webnovel

Synesthesia Petals

作者: SkyFanfare
一般
連載中 · 28.4K ビュー
  • 5 章
    コンテンツ
  • レビュー結果
  • N/A
    応援
概要

Polar Bear, Koala, Panda, Kukang. "Woi! Murid baru itu imut banget!" "Astaga!" "Tapi Jomblo." "Gaskeun Mamank!" Suatu saat nanti, aku akan menggapainya. Entah suara, sentuhan, senyuman yang selalu ia tampakkan. Seperti tidak ada apapun hal buruk yang terjadi. Hubungan manusia memang rumit, tidak ada yang bisa menjelaskan hubungan itu dengan jelas. Hanya saja, apakah itu akan terjadi? Angin yang berhembus di antara kita berdua. Membawa sepenggal rasa sepi dari suatu tempat. Setelah itu, langit meneteskan air mata dan terlihat lebih cerah daripada sebelumnya. Alasan kenapa kau tersenyum saat sedih dan menangis saat bahagia. Itu karena hatimu telah menaklukan dirimu sendiri. Jika bicara tentang takdir dan masa depan. Berapa kali kita harus menggapainya? Ini adalah cerita yang membuat dirimu tersadar siapa dirimu. Menulis kata-kata, menggores setiap lembaran baru. Yang kutahu akan cerita ini, ungkapan hati yang ingin menjerit.

Chapter 1Prologue

Perlahan-lahan memejamkan mata. Menatap atap rumah yang sudah tidak asing lagi bagiku. Memutar otak, terpikirkan bahwa hari ini adalah hari senin yang membuat siapa saja malas.

Bagiku? Entahlah, mau itu hari yang mana. Semuanya sama bagiku, hari libur juga bukanlah hari libur yang sebenarnya. Tanpa kusadari, terbiasa dengan semua hal yang telah kulalui selama ini.

Kaki yang menyentuh lantai, rasa dingin menyebar di telapak kaki. Memandang ke arah pintu, itu terlihat terbuka sedikit celah. Yah ... ini sudah sering terjadi dan aku sudah tahu siapa pelakunya.

Beranjak dari atas kasur, membuka gorden kamar yang ada di samping kiri kasur. Cahaya mentari langsung menyilaukan mataku, namun semuanya sama di mataku.

   "Lapar ... "

Menoleh ke belakang dan menatap ke atas pintu. Terdapat jam dinding dengan jarum pendek yang menunjuk waktu kurang dari jam delapan pagi. Dengan segera, aku melompat beberapa kali sampai kesadaranku sepenuhnya terkumpul.

   "Waktu untuk pergi ke sekolah adalah lima menit jika ngebut pakai sepeda. Memberi makan Kolbi dan Hanoman tiga puluh detik. Untuk mandi, tiga menit kurang."

Semua spekulasi yang dilakukan bersamaan dengan ucapan dan pikiran. Membuatku terbiasa dengan analisa penggunaan insting jomblo. Itu bukanlah kemampuan khusus, namun insting yang aku asah selama tiga tahun.

Lagipula, aku bisa merasakan niat jahat yang disembunyikan manusia di sekitarku. Hanya manusia, untuk hewan cukup kumengerti tingkah mereka.

Pergerakan kecil, tingkah laku, kontak mata, pola napas, perubahan dalam ekspresi, dan kebencian. Ini adalah caraku mendapatkan informasi dan memprediksi pikiran maupun pergerakan lawan bicara.

Manusia biasanya memperlakukan seseorang dengan bodoh. Ada juga yang sama baik dengan takaran yang sama, itulah masyarakat.

Kulupakan semua materi dan ide yang memasuki pikiranku. Segera pergi menuju dapur, di situlah terpasang kamar mandi ditambah toilet. Hemat tempat, hemat segalanya.

Mendapati dua ekor kucing yang membuat langkahku terhenti untuk mengambil handuk. Tatapan kucing jenis anggora campuran persia himalaya itu. Seperti meminta pajak jalan jika ingin menginjak wilayah kekuasaannya.

   "Beri kami makan, kau bisa lewat semaumu."

Itulah yang aku pikirkan ketika saling bertatapan dengan kucing pejantan. Warna rambut putih tulang dengan bercak kuning membuatku gemas ingin merangkulnya dan melemparnya ke atap rumah.

