webnovel

6

Aku sekarang dibuat bingung olehnya. Bisa-bisanya ada orang yang berani bersikap begitu kepadaku, dan kenapa pula aku bersikap tidak cool seperti tadi aissshh, pembunuhan karakter saja.

Aku kembali memasuki kelasku dan belum ada guru yang mengisi kelas, dan sekarang aku kembali melihat tatapan-tapapan aneh dari teman sekelasku. Apa ada yang salah dari diriku ?

"Sudah kubilang kan, dia terlihat menakutkan, ternyata dia bisa melihat hantu"

"Pantas dia dingin sekali, mungkin dia berteman dengan hantu ckkk"

"Aku tak peduli, dia tetap terlihat cantik, namun juga tampan sih hehe"

Ah sekarang aku bisa mengerti alasan mereka melihatku seperti itu. Itu karena mereka sekarang sudah tahu bahwa aku bisa melihat hantu.

Aku duduk di bangkuku lalu mengambil handsfree dari tasku agar aku tak mendengar ocehan-ocehan mereka yang tak penting itu.

Lalu saat aku hendak memasang handsfree pada telingaku, aku mendengar kembali ocehan-ocehan mereka, namun sepertinya ocehan itu bukan ditujukan kepadaku.

"Jadi dia adik seorang pembunuh"

"Apa dia juga orang jahat ? Aku jadi takut"

"Aku jadi enggan berteman dengannya"

Aku semakin yakin kalau itu bukan ditujukan kepadaku saat aku melihat Yera sudah memasuki kelas. Dia tampak menunduk saat murid-murid di sini berbicara yang tidak mengenakkan kepadanya dan Fany.

Dia pun melewatiku yang posisi bangkunya memang berada tepat di belakangku.

Setelah itu akhirnya ada guru yang masuk yang membuat kelas menjadi hening dan kami menerima pelajaran dengan serius.

Sampai waktu istirahat tiba, murid-murid berhamburan keluar kelas, namun tidak denganku. Aku memilih tinggal saja di kelas. Tujuanku agar aku tidak mendengar para murid bergosip tentang kejadian hari ini, karena sudah dipastikan, kantin saat ini penuh dengan gosip sebagai menu utama mereka.

Aku menidurkan kepalaku di atas bangkuku, dengan posisi aku bisa melihat ke arah luar kelas. Aku menyipitkan mataku saat melihat Yera seperti sedang menangis di depan teman-temannya yang biasa menemaninya. Lalu tak lama teman-temannya itu meninggalkan Yera sendirian, dan sepertinya Yera sedang memasang wajah kecewa dan sedih. Ada apa dengannya ? Awalnya aku tidak mau peduli, namun entah kenapa rasanya aku ingin bertanya apa yang terjadi kepadanya. Aku pun menghampiri dia yang saat ini sedang duduk di kursi panjang depan kelas.

"Kenapa kau tidak ke kantin ?" Tanyaku namun tidak melihat wajahnya

Yera pun tampak memandangku, itu bisa terlihat dari ujung mataku.

"Mengapa kau bisa melihat itu semua ? Bila kau tak melihat itu semua mungkin aku sekarang tidak seperti ini. Kakakku pasti masih bersamaku, dan teman-temanku tak akan menjauhiku seperti sekarang" Ucapnya yang membuat aku sekarang menatap dirinya

"Jadi, teman-temanmu itu menjauhimu ? Karena kasus kakakmu itu ? Lalu kau menyalahkanku ?" Tanyaku dengan nada yang sedikit meninggi

"A-aku tak punya siapa-siapa lagi" Ucapnya lalu menangis

"Yak yak kenapa kau menangis di depanku" Ucapku menggaruk kepalaku

"Siapa suruh kau berada di depanku ? Hikss hikss" jawabnya yang masih menangis

"Hmm sebelumnya, aku minta maaf .. aku tak bermaksud buruk, aku hanya ingin meluruskan apa yang seharusnya diluruskan. Asal kau tahu, bila aku tidak meluruskan ini, aku bisa menjadi gila kerena terus diganggu oleh Winda. Beberapa hari aku tak bisa tidur, terlebih memang rumor gadis jendela itu harus diakhiri untuk mencegah suatu hal yang lebih buruk yang bisa terjadi di depan nanti" Ucapku

Yera pun tidak menjawab lagi perkataanku. Dia malah pergi entah ke mana. Aku pun kembali masuk kelas dan menidurkan kembali kepalaku di atas meja lalu memejamkan mataku walau tidak terlelap.

