webnovel

SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard

Rachel Gabriella Winata , cucu perempuan satu satunya yang dimiliki Bram Winata dan Retno Winata. Gadis remaja SMA yang dikawal oleh 3 orang anak laki laki seusianya yang memang merupakan saudaranya sendiri. Mereka adalah cucu cucu keturunan SULTAN. Rachel dijodohkan oleh Retno , atau oma Rere alias neneknya sendiri kepada seorang anak dari orang paling terkaya nomor dua setelah keluarganya . Akankah Rachel menuruti permintaan sang Nenek ? Atau Rachel akan menolaknya ? Simak terus kisahnya hanya di SULTAN FAMILY . Selamat membaca ! Semoga kalian suka :)

FheeKamikaze_ · 若者
レビュー数が足りません
111 Chs

SALAH PAHAM...

"Rey ! Coba lo lihat dari arah depan cewek itu ." titah Rachel . Rey pun menuruti nya dan memutar drone supaya terbang berlawanan arah dengan gadis yang sedang berjalan ditaman , agar Rachel bisa dengan jelas melihat wajah gadis tersebut .

"Oh my god !" pekik Rachel yang membuat Rafi dan Rio terkejut karena mereka tidak memperhatikan Rachel dan sedang fokus akan sesuatu . "Dia kan....?"

***

Gadis itu terus berjalan menghampiri rumah kosong . Dengan terburu buru , ia celingak celinguk memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat dirinya didepan rumah kosong tersebut . Lalu dia bergegas masuk tanpa rasa takut akan kegelapan didalam rumah kosong itu.

Gadis itu pun segera menaiki anak tangga menuju tempat penyekapan Rafa yang memang berada dilantai dua . Rumah yang memang tidak berpenghuni selama belasan tahun itu tidak membuat sang gadis takut .

"Bos !" panggil salah satu penjaga terhadap gadis yang baru datang tersebut . "Apa kita akan menghabisinya malam ini ?" tanyanya .

"Tidak !" ucap tegas gadis itu . "Disini tidak aman . Pindahkan dia ke tempat yang lebih aman ." titahnya.

"Baik bos ." sahut kedua penjaga itu dengan serempak.

***

Disisi lain , Haris mulai menyuruh tim jurnalis untuk segera memasuki area rumah kosong tersebut. Mereka pun bergegas menjalankan misinya . Agar tidak menanamkan suatu kecurigaan , mereka mengitari lantai dasar terlebih dahulu . Kemudian barulah mereka pergi ke lantai atas.

Diwaktu yang bersamaan , Haris dan yang lainnya termasuk Rafi , Rio , Rachel dan Laura mengikuti tim jurnalis masuk ke dalam rumah kosong tersebut .

Saat tim jurnalis akan meliput satu ruangan yang memang mencurigakan , keluarlah seorang laki laki botak dengan body tinggi kekar dan mengusir mereka supaya tidak melanjutkan liputan nya ditempat itu . Mungkin suara langkah dan kebisingan tim jurnalis cukup terdengar oleh gadis itu , sehingga sebelum mereka memasuki ruangan dimana mereka berada gadis itu menyuruh bodyguardnya untuk segera mengusirnya .

"Siapa kalian ?" tanya orang itu dengan tatapan yang sangat tajam . Suara lantang itu terdengar cukup keras sampai lantai bawah .

"Kita , kita dari tim jurnalis pak ." sahut salah seorang dari tim jurnalis.

"Mau apa kalian kesini ?"

"Kita hanya ingin meliput tempat ini saja , kata orang orang tempat ini angker dan banyak setannya." jawabnya iseng. Dilihat dari wajahnya yang sangar itu seketika berubah menjadi orang yang ketakutan .

"Jangan ngadi ngadi !" bentak orang itu. "Gue gak percaya sama setan ." sangkalnya . "Pergi dari sini !" usirnya . "Cepat pergi ! Jika kalian masih ingin selamat ."

"Jangan bergerak !" tegas Irjen Hamzah tiba tiba muncul dan menodongkan pistol ke arah laki laki tersebut .

"Po-po_polisi ?" ucap kaget laki laki itu seraya mengangkat tangannya . "Ampun pak !" tiba tiba dia merengek seperti anak kecil yang meminta permen . Nyalinya kian menciut "Jangan tembak saya ."