Ketika aku berjongkok memberi makan kucing dengan pakan. Salah satu kucing berambut hitam yang lain bernama Hanoman, mengelus-elus kepalanya ke kaki kananku. Dengan satu penuh wadah berisi pakan kucing, aku tinggalkan dan segera pergi menuju kamar mandi.

Sebetulnya aku menyebut dua warna kucingku itu bukan untuk membedakannya. Ada alasan khusus untuk hal ini dan itu adalah suatu hal yang rahasia.

Menatap wajah sendiri di pantulan cermin, tak kusangka bahwa aku cukup ganteng. Meskipun menganggapnya dengan ganteng, aku tidak terlalu tahu menahu dengan standar ketampanan seorang laki-laki.

Penampilanku yang kucel, rambut medium yang berantakan setelah bangun tidur. Aku terpikirkan untuk mencukur rambut hitam kecoklatanku ini. Tapi biarlah, aku menyukai gaya rambutku ini.

Satu bulan telah berlalu semenjak penerimaan murid baru di SMA. Selama satu bulan itulah, satu kelas berisi dua puluh sembilan individu. Individu itu tergabung menjadi beberapa kelompok, untuk kelompokku adalah para laki-laki yang kurang kerjaan.

Sudah satu bulan tidak melatih fisikku lagi. Pada momen terakhir itu, membuatku frustasi dan hilang semangat setelah menyadari 'itu' hilang dari pandanganku.

Dalam tiga menit, tubuhku telah sepenuhnya bersih setelah kugosok sampai mampus. Segera membilasnya dan mengeringkan seluruh anggota badanku dari atas ke bawah. Keluar dari kamar mandi seraya merendahkan suara langkah kakiku.

   "Jomblo! Dah pagi! Bangun woi! Panda! Panda!"

Suara berisik dan menjengkelkan itu terdengar setiap hari sibuk. Kedua orang tuaku jarang sekali bangun pagi, tanpa kusadari tingkat kemalasan keluargaku bagaikan panda.

Dengan setengah telanjang handuk yang menutupi tubuh bagian bawah. Berjalan cepat ke arah pintu, membukanya ditambah sedikit tenaga.

*Brakk

Pada saat itu kusadari, aku lupa dengan membuka slot kuncinya dan membuat suara gaduh dari pintu. Setelah kubuka slot kunci, terdapat seorang remaja seumuranku.

   "Akhirnya bangun juga, jika aku tidak datang. Sepertinya kau akan telat dan pakai bajumu bego."

   "Telat jidatmu! Duluan saja."

Sosok pria seumuran denganku. Rambut hitam kecokelatan medium. Ia cukup tampan dan populer di sekolah, apalagi dirinya sudah mempunyai seorang pacar.

   "Aku menolak, aku akan berangkat bersamamu. Alasannya hanya satu, mungkin kau akan terkena musibah."

Dia mengucapkannya disertai senyuman kecil tanpa ada niat apapun. Inilah yang membuatku kesal berhadapan dengannya. Menurutnya, penderitaanku lebih menarik dari pada penderitaan orang lain yang pernah ia lihat.

   "Sebentar, hari ini akan kubawa Kolbi bersamaku."

   "Ini sudah keberapa kalinya kau membawa kucing ke sekolah? Berandalan membawa kucing, sungguh manis sekali."

   "Aku tampol ya!"

* * * * * *

Seperti biasa, mengendarai sepeda menuju sekolah dengan isi tas beberapa buku tanpa ada alat tulis. Mungkin ini sebuah misteri, setiap alat tulis maupun penghapus. Jika lima detik saja ditinggal di atas meja, maka dalam enam detik akan hilang tanpa jejak.

Pelakunya? Tentu saja, itu aku. Karena itu, tanpa kusadari isi kolong meja milikku penuh dengan bolpoin yang aku ambil.

   "Astaga ... apa yang aku lakukan selama ini ... "

Duduk di bagian samping kiri dekat jendela. Ruangan kelas ini ada di lantai dua, lebih menyenangkan di lantai atas namun akan menyebalkan jika panggilan alam mendesak. Sedangkan toilet ada di lantai satu.

