webnovel

The Beginning

Alyssa Glyn adalah seorang wanita single parent yang bekerja demi memenuhi kebutuhannya dan juga anaknya. Terlahir dari keluarga kurang mampu dan hidup serba kekurangan membuat Alyssa selalu dipandang sebelah mata oleh orang disekitarnya...

Tapi sekarang, sedikit demi sedikit hidupnya mulai banyak mengalami perubahan, Alyssa kini bekerja disalah satu Hotel yang berlokasi di Singapura, karirnya bermula saat dirinya selesai menganyam pendidikannya dan meraih gelar sarjana ekonomi di salah satu universitas ternama di Australia yaitu di University of Sydney. Alyssa memang memiliki kecerdasan yang tidak diragukan lagi, dulu ia sempat tidak yakin kalau dirinya mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri, karena menurutnya masih banyak orang yang jauh lebih baik dibanding dirinya. Tapi keberuntungan sedang berpihak padanya dan Alyssa sangat bersyukur karena tuhan selalu memberikannya kemudahan...

*Flashback*

"Kamu tidak pantas sekolah disini! Disini tidak sederjata dengan kamu!"

"Harusnya kamu sadar diri! Jangan kamu fikir karena diterima sekolah disini lantas bikin kamu 'besar kepala' ya! Ingat! Kamu bisa berada disini berkat beasiswa! Jadi jangan bertingkah!"

"Tidak perlu menyombongkan dirimu hanya karena parasmu yang cantik itu! Karena Anak udik, kampungan! Sekali kampungan tetap kampungan! "

"Jangan pernah kamu berani terbar pesona dengan laki-laki disini ya! Apalagi kalau sampai aku melihat kamu menggoda salah satu dari anak team basket! Aku jamin beasiswa kamu akan hangus seketika! Ingat itu!!!"

Alyssa selalu dijauhi bak wabah yang berbahaya hanya karena dia bukan dari kalangan jet set seperti yang lain. Selama 3 tahun Alyssa menghadapi caci maki yang tiada hentinya, Alyssa hampir putus asa untuk bertahan di sekolah itu tapi tekadnya lagi-lagi membuatnya bangkit, Alyssa sempat mengalami trauma akibat perbuatan beberapa ulah anak laki-laki di sekolahnya, memiliki tubuh yang sempurna, wajah yang cantik, dan otak yang cerdas membuat Alyssa terlihat sempurna dimata para kaum Adam, tak terkecuali seorang laki-laki yang terkenal di sekolahnya dengan julukan 'The Most Wante School'. Laki-laki yang sudah membuat hidup Alyssa berantakan dan hancur pada saat itu....

15 tahun yang lalu saat kejadian buruk menimpa Alyssa....

Salah satu temannya menghampiri Alyssa yang sedang merapikan meja. Ya, kini sudah waktunya pulang sekolah. Sekolah juga sudah mulai terlihat sepi.

"Ca. Aku dapat pesan dari Gabriel, dia akan menunggumu di depan ruang perpustakaan."

Alyssa sempat ragu karena tidak biasanya Gabriel meminta Alyssa menunggunya disana. Tapi rasa-ragu itu ditepis jauh-jauh karena sekarang ia merasa bahagia karena akhirnya laki-laki itu sudah kembali dari hanya

Alyssa saat itu hanya bisa mengenyitkan dahinya. tapi rasa ragu itu hanya sekilas, Alyssa sudah tidak sabar bertemu dengan laki-laki yang beberapa waktu yang lalu menyandang setatus sebagai kekasihnya itu.

Alyssa menunggu Gabriel di koridor depan Perpustakaan. Suasana di sekolah saat itu sudang sangat sepi, kini jam di tangannya menunjukkan pukul 4 sore. Perasaan gelisah dan khawatir tidak bisa di tutupi. Alyssa memutuskan untuk pergi, mungkin saja Gabriel ada keperluan yang mendadak jadi dia tidak bisa menemui Alyssa saat ini. ya mungkin begitu...

