan, buat hari tua, Tan. Iya aku matre, sematre itu, malah," kini Meta terkekeh karena ucapannya sendiri. "Tapi balik lagi, ya, Tan. Sebaik-baiknya manusia, kalau yang mandang benci dengannya, maka kebaikan-kebaikan yang melekat pada dirinya nggak akan tampak. Karena yang tampak hanyalah kekurangan, dan kesalahan yang bahkan hanya sebesar biji wijen. Begitu pula sebaliknya, gitu lho. Kalau kita ngelihat dengan pandangan suka, sebusuk apa pun orang itu, maka segunung kebusukannya nggak akan tampak. Yang tampak adalah kebaikan atau bahkan kepalsuan belaka. Tante menyukai Yoga, karena menurut Tante Yoga adalah anak laki-laki yang mapan di usia muda, yang bertanggung jawab, yang baik, yang perfect, deh! Tapi asal Tante tau, Yoga juga banyak sekali lho, kekurangannya. Sebagai laki-laki yang otaknya didominiasi oleh nafsu, dan seks, Yoga juga nggak jauh beda ama laki-laki pada umumnya. Dia bahkan ngejebak aku buat kumpul kebo ama dia,"
Wanita Sang Boss
Sci-fi · PrincesAuntum
detail