Temanku yang tadi pagi, berada di kelas yang berbeda denganku. Di kelas ini, aku adalah individu yang terlihat kesepian di mata orang lain.

Tempat duduk milikku bukan berada di sudut, namun ada di depannya. Aku bukanlah seorang protagonis, hanya orang biasa dengan keterampilan yang berbahaya. Sudah sebulan, di samping kanan tidak ada seorang pun yang menempatinya.

   "Pelajaran pertama adalah Kimia. Pilihan terbaik adalah tidur sambil mendengar penjelasan guru."

Pikirku seraya melihat jam dinding yang terpasang di atas papan tulis hitam. Penggunaan papan tulis hitam yang memakai kapur lebih baik dari pada papan tulis putih. Hanya saja, debu dari kapur cukup berbahaya bagi pernapasan.

Ketika mencoba beberapa kali untuk mengheningkan suara yang masuk melalui telinga. Suara bel masuk sekolah berdentang, tidak ada cara lain lagi selain bangun dan memberi hormat terlebih dahulu kepada guru.

Ketika melirik ke tas yang ditempatkan pada samping meja. Terdapat kepala kucing yang muncul melalui sela-sela resleting yang terbuka. Kutarik resleting itu, mengangkat kucing bernama Kolbi dan aku tempatkan di atas meja.

*Sreek

Suara pintu kelas dengan jenis digeser terdengar olehku. Para murid di kelas ini segera kembali ke bangku masing-masing. Menahan kepalaku dengan tangan kanan, mengganjal daguku di atas meja.

   "Tidak seperti biasa, irama langkah kakinya beraturan. Biasanya dia ... "

Pada saat itu kusadari, perubahan sifat yang dilakukan oleh guru kimia itu tidaklah wajar. Ada alasan tertentu di balik semua itu, ini membuatku penasaran.

   "Pagi anak-anak!"

   "Pagi!"

   "Hari ini, kita kedatangan murid baru pindahan dari sekolah lain."

Setelah mengatakannya. Guru kimia itu menoleh ke samping kiri, menggunakan bahasa isyarat dengan gerakan tangan. Kode itu memiliki maksud agar murid baru itu masuk ke kelas.

Tatapan setiap murid di kelas ini tertuju pada sosok perempuan yang melangkahkan kakinya dengan pelan. Sosoknya yang begitu indah, baru kali ini aku melihat siswi yang begitu cantik. Siswi itu berdiri di depan kelas, mencoba memperkenalkan dirinya meskipun diselimuti perasaan malu.

Rambut coklat sampai punggung, wajah yang amat manis dan cantik membuat siapa saja terpesona kepada sosoknya yang anggun.

Aku sangat terkejut. Sungguh sekali, baru kali ini aku terkejut dalam hidupku. Siswi itu tidak bicara sepatah kata pun, ia memperkenalkan dirinya dengan tulisan tangan yang tercantum pada buku catatan kecil.

Halaman pertama menunjukkan namanya. Halaman kedua menunjukkan kondisi tubuhnya. Dia bisu, setiap murid yang ada di kelas ini terkejut.

Untukku? Ya, aku sungguh terkejut seraya mengusap-usap Kolbi dengan tangan kiri. Bukan karena dirinya bisu atau apa. Sosok perempuan yang ada di depan kelas saat ini adalah ...

To Be Continue ....

あなたも好きかも

Kakak Tertua yang Kaya Raya Berkuasa Mutlak

Pendahuluan 1: Penduduk desa, ketika menyebut Zhuang Qingning yang tak punya orang tua, lalu jatuh sakit dan memilih hidup sendiri daripada diasuh oleh keluarga pamannya, mereka mendesah dan menggeleng-gelengkan kepala, berpikir dia sedang merintis jalan menuju kematian. Namun siapa sangka, dia memulai bengkel, membeli toko, membangun rumah, hidup nyaman memelihara anjing dan kucing, dan setiap orang yang mendekatinya berkembang secara finansial? Penduduk desa: Apakah terlambat untuk mendapatkan belas kasihan dari Dewa Kekayaan sekarang? Menunggu jawabanmu, ini cukup mendesak...... ---- Pendahuluan 2: Semua orang di ibu kota mendesah kagum atas keberuntungan Pangeran Qi, yang kecantikannya tiada tara, karena dia mengikuti keinginan ratu almarhum dan menikahi seorang gadis desa biasa, sehingga melepaskan pernikahan ideal. Namun siapa sangka, sang pangeran begitu memperhatikan istrinya, menghabiskan kekayaan untuk membuatnya tersenyum, melanggar perintah hanya untuk melindunginya, benar-benar berperilaku seperti pria yang jatuh cinta...... Semua orang: Permisi, apakah terlambat untuk mulai mendukung pasangan ini sekarang? ---- Kisah ini tentang seorang wanita desa yang tumbuh langkah demi langkah, menghadirkan kehangatan, keceriaan, menghadapi jalan berduri dan keberhasilan yang menyenangkan, di mana para kekasih akhirnya menikah, dan ada pembalasan bagi kebaikan dan kejahatan.

Tea Warm · 一般
レビュー数が足りません
575 Chs

Istri yang Kupungut Terlalu Galak

Ketika Feng Qing lahir, ia terjual kepada sebuah pasangan dari pegunungan akibat kelalaian rumah sakit. Enam belas tahun kemudian, orang tua kandungnya membawa dia pulang dari sebuah desa kecil di pegunungan, dia mengira hidupnya akan menjadi lebih baik, tapi ternyata tidak. Tidak hanya dia tidak mendapat cinta dari orang tuanya, adik angkatnya membuat dia menjadi buta. Pada akhirnya, orang tuanya menikahkannya dengan seorang pria tua di usia lima puluh tahunan. Pada hari pernikahannya, Feng Qing melarikan diri dari hotel dengan deretan pengawal yang mengejarnya. Dalam situasi genting, dia memanjat masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di pinggir jalan. Di kursi belakang mobil tersebut duduk seorang pria tampan di mana kekejaman yang dingin terus-terusan terpampang di wajahnya. Dia terlihat seperti orang yang tidak bisa disepelekan. Feng Qing menepuk-nepuk tangannya yang kotor. "Jadi, pak, saya perhatikan bahwa wajah Anda terlihat sangat kesepian. Bagaimana menurut Anda memiliki seorang istri yang sekarang telah menawarkan diri kepada Anda?" Xie Jiuhan umumnya dikenal sebagai Kesembilan Master. Dia adalah penguasa Kota Ibu Kota dan mempunyai kepribadian yang tidak terduga. Dia keras kepala dan kejam. Para sosialita di Kota Ibu Kota menggunakan segala cara, tapi tak satupun dari mereka yang berhasil menyentuh bahkan ujung pakaian Kesembilan Master. Dari hari itu, gosip mulai tersebar di Kota Ibu Kota. Kesembilan Master, yang biasanya menghindari wanita, membesarkan seorang istri kecil di rumah besar dan memanjakannya sepenuhnya. Kesembilan Master: "Istri saya terlalu lemah untuk merawat diri sendiri." Dokter: "Lalu, siapa wanita itu yang bisa memecahkan lutut seseorang dengan satu tendangan?" Kesembilan Master: "Istri saya dulu hidup di desa, dia tidak pandai dalam pelajarannya." Mahasiswa di Universitas Ibu Kota: “Istri Anda terus mendapatkan nilai tertinggi dalam setiap ujian. Jika dia tidak pandai dalam pelajarannya, kami ini apa? Bodoh?" Kesembilan Master: “Istri saya sangat pemalu. Dia belum bertemu banyak tokoh penting atau figur-figur terkemuka." Masyarakat: “Tolong diam!" Otoritas terkemuka di bidang kedokteran, profesor ilmu pengetahuan, dan sutradara internasional terkenal mengantri di luar rumah Anda, memohon untuk bertemu dengannya! Ya, istri Anda belum pernah bertemu dengan tokoh penting atau figur-figur terkemuka sebelumnya karena dialah sosok paling terkemuka di sini.

Yishen · 一般
レビュー数が足りません
666 Chs

レビュー結果

  • 総合レビュー
  • テキストの品質
  • リリース頻度安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界観設定
レビュー
ワウ!今レビューすると、最初のレビュアーになれる!

応援