Langkah Alyssa terhenti ketika tiba-tiba saja dari arah belakang ada yang membekap mulutnya dan menutupi kepalanya, dan saat itulah kesadaran Alyssa menghilang, tapi sebelum kesadaranannya menghilang Alyssa samar-samar mendengar suara laki-laki di dekatnya.

Pukul 07:00 PM

Alyssa perlahan membuka matanya, ia mencoba memfokuskan matanya karena ia berada di ruangan yang cukup gelap. Alyssa menegakan tubuhnya yang terasa sakit, ketika ia sudah sepenuhnya sadar, matanya terbelalak, ia berada di gudang dan ini di rooftop!

dan keterkejutannya tidak sampai disitu, jantungnya berdebar kencang saat menyadari kalau penampilannya sungguh berantakan, ditambah ada bekas noda di sekitar paha hingga ujung kakinya, dengan tangan gemetar Alyssa menyentuh noda itu yang ternyata darah kering.

Alyssa menemukan ada secarik kertas yang tergeletak di samping tasnya. ia langsung membacanya

"Terima Kasih untuk 'pelayanan' yang kamu berikan. Walaupun sangat disayangkan karena kamu dalam keadaan tidak sadarkan diri, tapi aku cukup puas. kita harus mencobanya lagi nanti, tentu saja di situasi yang berbeda. dan terima kasih karena sudah menjadikan aku orang pertamamu."

Air mata Alyssa mengalir deras, bahkan isak tangisnya sangat terengar memilukan, ia ingin berteriak tapi tidak bisa, Alyssa memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sesak. ia sudah gagal, gagal menjaga harta paling berharga yang satu-satunya ia miliki. ia juga kecewa pada dirinya sendiri, karena mulai saat ini ia sudah menjadi wanita paling rendah.

"Ayah, Ibu maafkan Alyssa. Alyssa sudah gagal menjadi seorang anak yang bisa membuat bangga kalian. Alyssa mengecewakan kalian dengan kesalahan yang pastinya akan sulit dimaafkan. Maafkan Alyssa..."

Sejak saat itulah Alyssa semakin menutup diri, bahkan Gabriel yang tidak tahu apapun ikut kena Imbasnya. Alyssa berusaha menghindari semua orang. Cuma Hana satu-satunya teman yang bisa mengobrol dengan Alyssa. berulang kali Gabriel meminta Hana untuk membujuk Alyssa bertemu dengannya tapi Alyssa selalu menolak dengan alasan 'Aku capek' atau 'Aku harus belajar' dan sebagainya.

Puncaknya pada saat malam promnight, Alyssa mengambil keputusan yang cukup mengejutkan.

*Prom night*

Para siwa sudah mulai berdatangan memasuki Venue tempat diselengarakannya malam puncak Prom night. Alyssa berdiri dii dekat pintu masuk, wajahnya tampak gelisah, dan berulang kali Alyssa memperhatikan mobil yang berhenti, ia sedang menunggu seseorang, ya siapalagi kalau bukan kekasihnya.

"Ca kamu ngapain berdiri disini? Ayo kita masuk, acara sudah mulai." Hana menegur Alyssa.\

"Kamu duluan aja Han, aku sedang menunggu Gabriel." Hana tersenyum menggoda

"Cieee, udah baikan nih? Kemarin-kemarin di cuekin, giliran orangnya nggak ada malah dicari" Hana tertawa melihat semburat merah muncul dikedua pipi Alyssa.

"Aduh apa sih kamu ini Han. Sudah sana kamu masuk gih" Alyssa menyentuh bahu Hana

"Aku temenin kamu aja deh" Hana berdiri disamping Alyssa. Hana dan Alyssa asik mengobrol, dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang sejak kedatangannya terus memperhatikan Alyssa yang terlihat sangat cantik dengan balutan Dress hitam, ya walaupun di sangsi kalau Dress itu dari brand ternama. Tapi jujur saja, entah sejak kapan Alyssa selalu menjadi wanita yang selalu menghantui fikirannya.

