webnovel

Ujung Yang Manis

"Apa kau tidak mengijinkan aku untuk tidur bersama mu sekali ini saja, mungkin ini adalah permintaan terakhir ku setelah ini aku tidak meminta untuk tidur bersama mu lagi." "Jangan bermimpi."  ucap Gabriela dengan tegas. Saat itu Gabriela tidak sadar bahwa itu benar-benar permintaan terakhir suaminya. Wanita itu lebih mementingkan egonya yang saat itu tengah kesal dengan sang suami. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu Gabriela Karina Waris, aku tidak tahu mengapa aku merasa jika setelah ini aku akan pergi sangat jauh dan aku juga merasa bahwa kita tidak akan bisa bersamamu lagi. Meskipun begitu aku akan berusaha untuk kembali dengan selamat untuk diri mu, La." "Apapun yang terjadi pada ku nanti, aku harap kau tidak pernah melupakan perjuangan ku untuk membuat mu bisa mencintai aku, yah meskipun kau belum bisa membalas perasaan ku tapi setidaknya kau tahu bahwa aku benar-benar mencintai mu, La.” Aris mendongakkan kepalanya guna menahan air matanya yang hendak keluar dari pelupuk matanya. Itulah saat terakhir dimana Gabriela bisa mendengar suaminya yang mengutarakan perasaannya bahwa lelaki itu sangat mencintainya. Gabriela menyadari bahwa itu semua terjadi karena kesalahannya. Lalu sanggupkah Gabriela menebus semua kesalahan masa lalunya yang menyebabkan seorang yang sangat mencintainya itu pergi untuk selama-lamanya?

Leebita · 若者
レビュー数が足りません
46 Chs

Benarkah ditipu?

Gabriela menatap ibunya yang terlihat masih bahagia dengan perkataannya tadi membuat wanita itu tiba-tiba tidak tega jika harus mengatakan pada ibunya bahwa Aris baru saja mengalami kecelakaan.

"Bu, ayo ikut aku." ajak Gabriela sambil memasukkan barang-barangnya kedalam tas kerjanya kecuali ponselnya,

Gabriela memilih untuk menggenggam ponsel miliknya itu.

Baiklah, daripada bertanya-tanya pada dirinya sendiri yang bahkan tidak tahu apa-apa akan lebih baik jika Gabriela segera pergi guna mengetahui kondisi Aris.

Sarah yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya langsung menoleh pada anaknya yang terlihat terburu-buru mengemasi barang-barangnya itu, "Ikut kemana, kenapa kau terlihat buru-buru sekali?." tanyanya lalu beranjak dari duduknya ketika Gabriela berjalan kearahnya.

"Baru saja aku ditelpon oleh pihak kepolisian dan mereka mengatakan bahwa Aris mengalami kecelakaan dan sekarang sudah dibawa ke rumah sakit sehingga aku harus segera kesana. Ibu mau ikut dengan ku atau mau tetap disini."

Setelah pertimbangan matang akhirnya Gabriela memberitahu ibunya tentang apa yang sedang menimpa suaminya saat ini, meskipun sekarang ia melihat senyuman lebar ibunya luntur secara perlahan.

Mendengar ucapan Gabriela ibu dua anak itu dengan cepat menyambar tasnya, "Bagaimana Aris bisa kecelakaan?! Beberapa menit yang lalu ia bahkan baru saja berpamitan dengan ibu untuk pergi keluar kota?"

"Ini bukan waktunya untuk bertanya, Bu. Aku harus segera kesana." Gabriela berjalan mendului ibunya sembari matanya yang tidak lepas dari ponsel miliknya itu.

"Tunggu, La. Darimana kau tahu bahwa Aris mengalami kecelakaan, bisa saja itu orang asing yang sedang berusaha untuk menipu mu."

"Tidak, Bu. Mereka benar-benar dari pihak kepolisian, mana mungkin mereka berani membohongi aku apalagi ini tentang nyawa seseorang."

"Apa kau sudah mencoba menelpon Aris?"

"Bu, yang kecelakaan itu Aris kenapa ibu menyuruh aku untuk menelpon dia."

"Hanya untuk memastikan saja apakah benar jika dia mengalami kecelakaan atau tidak, bisa saja orang yang menelpon itu adalah seorang penipu."

Gakyoung memijit keningnya, "Astaga, untuk apa mereka menipu apalagi ini tentang orang yang baru saja mengalami kecelakaan. Kalau ibu tidak percaya maka biarkan Gabriela yang pergi kesana sendiri."

"Hey hey tidak bisa begitu." Sarah menahan lengan anak perempuannya itu, "Ijinkan ibu untuk ikut dengan mu, ibu ingin tahu bagaimana kondisi Aris sekarang."

"Ya sudah kalau begitu ayo, jangan membuang-buang waktu. Aku ingin segera mengetahui kondisi suami ku, Bu." Bohong Gabriela.

Ia hanya berakting seolah-olah peduli pada Aris karena sekarang dia tengah bersama dengan ibunya, andai dia sedang tidak bersama ibunya maka Gabriela belum tentu sekhawatir ini terhadap kondisi suaminya.

"Apa kau sudah tahu dimana Aris dirawat?"

Gabriela menggelengkan kepalanya, "Belum. Aku sedang menunggu seseorang yang menelpon ku tadi untuk mengirim alamat rumah sakit dimana Aris dirawat."

