webnovel

Malam panjang

Rania sudah sesak berada dalam Kungkungan tangan Ramond, namun pria bertubuh atletis itu, semakin lama semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Rania.

"Saya sudah menikah, tapi saya sedikit butuh pelepasan karena istri saya lagi keluar negeri, jadi saya harap selesai ini kita tidak mempunyai masalah" ucap Ramond memasukkan satu biji obat pil kedalam mulut Rania.

Ramond meraih gelas yang ada di sampingnya dan memberikannya pada Rania.

"Minum!" ucapnya sambil melangkah ketepi ranjang, dia meraih dompetnya dan menandatangani sebuah cek.

"Apa ini cukup untuk membayar hutang ayah kamu dan biaya perobatannya?" Ramond sambil menyodorkan cek itu kearah Rania.

Rania terbelalak melihat nominal yang di tulis Ramond disana.

"Apa itu cukup?" lanjutnya lagi.

"Cu...kup pak" jawab Rania terbata-bata.

"Sekarang kita makan dulu, kamu butuh tenaga, karena malam ini saya tidak akan melepaskan kamu sedetik pun, sudah lama rudal saya tidak mencicipi sumur bersegel" ucap Ramond menarik tangan Rania duduk di sofa, di sana sudah ada beberapa jenis makanan dan juga cemilan.

"Makan yang banyak baru kita segera main di sini" ucap Ramond menyentuh paha Rania membuat gadis itu tersedak.

"Baru begitu aja kamu juga grogi, belum juga kamu ku masukin lebih jauh" Ramond terkekeh.

Setelah selesai makan, Ramond segera mengambil sebuah kotak di sampingnya dan memberikannya pada Rania.

"Kamu masuk kamar mandi bersih-bersih dan pakai ini, saya tunggu lima menit !" ucapnya penuh penekanan.

Rania mengangguk dan segera masuk kedalam kamar mandi, dia sangat kaget melihat baju yang di suruh Ramond memakainya, sebuah lingerie berwarna terang, yang sangat tipis.

Tidak butuh waktu lama, perlahan Rania keluar dari kamar mandi dengan lingerie yang di belikan oleh Ramond, namun Rania hanya bisa berdiri sambil menunduk di depan pintu kamar mandi.

Ramond terkekeh melihat wajah Rania yang tertunduk malu, dia segera berdiri dan mendekati gadis polos itu.

"Kamu cantik sekali baby" ucapnya sambil mengangkat dagu Rania, karena gadis itu sudah tidak kuat menatap wajah Ramond.

Ramond segera membuka kaosnya dan memeluk Rania.

"Kamu milikku malam ini sayang" bisiknya di telinga Rania.

Jantung Rania semakin berdetak tak karuan, nafasnya semakin memburu kencang, bahkan kaki Rania sepertinya sudah tidak sanggup menopang tubuhnya karena dia begitu sangat gemetaran.

"Santai ya...kita nikmati malam ini berdua, ini sangat nikmat sayang, bahkan kita bisa mengulanginya sampai pagi" bisik Ramond lagi.

Perlahan Rania mencoba menguasai dirinya, mencoba menetralkan detak jantungnya yang tak karuan. Rania memberanikan diri mengangkat tangannya perlahan naik mengelus lembut wajah tampan Ramond.

"Iya seperti itu sayang" ucap Ramond.

Ramond dengan sigap langsung mengangkat tubuh Rania ala bridal dan membawanya keatas ranjang, dia langsung membuka ikat pinggangnya dan melucuti celana jeans yang di gunakannya, membuat Rania terbelalak. Kini tubuh Ramond sudah setengah bugil membuat Rania menutup rapat-rapat matanya.

"Buka matamu sayang,lihatlah ini milik kamu malam ini" ucap Ramond menarik tangan Rania mengusap dada bidangnya, lalu turun di perut kotak-kotaknya yang mirip seperti roti sobek.

Rania mencoba menenangkan hatinya dan juga deru nafas, serta detak jantungnya. namun entah mengapa sangat sulit karena menurutnya Ramond sepertinya sangat sempurna.

Sejenak Rania memicingkan matanya, ketika wajah Ramond menempel tepat di wajahnya tanpa selah.

'Ramond ini, sekilas kok mirip sama Arvin ya" bathin Rania.

"Kenapa melamun sayang, kita mulai?" ucap Ramond dengan senyum yang sudah di penuhi nafsu.

Rania hanya bisa menatap wajah Ramond, yang sudah di penuhi hasrat yang tak terbendung dan tanpa menunggu lagi, Ramond segera mencium bibir Rania, menyentuh seluruh tubuh gadis itu tanpa jeda, entah mengapa kali ini, Ramond sangat semangat menjelajahi tubuh seorang perempuan.

Cukup lama Ramond melumat bibir Rania hingga tiba-tiba dia berhenti.

"Buka mulutnya dan balas ciumanku!" perintahnya.

Perlahan Rania pun membalas ciuman Ramond, membuat ciuman itu semakin panas, hingga akhirnya Rania kaget saat mendengar lingerie itu di tarik begitu saja oleh Ramond hingga sobek.