"Ekhm" Alyssa dan Hana menoleh mendengar ada suara yang berdehem dibelakangnya. Jika Alyssa membelalakan matanya, berbeda dengan Hana yang justru memutar bola matanya malas. Saat ini berdiri sosok laki-laki yang sangat tampan berbalut tuxedo dengan rambut yang disisir kebelakang, menambah pesona laki-laki itu.

"Kamu mau apa?" nada tidak bersahabat langsung dilontarkan Hana saat itu. Alyssa menunduk, tidak berani menatap laki-laki.

"Aku ingin bicara dengan dia" Laki-laki itu menunjuk Alyssa dengan dagunya, tangannya di masukan kedalam saku celananya, menunjukkan ia tidak terpengaruh dengan Hana yang seperti memusuhinya.

"Tidak boleh! Lebih baik kamu pergi sana!" Hana berkacak pinggang, Alyssa mendongak, ia menyentuh tangan Hana.

"Han kamu jangan seperti itu" Alyssa berbisik

"Ca! kamu itu nggak tahu gimana bahayanya dia, dia itu lebih bahaya dari ular Python sekalipun"

"Hey! Enak saja kau bicara! Kata siapa aku berbahaya? Yang benar saja saya disamakan dengan ular!" Laki-laki itu mulai terpancing emosi, kini mereka bertiga menjadi pusat perhatian, Alyssa mencoba menenangkan Hana, tapi keduanya malah semakin berdebat kencang. Sampai akhirnya ada seorang laki-laki paruh baya menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.

"Nak Alyssa?" Alyssa mengangguk, kini Hana dan laki-laki itu turut memusatkan perhatiannya pada laki-laki tua itu.

"Loh Pak Aji?" Ya, Pak Aji ini adalah supir pribadi yang biasanya mengantar Gabriel ke sekolah.

"Nak Al, saya dapat amanat dari Nak Gab, saya di suruh memberikan ini untuk Nak Al." Pak Aji memberikan secarik surat.

"lalu? Sekarang Gabriel dimana Pak? Kenapa dia tidak memberikannya secara langsung sama saya?" Pak Aji nampak ragu lalu menggeleng. Alyssa menghela nafass pelan.

"ya sudah, terima kasih Pak" Pak Aji menggangguk lalu pamit pergi.

Alyssa membuka lembar kertas di tangannya.

Hallo sayang, gimana malam Prom night nya? Sayang sekali aku tidak bisa melihatmu dengan gaun indah yang pasti menambah kecantikan mu. Maaf karena aku berhalangan hadir di acara sepenting ini, ini benar-benar diluar dugaanku. Al, mungkin saat kamu baca surat ini aku sudah pergi. Ayah tiba-tiba memutuskan pergi ke luar negeri malam ini, aku bahka tidak diberi kesempatan untuk berpamitan dengan mu. Al, aku mohon tunggu aku, aku janji aku pergi nggak akan lama, aku pasti akan kembali, secepatnya. Jadi tolong jaga hati kamu buat aku Al. au sayang kamu, melebihi apa yang kamu kira"

Alyssa meneteskan air matanya, Hana merebut kertas di tangan Alyssa dan membacanya cepat. Segala ekspresi ditnjukkan Hana, dan tiba-tiba saja ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu degan cepat.

"Aku tahu kemungkinan dia mengankat panggilan dariku sangat kecil, tapi semoga saja belum terlambat, bicaralah padanya Ca" Alyssa mengambil ponsel Hana, dan terdengarlah suara laki-laki

"Hallo" Alyssa berbicara dengan gemetar. Hana dan laki-laki itu hanya memperhatikan Alyssa.

"Al..."

"aku sudah baca surat dari kamu..."

