webnovel

Chapter one: Berkhayal

Pagi ini, Scarlet berharap dapat melihat 'lagi' pria tampan yang beberapa hari lalu selalu berkunjung ke toko roti Juju, bersebelahan dengan kedainya. Tujuannya hanya untuk menatap diam-diam. Scarlet bahkan rela menunggu pria itu masuk dan keluar toko, atau berdalih membeli roti jua. Meski sedikit enggan, karena Scarlet bermusuhan dengan Dyana, putri bibi Julia. Scarlet juga bertanya-tanya... apa maksud pria itu selalu datang ke gerai Juju.

Pertama; rotinya biasa-biasa saja. Yah, Scarlet mencoba mencari keistimewaan di setiap gigitan pada roti yang ia beli, namun hasilnya biasa saja. Kemudian; jika ia mengincar Dyana, putri nyonya Julia. Ia pasti lebih memilih ke kedai Scarlet, karena Scarlet 'merasa' dirinya lebih cantik. Yang terakhir, ini adalah konspirasi. Kemungkinan terburuk lainnya adalah; pria itu disihir!

"Bajingan kau Dyana!"

Dan entah mengapa yang ditunggu akhir-akhir ini tidak menampakkan diri, dan membuat Scarlet bersedih. Padahal ia berniat mengganti dagangannya dengan roti dibanding berjual pedang dan sejenisnya. Serta, membayangkan melayani Si tampan. Tidak, niat itu tidak akan terkabul. Ini kedai ayahnya, ia hanya berjaga, dan melayani pembeli.

Scarlet bekerja setiap hari, tanpa libur. Duduk dan termenung, melihat para remaja seumurannya bersenang-senang dan membuat Scarlet iri, ia juga tidak memiliki teman. Ayah Scarlet selalu

memberi semangat dengan berkata....

"Ini demi kebaikanmu Scarlet... janganlah kau iri dengan mereka yang buang-buang waktu! Masa depan yang terang tidak dijalani dengan berleha-leha. Tapi usaha! Tidaklah kau keasihan dengan Ayahmu yang sudah tua ini, HAH! Bagaimana perasaan Ayahmu ini Scarlet! HAH! SCARLET!" Kata-kata ini selalu diulang terus-menerus dengan nada suara yang dramatis, yang membuat siapa pum menjadi iba. Tapi, Scarlet tidak peduli, Ayahnya merupakan pembohong ulung. Ayah Scarlet hanya meyakini bahwa masa depannya ialah menjaga kedai seumur hidup.

Dari arah selatan, terlihat pemuda kerempeng berlari kencang menuju toko pedang. Tubuhnya yang kurus membuat pemuda itu hampir terbang saking cepatnya ia berlari. Sesampainya di tempat tujuan, pemuda itu berlutut pada gadis yang melongo, serta menatapnya malas.

"Ayolah Alex, sehari... saja kau tidak kesini, bisa?"

"Tidak bisa Ratuku, ini adalah perjuangan untuk mendapatkan cinta. Seperti yang dikatakan oleh guru; Masa depan yang terang tidak dijalani dengan berleha-leha. Tapi usaha!" ucapnya dengan berlutut layaknya seorang pelayan.

"Barangkali gurumu adalah orang bodoh?"

"Ratu boleh menghina saya! Tapi... guru saya juga boleh. Baiklah, saya akan kembali besok," dan pemuda itu berjalan mundur sambir berlutut hingga sampai ke rumahnya.

"Oaaaahh..." tampaknya mata Scarlet sudah memberat. Bagi Scarlet, menahan kantuk itu layaknya... saat temanmu meminjam uang, dan kau hanya punya senilai yang akan ia pinjam, itu berat. Jika sedang berjalan sekalipun, apabila mengantuk. Terlelap ditengah jalan bukanlah hal yang sulit. Scarlet mencoba tidur dengan posisi yang sederhana, yaitu menelungkup kan kepalanya di atas kedua tangan yang terlipat rapi, lalu ... terlelap.

"Permisi..." sapa seorang pembeli. Namun, tidak ada jawaban dari Scarlet. Yah, menyapa orang tidur sangat buang-buang waktu. Lalu ia mencoba mengetuk-ngetuk meja agar Scarlet terbangun, tapi hasilnya nihil.

"Per-mi-si," ucap pria itu seraya menekankan setiap kata yang ia ucap.

sekali lagi nihil.

"Permisi... eh, Ekhm... PERMISI!!" mungkin berteriak lebih baik.

"APA! Berani seka—" ucapnya terputus. Benar saja, Scarlet terbangun dan tercengang dengan apa yang ia lihat.

Deg Deg Deg, Detak jantung Scarlet menjadi tak karuan

Sang pria tersenyum canggung, seraya menggaruk tengkuk lehernya, "hmm... maafkan aku. Habisnya kau tak bergerak, kupikir kau mati mendadak atau semacamnya."