"Berani melangkah satu kali , saya tembak kepala botak kau !" kecam Irjen Hamzah . "Ringkus dia !" titahnya kepada bawahannya. Satu orang telah tertangkap . Mereka mengamankannya terlebih dahulu .

Sedangkan didalam ruangan , gadis itu perlahan membuka kain hitam yang menutupi mata Rafa . Rafa pun tersadar lalu membuka matanya dan mengerjap ngerjapkannya agar tidak nampak buram . Sontak kaget saat melihat gadis yang sedang berdiri dihadapannya.

"E-e-elo ?" ucap Rafa kelu.

"Selamat malam tuan Rafa Alexander !" sambut gadis itu sambil terkekeh . "Gimana , menyenangkan bukan ?" tanyanya .

"Kenapa elo nyekap gue ? Apa salah gue ?" tanya Rafa menuntut. "Oh ! Jangan bilang lo lakuin ini karena lo suka sama gue ."

"What ? Gue ? Suka sama elo ?" ucap gadis itu sambil tertawa kecil. "Mana mau gue sama cowok pembunuh kayak lo ." terangnya menekankan.

"Pembunuh ? Maksud lo apa sebut gue pembunuh ?" tanya Rafa tak mengerti .

"Jangan sok kura kura dalam perahu lo ." ujarnya.

"Pembunuh apa ? Gue gak pernah bunuh siapapun ." lantang Rafa.

"Alisa Putri . Gadis nerd yang meninggal karena bunuh diri sewaktu SMP ."

"Siapa dia ? Apa hubungannya dengan gue ?" Rafa pun berkali kali melontarkan pertanyaan terhadap gadis itu . Karena apa yang diucapkan nya sama sekali tak dipahami oleh Rafa.

"DAN ITU SEMUA GARA GARA LO !" tegasnya seraya menarik hoddie Rafa .

"Gue gak kenal dan gue gak tahu apa apa ." jelas Rafa menyangkal .

"Gak usah sok suci . Dia adik gue , dan gue gak terima dengan semua perlakuan lo terhadap adik gue ."

"Apa bukti lo , kalau semua memang karena gue ?" tanya Rafa lagi. "Gue gak pernah kenal sama siapapun , termasuk cewek yang lo sebut itu ."

"Berani lo menyangkalnya ? Apa lo hilang ingatan ?" ucapnya geram sambil mencekik leher Rafa sampai Rafa tak bisa bernafas . "Makhluk macam apaan lo ?"

"Lepasin Maureen !" teriak seseorang yang tiba tiba masuk keruangan tersebut. Kaget bukan kepalang , gadis itu pun refleks melepaskan tangannya dari leher Rafa. Dan seorang penjaga yang berada disampingnya , menghadang seseorang itu .

Ya , gadis tersebut adalah Maureen . Ternyata dia yang ada dibalik semua penculikan Rafa. Maureen adalah kakak dari Alisa Putri . Gadis berusia tujuh belas tahun itu berani melakukan sebuah tindakan

"Jangan mendekat !" tahan Maureen seraya mengeluarkan pisau kecil dari kantong celananya lalu menodongkannya kepada Rafi dan yang lain . "Berani maju satu langkah , nyawa Rafa melayang !" kecamnya .

"Ja-jangan , jangan bunuh anak saya . Saya mohon ." ucap Haris memelas . "Tolong lepaskan anak saya . Saya janji , saya tidak akan membawamu ke kantor polisi ." ungkapnya .

"HA..HA..HA.. TIDAK SEMUDAH ITU FERGUSO !" ucapnya terkekeh .

"Nama saya Haris , bukan Ferguso ." terang Haris sok polos .

"DIAM ! KALIAN SEMUA DIAM !" ujar Maureen sambil mengarahkan ujung pisau ke leher Rafa . Kontan semua yang menyaksikan berteriak histeris .

"Reen , tolong lepaskan ! Please , gue mohon ." ujar Rachel memohon . "Semua hanya salah paham Reen ." jelasnya .

"DIAM ! Elo gak tahu , betapa sakit hatinya gue . Gara gara dia , adek gue MATI !" Maureen pun menekan ucapannya .

"Ci , gue tahu . Elo sayang banget sama Alisa . Gue paham itu ." timpah Laura ikut bicara . "Gue sahabat Alisa dari kecil . Gue tahu segalanya tentang dia . Kalo lo sayang sama adek lo , gue mohon lo gak usah seperti ini . Yang ada , Alisa bakalan marah dan benci karena tindakan lo ." ungkap Laura tenang .

