Penyangkalan dari Dini

Riki terbangun saat mencium aroma masakan dari dapur. Ia buru-buru keluar dari kamar dan menuju ke meja makan, di mana telah tersaji beberapa makanan yang masih mengepulkan uap panas.

"Sarapan apa kita hari ini?" tanya Riki.

"Makan siang, Riki! Apa kau tidak lihat sudah jam berapa sekarang?" sahut Dini.

Benar juga apa yang dikatakan oleh Dini. Jarum jam sudah menunjuk ke angka sebelas dan matahari di luar pun sudah terlihat terik.

"Oke. Kalau begitu ... mari kita makan siang!" ucapnya.

"Kau makanlah! Aku sudah tadi," jawab Dini, sembari menyelesaikan cucian piringnya.

Perut Riki sudah meronta-ronta saat melihat makanan yang semuanya disiapkan oleh Dini itu, lalu mulai menyantap dengan lahap. Sungguh kesempatan yang sangat langka baginya untuk menikmati makanan-makanan nikmat itu.

"Jam berapa kau bangun tadi pagi?" tanya Riki.

"Sedikit kesiangan dari biasanya, tapi masih keburu untuk mencuci dan memasak sarapan untukmu," jawab Dini.

"Seharusnya kau membangunkan aku tadi."