Bagaimanapun, Jiang Yueping tidak mengira bahwa kakaknya sendiri akan menamparnya. Ia hanya berdiri di tempat, tidak bergerak, dan seluruh tubuhnya nyaris membatu. Setelah Jiang Bangyuan menampar Jiang Yueping, ia segera menoleh dan malah meminta maaf kepada Quan Rui, "Aku benar-benar sangat minta maaf, Rui. Adikku dimanja sejak kecil dan suka tak tahu batas saat bicara. Tolong jangan dimasukkan dalam hati. Aku akan mengajarinya dengan baik."
Seakan sudah menduga bahwa Jiang Bangyuan akan melakukan tindakan seperti itu, Quan Rui yang tampak sudah tahu jelas pun tak lagi merasa terkejut. Ia bahkan tidak melihat Jiang Yueping yang ditampar dan hanya berkata pada Jiang Bangyuan, "Kalau begitu, kamu harus mendidiknya dengan baik."
Setelah itu, Quan Rui berbalik badan dan menggandeng tangan Bai Ran untuk berjalan kembali menuju ke vila. Xu Chenglin sama sekali tidak berkesempatan untuk ikut campur dan hanya bisa ternganga di pojokan sambil diam-diam menyaksikan Jiang Yueping ditampar. Dulunya keluarga Xu juga termasuk keluarga yang terpelajar dan menguasai aset. Namun, jika dibandingkan dengan keluarga Jiang, perbedaannya bukan hanya satu atau dua tingkat saja.
Xu Chenglin bisa dijodohkan untuk menikah dengan salah satu putri keluarga Jiang karena ayahnya yang mengaturnya dan siapa tahu Tuan Besar Jiang akan mengangkatnya sebagai anak. Beruntung Jiang Yueping menyukai Xu Chenglin karena jika tidak, ia tidak tahu harus bagaimana untuk keluar dari penderitaan ini. Xu Chenglin yang memiliki latar belakang dan tujuan seperti ini saja bahkan tidak berani berbicara keras-keras di hadapan keluarga Jiang, apalagi di hadapan Quan Rui?
Siapa itu Quan Rui? Ia adalah Presiden Global Internasional, sang Pangeran dari keluarga Quan! Tidak ada siapapun yang tidak mengenalinya di kota Sanjiang. Bahkan, jika ia hanya batuk sekali dengan santai, kota Sanjiang akan ikut terguncang. Saat Xu Chenglin berada di situasi seperti ini malam ini, ia jelas tidak berani mengatakan apa-apa dan hanya bisa berdiri di belakang Jiang Yueping sambil melihatnya ditampar.
Tentu saja ini adalah pertama kalinya Jiang Yueping dipukul sejak lahir. Ketiga kakak-beradik keluarga Jiang lahir dan tumbuh dewasa di keluarga yang berada. Belum lagi, Jiang Yueping adalah adik paling kecil. Kakak laki-laki dan kakak perempuannya selalu melindunginya sehingga ia lebih berani melakukan apapun tanpa rasa takut. Namun, sekarang Jiang Yueping baru saja ditampar oleh kakak yang selalu memanjakannya sejak kecil. Rasa sakit di wajah Jiang Yueping masih terasa panas dan tajam, bahkan hingga menjalar sampai ke dalam hati. Namun, ia masih tertegun dan bingung sehingga ia hanya bisa terdiam menatap Jiang Bangyuan dengan tatapan penuh ketidakpercayaan.
Sebenarnya, tangan Jiang Bangyuan terasa sakit. Setelah ia melihat Quan Rui berjalan pergi bersama jalang kecil itu, barulah ia menoleh dan memandang Jiang Yueping dengan penuh makna. "Ping'er, bagaimana aku mengajarimu sejak kecil? Terserah kamu lakukan apapun yang ingin kamu lakukan di dalam rumah. Tapi, di luar sana, kamu harus tetap menjaga sikap bagaimanapun caranya! Kamu tahu siapa Quan Rui? Jika kamu bersikap itu di depannya, mau ditaruh di mana wajah keluarga Jiang?!"
Jiang Bangyuan mendisiplinkan Jiang Yueping sambil mengerutkan kening dengan serius. Sementara itu, Jiang Yueping menggertakkan gigi sambil mendengarkan tanpa mengatakan sepatah kata pun. "Kamu tahu mengapa keluarga Quan ingin memiliki hubungan pernikahan dengan keluarga kita? Itu karena kita keluarga Jiang, keluarga yang kuat di kota Sanjiang selama ratusan tahun! Keluarga Quan mendominasi semua provinsi, tapi mereka juga ingin memenangkan hati rakyat di kota Sanjiang dan mereka hanya bisa melakukannya jika memiliki relasi dengan kita. Kalau kamu tidak sadar, bisnis keluarga Quan begitu besar dan nilai jari kelingking Quan Rui saja lebih besar daripada kita keluarga Jiang! Mengapa dia masih mau merendah untuk berhubungan dengan kita? Jika kamu tidak memahami pertanyaan ini, kamu tidak cocok untuk menjadi putri keluarga Jiang!"
Jiang Bangyuan memarahi Jiang Yueping dengan keras tanpa belas kasihan serta mengajukan pertanyaan soal prinsip yang benar dan salah untuk menyadarkan Jiang Yueping. Namun, amarah dalam hati Jiang Yueping belum sepenuhnya reda sehingga ia masih ingin kembali mengalihkan kebenciannya pada Bai Ran. Ia pun berusaha membela diri, "Kak, aku mengerti semua maksud perkataanmu, tapi aku tidak bisa diam saja melihat kakak iparku dicuri oleh jalang kecil itu! Kakak tidak marah melihatnya?"