Ada perbedaan antara dansa dengan atau tanpa perasaan, kini Apo merasa dibolongi mata Raja Millerius setiap detiknya. Dia ingin mengamuk sejak lampu ruangan meredup. Hanya satu sorot yang menyala, ke tubuh mereka seolah semuanya sudah direncanakan. Si bocil pun menarik pinggangnya ke tengah ruangan, mulai hari inilah skill dansa akan menjadi satu yang paling Apo Nattawin benci. Apo merasa di-ratukan sejak Raja Millerius menggamit tangannya perlahan. Salam penghormatan yang terlampau formal di hadapannya, membuat Apo merasa ingin jungkir balik salto kayang.
Dari yang temponya lambat, si bocil mulai berani mengangkat tubuh Apo naik tinggi. Mereka bergerak bersama permainan piano Zelina yang mendayu-dayu. Apo tak tahu di pojok ruangan ada sekelompok pemusik yang lain, padahal tadi tidak ter-notice penglihatannya. Mereka mulai disoroti lampu juga, semua terdiri dari pemain musik orkestra. Ada biola, cello, harpa, klarinet, saxofone, flute, vibrafon dan lain sebagainnya. Semuanya berpadu menjadi satu, sehingga Apo merasa masuk ke dunia dalam dongeng. Padahal film barbie-barbie tak pernah menarik mata, tapi jika begini rasanya Apo ikut jadi pemeran utama.
Kadang tangan kuat si bocil meremas pada panggul Apo. Kadang juga memutar pinggangnya dua sampai tiga kali. Apo gerah ingin selesai karena dansa mereka bukan sekedar tarian. Raja bocil ini sering icip-icip menggesek kulitnya di balik baju. Lekukan bokong Apo tidak luput dicoba dengan pijatan kilat. Lelaki carrier itu menahan diri untuk tidak bereaksi (walaupun--entah kenapa-- rasanya nikmat disentuh dominan).
Padahal selama hidup Apo tak pernah merasakan sensasi sejauh itu. Dirangkul wanita pun rasa yang terbayang adalah daerah tubuh sensitif mereka. Seperti bibir, leher, payudara, puting, ceruk, selangkangan, dan tentu liang syurgawi mereka--Apo belum pernah membedakan sentuhan sekilas dengan dominan bisa membuat kulitnya mendidih. Diam-diam Apo bahkan ingin lari ke toilet. Dia siap sentuh diri, padahal penisnya saja tidak unjuk gigi. Benda itu masih lemas di dalam celana, hanya saja ada sentilan-sentilan gaib yang merambat di seluruh bagian.
Apo nyaris terjengkang karena gerakan yang sulit, tapi tangan kokoh Raja Millerius siap menahannya agar tidak jatuh. Dia ditarik untuk tegak lagi, lalu terlempar ke pelukan yang hangat nan kokoh. Parfum si dominan dengan cepat mengerubutinya ke seluruh tubuh, padahal mereka hanya berdansa kesana-kemari.
"Yang Mulia, Anda tertarik kepada saya?" tanya Apo, yang lidahnya sudah gatal sejak tadi.
"Kelihatannya?"
Mereka tetap berdansa sambil mengobrol.
"Umgm, saya payah. Kata Ayah bisa-bisa malah jadi selir," keluh Apo, sekalian merendahkan harga diri agar semakin tidak menarik.
"Memang," jawab Raja Millerius enteng.
Kok begitu malah ngomongnya?! Dasar kutil badak ini ....
"Itu artinya Anda akan tetap menikah dengan si ratu? Ehem, maksud saya, yang menang dalam tes dewan?" tanya Apo takut-takut.
"Tentu saja."
Apo tiba-tiba ingin berteriak di ujung tebing sangking frustasinya.
"Ah."
Jancik.
"Kenapa?" tanya Raja Millerius, yang tiba-tiba menahan senyum. "Kau sedih, hm? Ingin memilikiku untukmu seorang?"
"Hah? Tidak kok, Yang Mulia" kaget Apo. "Saya suka lelaki saja tidak, ya. Ugh, ini hanya untuk hukuman yang Anda minta. Saya tidak melakukannya suka rela."
"Ho ...." desah Raja Millerius. "Jadi kau harus kukejar sampai sukarela? Jual mahalnya tak kira-kira," katanya. "Tetapi tidak masalah, itu menarik. Aku terima tantangan darimu. Toh menaklukkan carrier yang suka wanita baru sekali kucoba. Kuprediksi akan menyenangkan."
Apo kaget sampai hanya menyerapah di dalam hati. "Menaklukkan, cil?!" batinnya.
"Kau pikir aku negara jajahan apa?! Sorry, ya. Semiskin apapun aku, Thailand bumi tempatku lahir tak pernah namanya diperkosa penjajah. Cuih. Bahkan dari kau yang Raja Inggris!! Dasar otak kolonial! Bahaya sekali kalau pikirannya selalu kuasa!"
Penyatuan jemari dilakukan keduanya. Pasangan dansa itu berputar satu kali sebelum membentangkan lengan yang tertaut sesaat. Ayunan tangan Raja Millerius terlihat sangat bertenaga, tapi anehnya tak bersuara. Dia beda dengan Apo yang grasak-grusuk ingin tidak lanjut, tapi selalu mengimbangi agar tarian tetap selaras. Sorot lampu semakin atraktif kala lagu menuju ke puncak. Raja Millerius mendekap Apo dari belakang, tiba-tiba tidak ingin melepaskan.
Eh?!
WOY! APA SIH?!
Dagu dominan itu bertumpu pada bahunya. Bocil mana lagi yang punya bekas cukuran jenggot, jika bukan Yang Mulia raja. Rasanya geli saat menyerempet leher. Bagian itu meremang napas hangat yang diempas sangat lembut dari hidung. Tidak ada lagi pergantian langkah sejak saat itu, Apo seperti kucing hutan yang dijebak dalam sebuah kerangkeng besi. Serius rasanya tak nyaman dan panas. Apo diam saja, tapi tubuhnya terus berontak. Dia malah didekap makin erat diantara lengan-lengan yang berotot . Sekali dikecup pada pipi, Apo sudah melotot tidak karuan.
"Yang Mulia--"
"Kau harus jadi ratu, kalau ingin kunomor satukan. Berusaha saja, karena penilaian tetap harus adil selama masuk ke sesi," sela Raja Millerius. "Yang terbaik pastinya akan dipilih, tapi tak masalah jika kau seburuk itu. Jadi selirku pun tidak buruk amat, Nattarylie. Aku bisa meletakkanmu sebagai pemimpin di Istana Noble Consort."
Kan, kan, kan! Bahkan prediksiku tak melenceng sedikit pun! Carrier memang gender yang penuh kutukan! Siapa juga yang ingin jadi pelayan raja! Aku hidup di game bukan untuk menjadi budak seks raja!
"Heum, Anda tidak perlu repot-repot," kata Apo, yang fokus menatap depan, daripada saling pandang dengan dominan yang merengkuhnya. Di titik ini, Apo janji akan menginterogasi sistem kalau nanti mereka bertemu. Ha! Pokoknya harus ada penjelasan! Enak saja menghilang pas genting-gentingnya!!
"Kenapa."
"Saya benar-benar tidak berniat ke arah sana," jawab Apo. "Bagiku melalui 25 level saja bagus. Setidaknya bisa tahan hidup lebih lama."
"Seriusan?" tanya Raja Millerius. "Padahal ada cara jika kau ingin kunomor satukan selama menjadi selir."
"Huh?"
Kenapa obrolannya menjadi begini?
"Lahirkan anak-anakku, paling bagus laki-laki, walau setelahnya kau tidak berhak merawat mereka."
"Demiiiiii?!" kaget Apo. "Aku baru diajak kumpul kebo atau bagaimana sih?! Benar-benar di luar Nayla!"
Apo pun merinding sebadan-badan. Dia keukeuh ingin lepas, hanya saja sudah tersangkut terlalu kuat. Lelaki carrier itu diajak duduk di kursi, dia dipangku, walau raja bocil ini tidak pernah mengatakan perasaannya secara jelas. Apo tahu wajah belianya sedap dipandang. Mungkin bagi Raja Millerius dia seranum buah di pohon. Apo siap petik, walau belum benar-benar masak. Rasanya sudah manis, enak, nan segar, tapi Jiwa pejantan Apo serasa ingin membalik posisi mereka.
"Berarti Anda mengincar saya?"
"Ya."
Aku menyesal sudah bertanya.
"Sejak kapan?" tanya Apo. "Dan saya juga penasaran kenapa."
"Apakah raja berkewajiban menjawab rakyat?
Apo pun langsung mendengus. "Anda benar-benar memanfaatkan jabatan dengan sangat baik."
Raja Millerius terkekeh-kekeh.
Berikutnya Zelina, prajurit pedang, dan beberapa dayang kompak pamit. Mereka mundur dengan rapi dan lampu gedung menyala terang. Seintens apa Raja Millerius coba merogoh ke dalam kancing. Apo buru-buru menariknya sehingga mereka berperang kecil.
"Yang Mulia--tidak mau--ugh ...." tolak Apo dengan wajah panik. "Nanti saya adukan kepada Ayah loh. P-Pasti ... Yang Mulia--"
HEI! SUMPAH YA! KUGAMPAR KAU LAMA-LAMA! BERHENTI, MILLERIUS!!
"Hanya ingin mencoba sedikit."
"Tidak!"
Apo pun terengah-engah, padahal baru satu jari yang menelusup dalam sela kancing bajunya. Raja Millerius pasti mendengar betapa ribut gempuran di dalam sana karena terlalu jelas. Baru diusap sekali, telinganya sudah ikut merah. Apo berkaca-kaca, padahal dia tak ingin menangis.
"Nattarylie."
"Ummm, i-ini agak keterlaluan tidak sih untuk hukumannya? Saya tidak suka yang begini! Tolong--!"
"Kau makin cantik jika ketakutan."
"Lepasss! Umnn ...."
Sang dominan pun tertawa keras untuk pertama kalinya. Apo malah meneteskan air mata dengan hidung pengar. Dia putus asa hingga sulit sekali bernapas. Yang barusan sangat tidak lucu untuk sebuah candaan. Apo benar-benar terisak di tempat itu. Dia meremas lengan sang saja bocil, tapi dibiarkan saja. "Hiks, hiks ... hmmh--hiks ... huhu ...." Titik-titik terus berjatuhan ke pipi putihnya seperti hujan. "Ayah, hiks ... Ayah ... hiks, hiks ... Ibu mau peluk lagi, hiks ... hiks ... aku benci berada di sini, hiks, hiks ... Ayah ...."
Apo sendiri tak paham, apakah itu setting-an Nattarylie umur 18 tahun, yang pasti perasaannya jadi sensitif kalau menjurus ke hubungan dewasa asli. Ketakutannya naik drastis karena sang raja lelaki. Secara otomatis dia langsung pening karena yang menyentuhnya sesama jenis.
Mau didekap, dipeluk, atau dipuk-puk sekalipun tak mempan, yang ada Apo makin menggigil dengan suhu jari yang membeku. Telapak tangannya serasa berkeringat terlalu banyak. Lelaki carrier itu kram menyeluruh hingga tidak sadar kecupan-kecupan sayang mulai hadir di keningnya hingga tangis tersebut berhenti.