'Yah, mati mendadak karena melihatmu'

Tampaknya Scarlet mulai gila, wajahnya juga mulai memerah padahal tidak di apa-apakan. Orang yang ada dihadapannya kali ini adalah pria yang beberapa hari lalu tidak berkunjung ke toko roti seperti biasa, seseorang yang membuat Scarlet menjadi gundah gulana, serta candu dengan wajah tampannya.

"Eee... a-ada yang... bisa saya bantu?" ucap Scarlet dengan nada lembut dan tersipu malu, padahal biasanya ia selalu bicara lantang pada orang-orang. Sikapnya itu membuat sang pria mulai memandangnya aneh. Tangan pria itu mulai mendekat pada kening Scarlet, membuat sang target memejamkan mata dan membayangkan akan diapa-apakan.

"Kau baik-baik saja?" Scarlet tersentak saat suara pria itu berubah menjadi suara yang berat, mirip seperti milik ayahnya. Untuk memastikan, ia membuka matanya. Perlahan namun pasti, mata itu membulat dan hampir keluar. Benar saja, memang ayahnya, yang menatap dengan raut khawatir.

"Kau baik-baik saja Scarlet? Ayah hampir mati ketakutan melihat tubuhmu yang berkeringat deras, serta bergetar-getar hebat. Seperti... orang stroke," tanya sang ayah seraya memeriksa mata, hidung, tangan, kaki dan lain-lainnya untuk memastikan anak semata wayangnya masih sehat.

"Aku baik-baik saja ayah," Scarlet kemudian berdiri dari tempat duduknya, lalu berjungkir balik dilantai untuk membuktikan kepada sang ayah bahwa ia sehat jasmani dan rohani, "lihat kan, aku bisa bergerak dengan lincah. Atau Ayah ingin aku berguling?"

Nampaknya apa yang dilakukan Scarlet cukup sebagai bukti, "baiklah Ayah percaya. Tapi, besok kita coba ke Dukun untuk memeriksanya. Tidak ada penolakan." Lalu sang ayah pergi lagi, entah kemana.

"Jadi, ini hanya mimpi? HANYA MIMPI!" Scarlet tampak kecewa, "Payah sekali, padahal ia hampir menyentuh keningku. Tapi, ayah malah menghancurkannya"

Keesokan harinya ...

Scarlet sengaja tidak bangun seperti biasanya, bahkan sekarang lebih siang. Cahaya mentari sudah menyilaukan. Tapi, tetap saja acuh. Alasannya karena libur, ayah Scarlet meminta untuk hari ini saja ia dapat libur, dan membiarkan kedai tutup. Hal ini jarang terjadi, biasanya Scarlet akan bekerja di satu Minggu penuh. Apapun tujuan dibalik keanehan sang ayah, Scarlet tidak peduli. Karena pada dasarnya ia memiliki ayah yang aneh dari lahir.

Sebelumnya Scarlet sudah menyusun rencana matang-matang untuk memanfaatkan liburnya yang langka, ia harus berpikir keras agar tidak buang-buang waktu, dan sudah diputuskan ... Scarlet akan memulainya saat hari mulai siang. Pertama, ia akan mandi terlebih dahulu, lalu pergi kehutan. Selesai, itulah rencanannya.

Scarlet memiliki kegemaran berburu, ia akan membunuh beberapa binatang hutan dan membagikan hasilnya kepada orang-orang miskin, atau siapa saja yang ingin. Scarlet lebih suka membeli daging yang dijual, karena telah dibersihkan.

Ia menyiapkan busur panjang dan enam anak panah tajam. Terlebih dahulu Scarlet akan menyusuri hutan untuk menemukan mangsa. Selain memerlukan pandangan yang teliti, pendengaran tajam juga sangat diperlukan. Hal lain yang perlu dikhawatirkan pemburu adalah diburu, mungkin saja ada seorang kanibal seperti Anjing.

Kressek... kresekk...

Scarlet mendengar suara dari semak-semak yang tak jauh darinya, anak panah sudah terpasang pada busur dan siap di telapaskan. Tapi, tunggu ... juga ada suara aneh lainnya. Busur diturunkan, dan Scarlet berjalan mendekat pada semak bergerak itu.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Scarlet bingung. Sepasang kekasih tanpa busana dihadapannya terperanjat hebat dan segera mengakhiri penyatuan mereka, "Hey! tutupi 'milikmu' itu menjijikan!!"

Hai? jangan lupa berikan dukungan dan komentar kalian sebagai penyemangat saya. Cerita ini memang agak aneh, karena saya juga aneh. Ini masih tahap awal, jadi masih seadanya -CMWE

CallMeWhatEvercreators' thoughts