"Gue punya buktinya , kalau Rafa gak bersalah ." sambung Rafi . "Dan sebenarnya , orang yang dimaksud adek lo itu... Gue !" ungkap Rafi . Maureen pun terkejut lalu menurunkan pisaunya dari leher Rafa. Ia tak memahami apa yang sebenarnya terjadi.

"Ma-ma-mak-maksud lo ? Elo yang namanya Rafa ?" tanya Maureen .

"Bu-bu-bukan , bukan gitu ." sahut Rafi .

"So ?" ucap singkat Maureen.

"Mungkin adek lo salah paham ." celetuk Rio .

"Gue adalah orang yang udah nolongin dia sewaktu dia tenggelam . Tapi entah bagaimana , dia bisa mengira bahwa yang telah menolongnya adalah Rafa ?" jelas Rafi tenang dan merasa bersalah . "Ya , mungkin karena kita kembar . Dia gak bisa bedain , lagipula dulu gue cuma nolongin aja . Gak sempat ngobrol ."

"Lalu , kenapa dia bisa melakukan hal yang nekat ?" tanya Maureen lagi yang sudah seperti detektif .

"Coba lihat ini ." ucap Rio seraya menunjukan sebuah video dilaptopnya kepada Maureen .

"Apa itu ?" ucap Maureen sambil menatap layar laptop . Ia pun merasa sangat terkejut sesaat setelah melihat rekaman video dalam laptop tersebut.

Badannya melemas , sampai terhyung kebelakang ingin terjatuh . Dirinya merasa shock akan apa yang telah terjadi kepada sang adik. Maureen pun mulai meneteskan air matanya karena tak tahan melihat video itu. Kini ia duduk bersandar didinding ,tangannya mengepal memendam emosi , lalu meramat rambutnya sambil berteriak histeris . Ia pun menangis sejadi jadinya .

Melihat bos nya seperti itu , penjaga yang dianggap anak buah Maureen pun dibekuk oleh anak buah Irjen Hamzah . Laura yang ikut merasa sedih , ia menghampiri Maureen . Mencoba menenangkan dan memeluknya . Haris pun dengan segera langsung melepaskan tali yang mengikat di tangan dan kaki Rafa . Kemudian membawanya pergi dari ruangan itu .

"Paman !" panggil Rafi kepada Irjen Hamzah . "Eump ? Rafi minta , jangan sekarang ya . Biarkan dia tenang terlebih dahulu ." ucap permintaan Rafi yang dibalas oleh senyuman dan anggukan darinya . Irjen Hamzah pun dengan tangkas memahami maksud permintaan Rafi .

Lalu Rafi berjalan menghampiri Maureen . "Gue , gue minta maaf ." ucapnya sungkan . "Gue merasa bersalah atas kejadian masa lalu yang menimpa adek lo . Tapi gue janji , gue bakal cari semua pelaku yang membuat adek lo seperti itu ." lanjutnya seraya mengusap pundak Maureen yang terus menangis . "Pasti , itu pasti gue lakuin untuk menebus kesalahan gue ." janji Rafi kepada Maureen .

***

**Dirumah Sultan**

Rumah mewah yang katanya menghabiskan uang hampir mencapai triliun untuk membangunnya , tak lepas dari penjagaannya yang super duper ketat . Bram telah merekrut puluhan orang yang multitalent untuk menjadi seorang penjaga dan pengawal seluruh anggota keluarganya . Bukan hanya jago bela diri , tetapi kecerdasan dan kepintaran pun diutamakan .

Waktu berlalu begitu cepat , malam pun semakin larut . Kini Rafa telah kembali ke rumah mewah itu , disambut oleh senyum bahagia dari para keluarganya termasuk Adriana . Walaupun kondisi Rafa dikatakan sangat tidak baik . Tetapi , mereka memilih untuk tidak membawanya ke rumah sakit . Maka dari itu , Bram menyuruh dokter Bagas datang ke rumahnya untuk memeriksa keadaan Rafa .

Satu tusukan jarum pun telah menembus area punggung tangan sebelah kanan yang berarti tangan Rafa telah terpasang sebuah infusan . Karena sudah satu hari dua malam Rafa diculik , pastinya dia terkena dehidrasi . Dan untuk menstabilkannya kembali ya harus dengan di infus , agar cairan tubuh cepat bertambah .