"Ya sudah kalau begitu kita segera ke mobil saja sembari menunggu orang itu mengirim alamatnya." Gabriela menganggukkan kepalanya, "Tapi tunggu, ibu ingin mengabari ayah dan kakak mu dulu. Lalu bagaimana dengan kedua mertua mu, La. Kau yakin akan memberitahu mereka? Ibu yakin mereka pasti akan terkejut mendengar Aris mengalami kecelakaan. Mereka pasti sedih."

"Lagipula siapa yang tidak sedih jika mendengar anggota keluarganya mengalami kecelakaan. Meski begitu, kita harus tetap mengabari keluarga Aris bu, agar mereka juga bisa langsung mengetahui bagaimana kondisi Aris."

"Kau yang melakukannya atau ibu saja?"

"Melakukan apa?" Tanya Gabriela sembari mengangkat salah satu alisnya.

"Mengabari kedua mertua mu tentang kondisi Aris, La. Memangnya apa lagi."

"Ibu saja yang melakukannya karena aku masih menunggu pesan dari orang itu. Tapi.." Gabriela mencegah ibunya yang hendak menelpon seseorang, "Sebaiknya ibu memberitahu mereka semua setelah kita mengetahui dimana Aris dirawat sekarang."

"Ahhh iya benar juga, ya sudah ayo sekarang kita jalan sembari menunggu pesan itu."

Gabriela mengangguk lalu mengajak ibunya untuk keluar dari ruangannya.

Klap

Gabriela dan ibunya baru saja keluar dari ruangan tersebut bersamaan dengan itu Rusdi selaku sekretaris Gabriela langsung berdiri dari tempat duduknya, tak lupa menundukkan kepalanya tanda hormat begitu melihat Bu Presdir, yang tidak lain adalah Sarah.

Begitu melihat sekretarisnya Gabriela langsung berjalan ke arah pria tersebut, "Pak Rusdi, tolong batalkan semua jadwal meeting saya pada hari ini karena tiba-tiba saya ada urusan mendadak. Direktur Aris mengalami kecelakaan jadi saya harus segera kesana untuk memastikan kondisinya."

"Bukankah Direktur Aris sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota, Bu?"

Gabriela mengangguk, "Ya tapi dalam perjalanan menuju ke Bandara Direktur Aris mengalami kecelakaan jadi saya harus segera kesana."

"Baiklah kalau begitu saya akan membatalkan semua jadwal meeting anda hari ini."

"Terimakasih banyak Pak Rusdi." Ucap Gabriela.

"Sudah menjadi tugas saya, Bu. Jika saya boleh tau dimana Direktur Aris sekarang, Bu?"

"Saya sendiri juga belum mengetahuinya, saya sedang menunggu seseorang yang akan mengirim alamat rumah sakit tempat dimana Direktur Aris di rawat."

"Semoga Direktur baik-baik saja ya, Bu."

Dibalas senyuman tipis oleh Gabriela.

"La, ayo." Ajak Sarah.

"Ya sudah kalau begitu saya pergi ya, Pak. Tolong jaga kantor selama saya tidak ada."

Rusdi langsung menganggukkan kepalanya patuh lalu menundukkan kepalanya waktu atasannya itu berjalan pergi.

"La, apakah tidak sebaiknya kita memberi tahu kedua mertua mu. Soal alamat itu masalah gampang, setidaknya kita cepat-cepat mengabari mereka termasuk ayah dan kakak mu."

"Mereka semua pasti sedang sibuk bu jadi jangan mengganggunya, nanti saja jika waktunya sudah tepat kita kasih tahu mereka."

"Sesibuk apapun mereka pasti mereka akan tetap memprioritaskan hal ini, La."

"Terserah ibu saja."

Triiiing

Gabriela melirik notifikasi yang baru saja masuk di ponselnya, kemudian di cek dan ternyata itu adalah nomor orang yang tadi memberitahu Gabriela bahwa Aris mengalami kecelakaan.

Disitu tertulis nama rumah sakit beserta alamat lengkap menuju rumah sakit tersebut, Gabriela mengambil langkah terburu-buru dan tidak sadar meninggalkan ibunya yang juga sedang menyamakan langkahnya dengan Gabriela.

Diperjalanan menuju rumah sakit tak henti-henti Gabriela menghela napasnya ketika mendengar suara ibunya yang tengah menangis.

Tidak bisakah ibunya itu diam sebentar dan tidak membuat Gabriela semakin pusing?

Setidaknya berilah Gabriela waktu untuk fokus menyetir mobil yang sedang dikendarainya saat ini.

Ia tidak ingin sesuatu juga terjadi padanya, biarkan Gabriela sampai rumah sakit dengan selamat.

Sebenarnya wanita itu juga mengkhawatirkan suaminya tetapi Gabriela mencoba untuk kuat menahan kesedihan yang ada di hatinya, entah apa yang membuat Gabriela tiba-tiba merasa sedih mendengar kabar tentang suaminya itu, biasanya dia tidak akan peduli apapun yang berhubungan dengan Aris.

Biarkan saja, mungkin Gabriela sudah mulai sadar betapa berharganya seorang Aris didalam hidupnya.

Dulu Gabriela memang sempat menyia-nyiakannya tetapi sekarang dia akan menyesal seumur hidupnya jika Aris sudah pergi untuk selama-lamanya.