webnovel

part #14

Setelah bel istirahat berbunyi. Biru dan Jeva pergi mengganti baju mereka. Keadaan Biru juga sudah mendingan.

Saat keluar dari ruang ganti. Biru dikejutkan oleh keberadaan sahabatnya. Mereka sudah berdiri menunggu Biru dengan wajah yang cemas namun kesal.

"Biru..Lo gak papa kan? mana ada yang luka? yang sakit mana?." Airys mengguncangkan tubuh Biru.

"Rys.."

"Rys.."

dua kali masih tidak berhenti

"Airys."

Ketiga kali dia malah cengengesan. menampilkan deretan gigi putihnya.

"Malah senyum Pepsodent.." Ujar Biru memutar bola matanya.

"Cuma ketimpuk ba doang. Lebay amat si Lo."

"Yeu... khawatir nih khawatir..." Airys merangkul Biru lalu membawanya menuju kantin. Diikuti oleh yang lainnya.

"Eh bentar.." Biru menoleh ke belakang. Dia mencari keberadaan Jeva.

"Ada yang ketinggalan.." Saat Biru kembali ke ruang ganti. Ternyata Jeva masih di sana melipat bajunya.

"CK.ck.ck....gue kira Lo dah selese.." Biru melipat kedua tangannya di bawah dada.

"Masih belum Bir. Lo duluan aja gue ntar nyusul." Biru menggelengkan kepalanya. Dia menunggu Jeva sampai selesai.

"Lo ikut gue ma yang lain ya.." Biru merangkul Jeva dan membawanya kepada sahabatnya.

"Gais.. kenalin.. Jeva,"

"Jeva kenalin..Dia Kevin,. Nathan,Raka.. dan yang paling bawel ini Airys.." Biru memperkenalkan satu persatu sahabatnya.

Mereka saling berjabatan tangan. Setelah berada di kantin seperti biasa. Ada yang memesan makanan dan ada yang mencari tempat duduk.

"Makanan sudah datang..." Nathan dan Kevin membawa nampan yang berisi makanan sedangkan Raka membawa nampan yang berisi minuman.

"Ini punya Airys,,Gue,,Kevin, Raka, Jeva dan..." Saat hendak membawa mangkuk ternyata sudah habis.

"Bentar kok kurang..punya Biru ketinggalan kayaknya.." saat Nathan hendak kembali Biru menahannya.

"Enggak, gue emang gak pesen kok. Gue cuma pesen minuman doang." Ujarnya diangguki oleh Nathan.

"Eh kok gak makan.." Biru yakin sebentar lagi mulut mercon Airys akan beraksi.

"Gue sarapan tadi pagi..Sekarang masih kenyang.." Ujarnya

"Gak ada alasan. ntar kalo Lo sakit gimana?.."

Biru menggelengkan kepalanya.

"Yaelah gak makan sehari mah kaga bikin sakit kali rys.." Ujar Biru lalu menyeruput minumannya.

"Ini nih kalo bego di pelihara.." Airys memotong bakso miliknya sampai menghasilkan bunyi.

"Gue aduin ke Abang Lo tau rasa lo.."

"eit..eit... sejak kapan jadi pengadu.."

Ujar Biru menunjuk Airys dengan jarinya.

"eit..eit.. sejak kapan susah makan.."

Airys melakukan hal yang sama.

"Sejak kapan jadi pemaksa?..."

"Sejak Lo susah makan..."

"Nih kalo gue makan sekarang..yang ada gue malah sakit...jadi ntar aja makan nya kalo nafsu makan gue dah ada..."

"Nih kan makin bego...ya mana ada makan bikin sakit... mengada-ada Lo ini jem.."

"HEH!...SAMPE KAPAN DEBAT MULU.."

Biru dan Airys melempar tatapan sinis kepada orang yang bersuara barusan. Yaitu Kevin.

"Apa? cepet makan Rys. Bir jangan lupa makan ntar siang. Lo gak makan siap-siap ntar pulang sekolah kena semprot bang Faresta." Biru hanya mengedikan bahunya tak peduli.

Jeva dan sisanya hanya tersenyum melihat tingkah laku tiga sahabat itu.

----

Ragu namun ingin tahu. Gadis remaja dengan seragam yang masih melekat pada tubuhnya, sudah berdiri sejak setengah jam yang lalu.

Tangannya hendak mengetuk pintu, namun ragu. Sampai pada akhirnya dia memberikan diri untuk mengetuk pintu, dan masuk keruangan itu.