Rere pun sangat bersyukur , cucunya kembali lagi dengan keadaan selamat . Namun peraturan tetap peraturan , Rere masih memegang teguh aturan yang dibuat untuk kelima cucunya . Dalam keadaan seperti itu , beliau masih bisa mengomel atas kejadian yang menimpa Rafa. Hukuman tetap ada meskipun itu bukan kesalahan dari mereka .

**Diruang Keluarga**

Setelah dokter Bagas selesai memeriksa dan pamit pulang , Rachel dan yang lainnya berkumpul diruang keluarga bersama Bram dan Rere. Ruang keluarga terkadang bisa menjadi ruangan terhoror bagi para anggota keluarga Winata . Seperti saat ini , kelima cucu Winata tersebut telah duduk tegang dihadapan Rere dan Bram . Sorot tajam mata Rere pun membuat Rachel dan yang lainnya bergidik ngeri . Mungkin jika dibandingkan , Rere lebih menakutkan ketimbang jurig jarian .

"Apa yang sebenarnya terjadi ?" tanya Rere kepada para cucunya memulai pembicaraan diruang keluarga itu . Padahal jam di dinding sudah menunjukan tepat diangka sepuluh.

"Kamu ini apa apaan ?" tukas Bram . "Kelewatan kamu , Rere !" pekiknya . "Ini sudah jam berapa ? Apa kamu gak kasihan sama anak anak ? Sudah pukul sepuluh malam , kamu mau bahas masalah ini sekarang ?" omel Bram kepada Rere sang istri . "Mereka harus istirahat , besok kita bahas kembali ."

"Tapi mas ?"

"Gak ada tapi tapian ." potong Bram . "Lagian mereka besok harus sekolah ."

"Bram ! Kejadian ini jangan sampai terulang lagi . Mereka harus dinasehati terlebih dahulu supaya lebih berhati hati dengan orang lain ." Rere menekan ucapannya.

Malam itu , Bram dan Rere malah asyik debat berdua . Membuat para cucunya pusing tujuh keliling . Mereka sudah risih dengan keadaan diruang keluarga tersebut. Namun mereka takkan bisa pergi jika tak diijinkan oleh Rere . Padahal mereka sudah merasa lelah dan capek dan ingin segera pergi ke kamarnya .

Saat Bram dan Rere beradu mulut , tiba tiba Rachel pingsan dan membuat kakek neneknya berhenti debat .

"Rachel !" ucap panik Rafi . Bram dan Rere pun ikut panik melihat Rachel tak sadarkan diri .

"Cepat bawa dia ke atas !" titah Bram terhadap Rafi yang di balas anggukan darinya. Rafi pun segera membopong Rachel dan pergi menuju kamar Rachel dengan diikuti oleh Rio dan Rey .

"Lihat tuh , gara gara kamu !" pekik Bram menyalahkan Rere , lalu pergi menyusul Rafi . Rere pun terdiam menahan emosi setelah Bram meninggalkannya diruang keluarga.

Sesampainya dikamar Rachel , Rafi dengan sengaja menjatuhkan Rachel tepat di kasur king size milik Rachel . Karena ia tahu bahwa Rachel hanya pura pura saja.

"Aduh ! Sakit tahu , bang ." Rintih Rachel tiba tiba .

"Berat banget sih lo , baby bear ." ketus Rafi .

"Elo tuh ya , bukannya makasih udah gue tolongin . Malah lempar gue gitu aja , lo pikir gue apaan ?" rutuk Rachel seraya mengerucutkan bibirnya.

"Udah ah , gue mau tidur . Good night baby bear ." ucapnya melambaikan tangan sambil berjalan keluar dari kamar Rachel. "Eh , eyang ." ujar Rafi saat berpas pasan dengan Bram didepan pintu kamar Rachel.

"Gimana Rachel ?" tanya Bram khawatir.

"Oh , dia gak papa kok eyang . Mungkin karena kelelahan saja , makanya dia pingsan ." jelas Rafi tanpa ragu.

"Ya sudah , kalau begitu kamu cepat istirahat ."

"Baik eyang . Good night "

★★★★★

•••Akhirnya Rafa sudah ditemukan . Seneng deh :) Oh iya ! Untuk readersku , jangan lupa untuk dukungannya ya . Nantikan keseruan cerita selanjutnya . Stay terus di Sulfam sayang ❤•••