"Al bukan maksud aku meninggalkan kamu tanpa-" perkataan Gabriel terpotong oleh Alyssa

"jangan menjelaskan apapun Gab, dan tolong dengarkan aku sampai aku selesai bicara" tidak ada jawaban dari sebrang telepon, Gabreil menuruti keinginan Alyssa, ia mendengarkan tanpa mengeluarkan sepatah katapun

"Kamu tahu? Selama ini kamu adalah satu-satunya laki-laki yang dekat dengan kuu, ralat, satu-satunya laki-laki yyang mau dekat dengan ku. Kamu meyakinkan aku dengan caramu, caramu yang membuat aku akhirnya menyadari kalau kamu adalah laki-laki yang tepat untuk ku. Aku mengabaikan semua fakta diantara kita. Aku sadar, begitu banyak perbedaan yang membuat kita sulit bersama, tapi lagi-lagi kamu meyakinkan aku. Kamu membuat aku menjadi wanita paling bahagia, tapi sedangkan aku? Aku nggak bisa berbuat apa-apa untuk membuat kamu bahagia, I did'nt nothing." Alyssa menghapus air matanya

"beberapa hari yang lalu aku baru disadari oleh beberapa kenyataan, yang embuat aku sadar, aku bukan wanita baik Gab, sama sekali bukan. Banyak hal yang tidak bisa aku ceritakan karena aku terlalu malu. Oh ya, kamu tahu? Ayahku meninggalkanku tanpa pamit padaku, ibuku pun pergi tiba-tiba, dan malam ini Aku merasakan itu lagi, aku ditinggalkan tanpa pamit. Aku bertanya-tanya, apa aku diciptakan hanya untuk di tinggalkan? Tapi kali ini aku masih beruntung karena aku masih diberi kesempatan berbicara untuk yang terkhir kalinya" Air mata Alyssa mengalir deras

"Kini saat aku yang mengambil peran itu..."

"Apa maksud kamu Al? aku mohon jangan mengatakan hal yang aku takuti! Atau lebih baik aku tutup saja teleponnya?" Alyssa menatap Hana, Hana yang juga sudah banjir air mata hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Maafkan aku karena selama ini belum bisa menjadi wanita baik. Aku gagal menjadi penyempurna mu karena aku melupakan fakta kalau kamu sudah teralu sempurna walau tanpa ku. Aku selalu berusaha terus dan terus, tapi seprtinya kali ini aku menyerah"

"Berhenti atau aku tidak akan pernah memaafkanmu Al"

"Kita akhiri sampai disini saja Gab. Kita akhiri hubungan yang tidak akan pernah berhasil ini. ayo kita bangun dari mimpi indah ini dan jangan menjadi egois dengan melupakan kenyataan yang ada."

"Egois? Apa kamu tidak berfikir saat mengatakan itu Al? Apa kamu tahu apa arti Egois itu? Memikirkkan keppentingannya sendiri dan mengabaikan perasaan orang lain, itu namanya egois! Dan yang kamu lakukan ini iitu namanya Egois! Disini buka Cuma ada perasaan kamu, tapi ada perasaan aku juga, apa kamu tidak pernah memikirkan itu? Apa selama ini aku tidak ada artinya untukmu sampai kamu sanggup melakukan ini? Kamu marah karena aku pergi?" Alyssa menggeeng, walaupun ia tahu Gabriel tidak akan melihatnya.

"Bukan gitu, Aku cuma-"

"Apa aku harus membatalkan kepergianku supaya kamu menarik semua omong kosong yang taddi kamu katakana? Apa aku harus sepperti itu???" terdengar jelas suara Gabriel yang membentaknya.

"Ako mohon kamu ngerti. Dan suatu saat kamu akan mengerti, kamu tahu? Kamu itu lelaki hebat, cerdas, tampan, baik dan berasal dari keluarga terpandang. Tapi kamu lihat aku, apa ada kelebihan yang bisa aku tunjukkan? Nggak ada. Gab, aku percaya suatu saat kamu passti bisa mendapatkan wanita yang setara denganmu, wanita yang aan jauh lebih bisa membuat mu menjaddi laki-laki paling bahagia."