"Cepat letakkan di atas kursinya"

"Letakkan saja yang banyak"

"Iya sabar, eh di sana ada anak itu, apa dia tidak akan melapor pada Yera?"

"Ah kau ini, seperti tidak tahu saja Bintang seperti apa. Dia tidak akan peduli sekitar, apalagi sepertinya dia sedang tertidur sekarang"

"Cepat letakkan saja permen karetnya, jangan banyak bicara"

Saat aku masih memejamkan mata, aku mendengar beberapa temanku yang sepertinya akan berulah. Aku hanya pura-pura tak mendengar.

Bel masuk pun terdengar, satu per satu para murid memasuki kelas. Namun saat aku melihat Yera akan melewatiku, aku langsung berdiri. Aku pergi ke belakang, aku langsung mengambil kursi Yera dan menggantinya dengan kursi lain yang tidak terpakai. Tanpa melihatnya aku kembali duduk di kursiku. Aku bisa merasakan saat ini Yera sedang bingung atas sikapku, namun Yera pun tak menanyakan atau berbicara apapun padaku saat ini.

Sampai tak terasa waktu untuk pulang tiba. Kali ini aku cepat keluar kelas karena aku ingin ke toilet, namun saat aku terburu-buru ada yang memanggilku, lalu aku menoleh ke belakang.

"Ah kau Yera .. Ada apa ?'' Tanyaku sambil menahan sesuatu yang ingin kukeluarkan di toilet

"A-Aku ingin mengucapkan terima kasih kau telah membantuku agar terhindar dari kejahilan itu. Hmm aku tahu tadi ada orang yang ingin menjahiliku kan ? Aku tahu karena tadi aku melihat kursi yang kau gantikan itu, dan maaf atas kata-kataku tadi, kau tidak salah, bahkan

sekarang aku ingin berterima kasih kepadamu. Karenamu sekarang hidup kakakku akan lebih tenang, dan ..."

Ucapan Yera terpotong saat melihat aku sangat gelisah, karena jujur saja aku memang sangat gelisah karena menahan ini hehe.

"Kau kenapa ?" tanya Yera.

"Emm .. Yera, nanti kita lanjut bicaranya ya, aku ingin ke toilet dulu" Ycapku yang langsung saja berlari menuju toilet

Setelah aku merasakan kelegaan tiada terkira, aku merapikan bajuku di depan cermin, dan pada saat aku bercermin, aku melihat orang itu dari pantulan cermin. Yapp aku kembali melihat orang aneh itu. Aku langsung saja membalikkan badanku dan kembali menarik tangannya.

"Aku mau kau menarik kata-katamu yang kau keluarkan kemarin-kemarin itu. Ah kebetulan sekali, kita bertemu di toilet lagi. Kau tarik kata-katamu sekarang di sini saja" Ucapku tanpa basa basi sambil memegang tangannya.

Lagi-lagi dia hanya menatapku datar beberapa saat.

"Dasar orang gila" Ucapnya sambil menepis tanganku kasar lalu memasuki toilet

Apa dia bilang ???!! Aku gila ??

Orang ini benar-benar !! Setelah mengatai IQ ku sekarang dia mengataiku gila ???

Aku menunggunya di depan pintu toilet. Tak butuh waktu lama dia pun keluar dari toilet, dan seperti tidak melihatku, dia berjalan lurus melewatiku.

Aku berlari dan menghalangi jalannya, dia ke kiri atau ke kanan tetap aku halangi. Dia pun menghelakan nafasnya kesal.

"Maumu apa hah ?" Tanyanya dengan sangat dingin

"Aku ingin kau menarik kata-katamu kemarin dan barusan" Jawabku

"Kemarin ? Kemarin apa ??" Tanyanya

"Ckkk pura-pura lupa ?? Kemarin kau mengatai IQku dengan seenaknya, lalu pergi begitu saja" Jawabku tersenyum ketus

"Kau benar gila ya ? Kau bicara apa ? Aku tak pernah bertemu denganmu di sini sebelumnya, dan ah .. bahkan aku baru melihatmu kemarin, saat kau tiba-tiba menarikku dan mengomel tak jelas. Hmm sudahlah .. buang-buang waktu saja berbicara dengan orang gila" Ucapnya lalu menabrakkan bahunya ke lenganku untuk melewatiku

Aku pun tidak menghalanginya lagi. Sekarang aku hanya mencermati ucapannya barusan.

Dia bilang dia baru melihatku kemarin ? Dan dia tak pernah bertemu denganku di sini sebelumnya ?

APA ???? Maksudnya apa ini ??? Jadi yang dulu mengataiku siapa kalau bukan dia ???