Sebelum memulai bernyanyi. Matanya melihat pada seluruh siswa. Ada lima remaja yang menjadi perhatian baginya. Ya sahabatnya. Mereka menyemangatinya lewat gerakan tangan dan gerakan mulut.
Dan di sisi lain. Remaja cowok dengan seragam yang sengaja di keluarkan sedang menatapnya dengan senyuman hangat. Siapa lagi jika bukan kakaknya Faresta. Biru membalas dengan senyuman manisnya.
Dimulainya petikan demi petikan sehingga menghasilkan lantunan nada yang indah. Kli ini untuk pertama kalinya dia menampilkan bakatnya setelah sekian lama.
Dia mempersembahkan lagu 'You don't know, lagu dari katelyn Tarver'
I know you've got the best intentions
Just trying to find the right words to say
I promise, I've already learned my lesson
But right now, I wanna be not okay
bait pertama yang dimulai membuat semua menikmati dengan keheningan.
I'm so tired, sitting here waiting
If I hear one more "Just be patient"
It's always gonna stay the same
Seseorang merasa seperti ada sesuatu di balik lagu ini.
So let me just give up
So let me just let go
If this isn't good for me
Well, I don't wanna know
Let me just stop trying
Let me just stop fighting
I don't want your good advice or reasons why I'm alright
You don't know what it's like
You don't know what it's like
Can't stop these feet from sinking
And it's starting to show on me
You're staring while I'm blinking
But just don't tell me what you see
I'm so over all this bad luck
Hearing one more "Keep your head up"
Is it ever gonna change?
So let me just give up
So let me just let go
If this isn't good for me
Well, I don't wanna know
Let me just stop trying
Let me just stop fighting
I don't want your good advice or reasons why I'm alright
You don't know what it's like
You don't know what it's like
Don't look at me like that
Just like you understand
Don't try to pull me back
Let me just give up
Let me just let go
If this isn't good for me
Well, I don't wanna know
Let me just stop trying
Let me just stop fighting
I don't want your good advice or reasons why I'm alright
You don't know what it's like
You don't know what it's like
You don't know, you don't know
You don't know
You don't know what it's like
You don't know what it's like
You don't know, you don't know
You don't know what it's like
You don't know what it's like
PROK PROK PROK PROK
Riuh tepuk tangan menggemuruh. Biru hanya tersenyum dengan detakan jantung yang berdetak sedikit cepat.
"Terima kasih.." Biru meninggalkan dua MC yang terkagum kagum melihatnya. Dia turun dari panggung disambut hangat oleh anak-anak kelasnya.
Banyak yang memuji. Namun ada juga yang malah menjauh, karna mungkin rasa iri nya tak mampu ia sembunyikan.
Dia pikir akan biasa saja. Namun mereka sangat kagum dan bangga dengan bakat terpendam Biru. Dia hanya menanggapi dengan ucapan makasih dan senyuman.
Sampai akhirnya dia menemui sahabatnya. Mereka mengembangkan senyum saat Biru menghampiri.
"Sahabat gue keren banget sumpah..."
"Bir ngena banget ke ati.."
"Tingkatkan nak, kamu sangat berbakat.."
"Makin bagus aja bir.."
Mereka memang tahu dengan bakat Biru. Namun Biru jarang memperlihatkan bakatnya itu.
"Kalau aja kita sekelas Bir. Mungkin yang akan sambut Lo itu kita.Bahkan kita bakal jemput Lo ke atas panggung." Ujar Airys sedikit mendrama namun terdengar ada nada kekecewaan disana.
"Yaudah lah sama aja. Satu kelas ataupun engga kita juga Mash bisa sama-sama kan?."
Airys mengangguk lesu. Dia sangat ingin satu kelas dengan sahabatnya itu. Entah kenapa akhir-akhir ini, jika dia melihat Biru. Seolah ada yang janggal.
"Bir Lo kaga papa kan?." Ujar Raka tiba tiba.