TOK..TOK..TOK..

"Masuklah.." Terdengar suara pria menyuruhnya masuk.

Dia memutar kenop pintu. Lalu memasuki ruangan kerja ayahnya itu. Terlihat ayahnya sedang berdiskusi sesuatu dengan sekretaris.

Namun setelah Biru masuk, mereka langsung menghentikan acara diskusi nya. Mungkin membicarakan mengenai bisnis, pikir Biru.

"Kemarilah putri ayah.." Ujar Surya, lalu Biru duduk di kursi depan Ayahnya.

Sekertaris ayahnya masih berada di sana. Membuatnya sedikit risih dan menyuruh Surya untuk menyuruhnya keluar.

Biru melihat bola mata wanita itu memutar kesal. Membuat Biru mengerutkan keningnya.

"Ada apa sayang?."

Biru masih melakukan perilaku sekretaris ayahnya itu. Sampai ayahnya harus menepuk lengan Biru,baru dia tersadar.

"Em, besok hari ulangtahun Bunda."

"iya...lalu?" Surya menutup laptopnya. Dia sepertinya tahu apa yang diinginkan oleh putrinya ini.

"Bagaimana kalau kita pergi ke makan bunda. Bersama." Ujar Biru, Surya sedikit berpikir. Sepertinya ada sesuatu yang menghalangi.

"Kenapa ayah? tidak bisa ya?." Ada nada kekecewaan dalam nada bicaranya.

"Besok ayah harus meeting, sayang."

Sudah dia duga. Dari awal Surya memasang wajah berpikir pun dalam hati Biru dia sudah tahu jawabannya apa.

"Yasudah..Biru pulang dulu.." Biru bangkit dari duduknya. Lalu meninggalkan Surya yang kembali beraktivitas di depan laptop.

Biru mengeluarkan benda pipih dari saku celananya. Dia menelpon seseorang dengan wajah kesal.

"Gue tunggu di taman kota." Setelah mengucapkan kalimat itu. Biru melanjutkannya.

seperti yang dia ucapkan ditelfon tadi. Tujuannya sekarang adalah taman kota.

"Gimana? Lo udah tanya soal baju itu?." Suara bas dari belakang sudah dia kenali bahwa itu adalah abangnya.

"Enggak. Besok bunda ulang tahun. Ayah gak bisa pergi sama kita. Katanya ada meeting."

Dari raut wajahnya Faresta sudah bisa menebak bahwa adiknya ini sedang kesal.

"Besok kita pergi berdua. Gak papa lah. Kalo gak penting pasti ayah bisa pergi kan." Benar juga apa uang dikatakan Faresta. Jika tidak sepenting itu pasti Surya akan datang.

"Mengenai baju. Gue lupa banget tadi. Keburu ketemu sama si sekertaris judes."

"Udah lah..jangan dipikirin. Muka Lo kesel kayak gitu makin jelek Bir. Sumpah dah gue. Bibir manyun, Mata melotot, kening ngerut. Udah kayak monster di film-film kartun jaman dulu." Ucapan Faresta semakin membuat Biru kesal. sungguh kakak yang tidak beradab. Adik marah bukannya di ujuk malah digoda.

"Gue udah bilang. Jangan deket-deket sama Degar." Ujar Faresta dengan wajah datar. Biru mengangkat sebelah alisnya.

"Iya bawel..emang kenapa sih? lagian kemaren kan gue kaga sengaja ketemu tuh orang." Faresta sedikit terkejut dengan ucapan adiknya itu.

"Jadi kemarin kalian jalan bareng?."Beonya membuat Biru menoleh.

"Ralat ya..Gue gak sengaja ketemu dia..bukannya disengaja tapi gak sengaja..You know .." Faresta menatap Biru sedikit curiga. Namun dia mempercayai adiknya itu.

"Iya...iya...kenapa baru bilang ?."

"hah?.. ya emangnya gue harus laporan ke Lo setiap gue ketemu orang gitu?."

"ya..engga juga.. cuman ya tumben aja Lo gak cerita-cerita sama gue.."

"Hilih....Dahlah ayo pulang gerah gue.."

"Badan Lo bau bener si..." Celetuk Faresta, membuat adiknya itu memukul lengan nya.

"Namanya juga belum mandi.. mengada-ada kau ini..." Lalu mereka berjalan berdampingan menuju Parkiran mobil. Karena mereka membawa mobil masing-masing, jadi mereka berjalan beriringan menuju rumah.

continued...