"Al!!!"

"Terima kasih untuk semuanya dan sekali lagi maaf" Alyssa menutup sambungan teleponnya. Lak-laki dihadapannya ternyata ikut merassakan kesedihan Alyssa. Bahkan Hana saat in sudah terduduk di dekat pintu, ia menangis, karena tidak menyangka ia akan menjadi saksi berkahirnya hubungan Alyssa dan Gabriel

"Han ini ponselnya, tolong kamu jangan mengatakan apapun kalau Gabriel menghubungimu ya"

"Lalu kamu mau pergi kemana?"

"Aku mau pulang, badanku pegal-pegal dan muka ku juga sudah gatal, biasalah aku kan tidak pernah memakai make up hehehe" Alyssa mencoba tersenyum sedangkan Hana menangis dan langsung memeluk erat tubuh rapu Alyssa

"Aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja, kamu bisa lapiaskan padaku kalau kamu butuh" Alyssa mengusap pundak Hana lalu melepaskan pelukannya.

"Aku memang sedang tidak baik-baik saja, tapi bukan berate aku harus menangis meraung-raung kan? Aku hanya butuh waktu sendiri." Hana mengangguk.

"kamu, tidak apa-apa kan kalau kita bicara dilain waktu?" Alyssa bertanya kepada laki-laki tampan yang sedari tadi hanya menjadi penonton dan pendengar yang baik.

"Kamu. Ehmmm mau aku antar?" Hana mendelik lalu memukul bahu laki-laki itu.

"Apa sih? Kamu bar-bar sekali! Aku hanya kan berniiat baik!"

"Niat baik yang dilakukan oleh orang sepertimu itu namanya modus" Alyssa terkikik, Alyssa tidak mengerti kenapa Hana bisa sebenci itu dengan laki-laki ini.

"Tidak perlu, aku akan pulang sendiri. Terima kasih untk niat baiknya. Yasudah kalau begitu aku pamit Pergi ya."

"Hati-hati Al" Alyssa mengangguk. Laki-laki melirik Hana sinis lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Hana.

Hana menarik bagian punggung Laki-laki itu "Kamu fikir kamu mau kemana?"

"Apalagi sih? Saya tidak ada urusan dengan kamu! Jadi biarkan saya pergi"

"Dengar aku baik-baik wahai anak baru yang songongnya setinggi menara Eiffel dan sebesar dunia"

"Masih ada yang lebih tinggi dari Eiffel Tower, Burj Khalifa di Dubai juga tinggi!"

"Kata siapa? London Eye juga tinggi!"

"Ada lagi-"

"Aissh stop-stop! Kenapa bahas bangunan sih! Back to topic. Beberapa hari yang lalu apa kamu tidak merasa sudah melakukan kesalahan? Kesalahan yang tidak akan pernah termaafkan?" Laki-laki itu terdiam, mencerna ucapan Hana. Dan tubuhnya tiba-tiba saja menegang

"Ka...ka..kau?" Hana mengangkat alisnya

"Aku rasa kamu sudah tahu alasan aku bersikap seperti ini sama kamu? Ingat baik-baik, aku tidak akan membiarkan orang yang sudah menyakiti Alyssa lolos begitu saja, tidak dengan kamu maupun Gabriel, kalian berdua kan mendapatkan balasan atas segala perilaku yang telah kamu perbuat, dan Aku yang akan mewakilkannya, dan saatnya nanti aku akan membuatmu menderita." Hana langsung pergi meninggalkan laki-laki itu.

"Kalian tidak tahu kalau aku sangat menyesalinya dan ingin meminta maaf...." Gumam laki-laki itu.

Dan saat itulah semuanya berawal....

次の章へ