webnovel

The Nightmare : Ethudan Deadly Sins

Setiap orang pasti tak ingin bertemu dengan mimpi buruk mereka , bahkan beberapa dari mereka mau melakukan apapun demi menghilangkan mimpi buruknya. Lalu bagaimana jika seseorang membantu menghapuskan mimpi burukmu untuk selamanya? Seseorang yang kumaksud disini bukanlah seseorang yang sesungguhnya, namun seseorang yang berasal dari dunia lain. Seseorang itu kemudian bilang bahwa takdir sudah memilihmu, kau tidak bisa lari. Jika kau mencoba lari, sesuatu yang sangat buruk akan menimpamu.

asco · ファンタジー
レビュー数が足りません
18 Chs

Bab 9

Setelah dari makam Ayahnya, Nana diajak Miguelle untuk berkeliling Ethudan lagi. Miguelle mengajak Nana mengunjungi tempat-tempat penting di Ethudan, seperti museum, pusat perbelajaan, sekolah, bahkan tempat eksekusi. Selain itu Miguelle juga mengajak Nana berkunjung ke rumah para petinggi Ethudan, namun mereka tidak bertemu dengan Runa dan Zecher. Kata pelayan dirumah mereka, Runa dan Zecher sedang berada di kastil karena ada urusan.

Puas berkeliling, mereka bertiga memutuskan untuk pulang ke rumah Miguelle. Saat sampai, ternyata Bette sudah menyiapkan makan siang dengan berbagai menu yang menggugah selera. Tanpa pikir panjang Nana langsung duduk dan mulai menyantap menu makan siang.

"Ibu, Ibu tau nggak kalimat ini artinya apa, 'Le fils du père est grand'," tanya Nana disela-sela makannya.

Miguellel berpikir sejenak, ia merasa tak asing dengan bahasa itu. "Kalau nggak salah itu bahasa Perancis, tapi Ibu nggak tau artinya," jawab Miguelle.

"Dev, kau tau artinya?" Nana melihat ke arah Devli.

"Tidak, aku tidak bahasa Perancis," jawab Devli singkat.

Nana melanjutkan makannya sambil memikirkan kalimat itu. Selesai makan, Nana memilih kembali ke taman belakang sambil duduk di gazebo. Wangi bunga yang ada membuat pikiran Nana menjadi tenang, ia juga merasakan tubuhnya menjadi lebih rileks.

"Suasana seperti ini, sangat sulit menemukannya didaerah tempat tinggalmu kan?" kata Devli yang entah sejak kapan berada dibelakang Nana.

"Ya, gitu deh," sahut Nana singkat.

Devli kemudian duduk di kursi yang berada di depan Nana. Ia menuangkan ke dalam cangkir lalu memberikannya ke Nana, "Ini, teh khas dari Ethudan."

Nana menerima secangkir teh yang diberikan Devli dan langsung meminumnya. Setelah meminum teh yang diberikan Devli, Nana merasa semakin haus dan ingin terus minum teh itu. Ketika teh yang ada di cangkir itu habis, Nana akhirnya bertanya kepada Devli, "Teh ini terbuat dari apa?"

"Dari darah rusa," sahut Devli singkat. Nana sangat terkejut ketika mengetahui bahan dasar pembuatan teh itu, Nana merasa mual seketika.

'Darah, bagaimana mungkin cairan merah kental itu dijadikan teh disini? Benar-benar aneh,' batin Nana. Setelah itu ia langsung lari ke dapur, mencari sesuatu yang bisa dimakan untuk menghilangkan rasa mualnya.

"Kamu cari apa?" tanya Miguelle.

"Apa aja, yang penting bisa ngilangin rasa mual," sahut Nana sambil terus mencari.

Miguelle berjalan ke arah kulkas, mengambil sebuah apel lalu memberikannya ke Nana. Nana menerima apel itu dan langsung menggigitnya, ia tiba-tiba teringat akan sesuatu.

"Eh, ini apelnya nggak beracun kan bu?"

"Kamu kira ini didongeng Snow White apa? Ya enggaklah," jawab Miguelle sambil tertawa kecil, "Emang kamu habis makan apa? Kok sampe mual gitu?"

Nana menceritakan semuanya, mulai dari Devli yang datang tiba-tiba sampai Nana yang meminum teh yang Devli bilang terbuat dari darah rusa itu. Miguelle yang mendengar cerita Nana malah tertawa, "Teh dari darah rusa harusnya nggak bikin mual lho..."

"Terus kenapa Nana jadi mual coba?"

"Karena teh yang ada ditaman itu udah basi," Miguelle kemudian tertawa.

"HAH? BASI?!" Nana kaget, "DEVLIIII!!!" teriak Nana. Devli yang sedang berada ditaman hanya tertawa kecil ketika mendengar namanya diteriakkan Nana. "Ya maaf," gumam Devli.

"Lagian Ibu, teh basi kok ditaruh ditaman," omel Nana.

"Lagian kamu, asal minum aja," balas Miguelle tak mau kalah.