"Engga lah emang kenapa?." Biru kembali bertanya.
"Nyanyian Lo ngena banget. Berasa ada sesuatu gitu. Kaga tau perasaan gue doang kali." Kini Nathan yang menjawab, namun sisanya mengangguk.
"Iya gue juga ngerasa. Soalnya kaga tau ngena aja gitu."
"Penghayatan guenya mendalam.. gimana sih kalian. Kaga ada sangkut pautnya sama apa apa kali." Ujar Biru, sedikit menutupi sesuatu.
Setelah mendengar ucapan Biru. Mereka berjalan untuk kembali duduk menyaksikan tampilan selanjutnya.
Namun tangan Biru ditahan eh seseorang yang tangannya lebih besar darinya. Biru menoleh.
"Kenapa bang?." Namun setelah dia mengedipkan mata beberapa kali. Ternyata bukan abangnya. Melainkan cowok yang menabraknya tadi.
"Eh.." Saat dia sadar bukan abangnya, dia menepis kasar tangannya dari Degar.
"Ada apa?." Ketusnya.
"Ikut gue." Ujarnya namun dengan nada memerintah yang tidak ingin dibantah.
"Kemana si. kalo mau ngomong disini aja. apa susahnya." Langkah Biru sedikit berlari, karena langkah Degar lebih besar darinya.
"Lepasin gak?." Bentaknya namun dihiraukan, malah pegangan nya semakin diperkuat. Dia membawa Biru sedikit jauh dari panggung.
"Mau ngapain sih hah?!."
Degar melepaskan pegangannya. Ada bekas merah di lengan putih Biru.
Degar terdiam lama. Dia ingin menyampaikan sesuatu namun sedikit ragu-ragu terlihat dari wajahnya.
"Apaan sih?!.ga jelas banget." Ketus Biru lalu saat hendak meninggalkan Degar. Akhirnya cowok itu bersuara.
"Maaf." Satu kata yang keluar dari mulut Degar.
Biru menaika sebelah alisnya. Apa dia tak salah dengar?. Barusan yang diucapkan oleh cowok angkuh itu adalah maaf.
"Gue dah kasar sama lo." Matanya enggan bertemu dengan mata Biru. Dia menatap arah lain.
"Selain kasar ke manusia Lo juga kasar ke tembok?."
"hah tembok?." Beo Degar Leli menolehpada Biru. Biru mengangguk,
"Ya terus Lo minta maaf sama siapa Juned?.."
"Orang di sini siapa?." Degar balik bertanya.
"Gue ma lu." jawab Biru ketus.
"terus?.." ujar Degar
"Nabrak." ketus Biru lagi.
"Gue minta maaf sama lu lah." Timpal Degar.
"Siapa yang bego?." lanjutnya Degar bertanya.
"lu lah." jawab Biru dengan alis menaut
"lah kok gue?." Degar menunjuk pada diri sendiri.
"Ya mana ada orang ngomong matanya ngeliat ke mana mana." Tangan Biru ikut serta dalam bicaranya.
"Kesannya itu gak serius. Sekolah ga sih?." Ujar Biru memasang wajah datar.
"Bilang aja kali mau di tatap sama gue kan lu." Dengan tangan yang sudah lihai dalam cubit mencubit orang, kini tangnnya dengan pertama kalinya mencubit perut Degar. Hingga cowok itu meringis kesakitan.
"Bener bener gila." Ujar Biru sambil memiringkan jari telunjuknya di depan keningnya.
Dia melenggang pergi meninggalkan Degar. Namun dengan gerakan cepat ,Degar menahan Biru.
"Sorry gue dah kasar ,dan selalu cari masalah sama Lo." Ujar Degar, terdengar serius dan tulus.
"Udah ? gue mau balik ke sana." Degar menganggukan kepalanya. Biru meninggalkan Degar yang terus menatap kepergiannya.
continued....