Tangan Ramond meremas pelan dada Rania, kemudian melumatnya meninggalkan bekas kemerahan yang banyak disana.

Tangan Ramond tidak tinggal diam, tangan itu terus turun dan turun hingga sampai di sebuah lubang yang mirip sumur yang sudah mulai basah. Rania merasakan geli bercampur nikmat yang luar biasa untuk pertama kalinya.

Hingga beberapa menit kemudian dia mendorong pelan tubuh Ramond.

"Uda stop pak, aku mau pipis" ucapnya pelan.

" Gak pa-pa sayang keluarkan saja" ucap Ramond kembali melanjutkan aksinya, bahkan langsung menindih tubuhnya.

Beberapa menit berlalu, Ramond bangkit dan membuka celana dalamnya membuat Rania terbelalak melihat benda yang belum pernah Rania jumpai selama ini.

" Mau pegang sayang?" tanya Ramond mengambil tangan Rania dan menuntunnya memegang rudalnya.

Dengan tangan gemetaran Rania memegang benda tumpul itu membuat Ramond terkekeh.

"Kita masukkan sekarang?" tanya Ramond

Perlahan Rania melepas rudal yang sudah berdiri tegak itu, kemudian Ramond dengan pelan meletakkannya didepan gua yang ada banyak rumput disana.

"Tahan ya, sedikit sakit tapi nanti juga enak kok" ucap Ramond terkekeh

Dengan sangat lembut kembali Ramond menjelajahi tubuh Rania, membuat tubuh gadis itu semakin rileks dan siap menerima rudalnya yang sudah dari tadi berdiri tegak.

Saat melihat Rania sudah mulai mendesah, perlahan Ramond mendorong rudal besarnya itu masuk kedalam sumur milik Rania.

"Ahhhh sakit !" teriak Rania

Ramond menghentikan aksinya sejenak, menunggu sampai Rania kembali tenang. kemudian melanjutkan aksinya, Ramond terseyum puas saat melihat darah segar keluar membasahi rudalnya.

Hingga beberapa Menit kemudian Ramond selesai melakukan aksinya diatas tubuh Rania, dia sejenak bangun minum air putih, kemudian dia berbaring di samping Rania.

Rania terperanjat saat tangan Ramond kembali bergerak menyentuh tubuh Rania, benar kata ramond tadi dia tidak akan melepaskan Rania malam ini.

Ramond kembali menyerang Rania hingga pagi, membuat gadis itu seakan tak sanggup untuk berdiri, seluruh tubuhnya serasa remuk akibat permainan Ramond. bahkan untuk melangkah turun dari tempat tidur pun, tidak bisa karena bagian pangkal pahanya sangat terasa perih.

Pagi harinya Rania bangun, dia merasa tidur sejam aja dan saat dia melirik jam tangannya sudah jam delapan pagi, dia gegas bangun walau bagian bawahnya terasa perih namun dia tetap bangun lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Dia melirik Ramond yang masih tidur nyenyak, lalu buru-buru memakai bajunya dan pergi dari hotel itu dengan jalan sambil terseok-seok Karen perih yang begitu menyiksa dari selangkangannya.

Di depan hotel handphone Rania kembali berdering, panggilan dari rumah sakit yang mengabarkan ayahnya kembali drop membuatnya buru-buru mencari taksi dan segera kerumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Rania segera mengarah kebagian administrasi dan berniat membayar uang operasi ayahnya, namun bagai di sambar petir Rania melihat isi tasnya tidak ada cek yang di berikan Ramond semalam.

Setelah Rania ingat cek itu, ternyata dia lupa memasukkan dalam tasnya, karena dia buru-buru keluar dari kamar hotel tadi pagi. Dia sudah sangat takut bertemu dengan Ramond, mengingat bagaimana pria itu tadi malam menyerangnya tanpa henti.

Rania tidak mengambil cek itu dan dengan jalan mengendap-endap dia meninggalkan Ramond yang masih tidur terlelap.

Dengan berderai air mata, Rania berlari kebelakang rumah sakit dan menangis meraung-raung, hatinya sangat hancur karena dia sudah mengorbankan mahkotanya, namun dia belum juga bisa menolong sang ayah. dan hal yang mustahil kalau Rania harus kembali ke hotel, tempat dia menghabiskan malam bersama Ramond.

Saat Rania larut dalam kesedihannya, seseorang menyentuh pundaknya membuat Rania segera menghapus air matanya.

"Menangis lah kalau itu bisa membuatmu bisa tenang" ucap seorang pria baya.

"Maaf om, Rania sudah mengganggu" ucap Rania menghapus air matanya.

"Nama kamu siapa cantik?" tanya lelaki paruh baya itu mendekat.

"Nama saya Rania om...." ucapnya dengan suara serak habis menangis.

"Panggil saja om Adijaya" jawab pria paruh baya itu, Yanga memperkenalkan namanya Adijaya.

"Kenapa pagi-pagi begini Rania menangis disini hmmm?" lanjut Adijaya, dengan suara yang terdengar sangat lembut