Herannya L tidak juga menoleh lima menit setelah London menyampaikan pengakuan dosanya. Dada pria itu menjadi semakin berdebar-debar. Apakah ini karena L sangat marah sehingga ia perlu waktu untuk menenangkan diri sebelum melampiaskan amukan kawah Candradimukanya?
"L... tolong jangan diam saja.." kata London dengan suara memelas. Ia menyentuh bahu L dengan tangan gemetar.
"Eh..." L segera menoleh dan menatap London sepasang mata membulat. "Kau belum tidur? Bukankah tadi kepalamu sakit?"
Suara L yang demikian lembut dan penuh perhatian membuat hati London justru dilanda ketakutan hebat. Apakah L sengaja berbaik-baik kepadanya sebelum mengamuk?
Ibaratnya ketenangan yang terjadi sebelum datangnya badai; semakin tenang suasananya, maka akan semakin mengerikan badainya nanti.
"Aku..." London menelan ludah dengan susah payah.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください