webnovel

Kehancuran

Langit hari itu bergemuruh cukup sering, angin berhembus lebih kencang.. , Irene menatap keluar jendela yang terlihat oren saat itu.., matahari yang tenggelam di tambah warna langit yang mulai menggelap .. memantulkan cahaya oren di langit-langit. Seperti nya hujan akan turun lebat hari ini..

" Seperti nya kita harus pulang lebih cepat…" ia juga sudah sejak lama tidak pernah menginjak kan kaki nya di rumah tua itu.., menenggelamkan tubuh nya di bath tub.., menyenderkan keseluruhan tubuh nya di kasur empuk yang tidak terlalu besar…,memikirkan nya saja sudah menenangkan pikiran nya, selama ini dia selalu tertidur di posisi duduk, ataupun di atas sofa, yang lain juga selalu pulang lebih larut… , mereka sudah berada di titik aman pertama.. tidak ada salah nya untuk member reward untuk diri nya maupun anggota team dengan pulang lebih cepat.

" Benar.. sepertinya hujan sebentar lagi akan turun" Edlert melanjutkan

" Kalian pulang lebih dulu, aku akan membereskan semua ruangan nya dan pulang" perintah Irene.

Mereka mulai menggunakan jaket dan ransel mereka, dan mulai berjalan keluar ruangan tersebut, drttt… drtttt.. getaran kuat berasal dari ponsel Irene yang tergeletak di atas meja. Ia menatap ponsel nya yang bergtar dan membuka sebuah ponsel yang membuat nya terdiam di sana. Tangan nya gemetar kuat..ia meletakkan ponsel nya di atas meja , sambil mengepalkan kedua tangan nya.. Irene berlari keluar ruangan.., ia berlari keatas atap.

Griss mengikuti rombongan mereka.. dan menatap kearah belakang.. , ia sama sekali belum menemukan bayangan Irene.. sementara rombongan terus berjalan dan melewati penyebrangan jalan, ia memiringkan kepala nya.. berusaha melihat Irene yang ia pikir akan terlihat di depan pintu kantor.., namun sama sekali tidak terlihat.., kenapa lama sekali? Griss menatap jam tangannya dan memutuskan untuk kembali.

" Irene?" Panggil Griss saat hendak masuk ke pintu ruangan.., lampu masih menyala..? apa dia masih di dalam? Griss mendorong pintu.. dan tidak mendapati keberadaan Irene. Toilet? Ya.. mungkin ia ketoilet. Lengan nya menggapai sakelar lampu.. hendak mematikan lampu.. hingga tiba-tiba saja mata nya tertuju pada benda kecil yang lampu nya masih menyala.

Kaki nya melangkah ke arah ponsel Irene yang tiba-tiba saja menyala berkali-kali. Ia menatap ponsel tersebut, dan dari notif tersebut.. terbaca sebuah hal yang membuat nya ikut menarik nafas panjang. Ia mengambil ponsel tersebut dan berusaha mengklik bacaaan yang membuat nya sesak. Dan benar saja.. Irene cukup ceroboh tidak menggunakan kunci pengaman untuk ponsel. Dasar anak ini…, sepintar-pintar nya diri nya.. bisa-bisa nya hal kecil seperti ini terlewatkan dari nya, bagaimana jika ada orang yang menyalahgunakan,atau mengambil informasi dari ponsel nya.

Email itu terbuka lebar.. menampilkan judul besar.., Hutang yang harus di bayar dalam waktu dekat. Semakin di scroll ke bawah membuat diri nya menahan nafas berkali-kali , jantung nya berdetak cemas.., tagihan dan perhitungan di bawah semakin lama semakin banyak, nominal kebawah semakin besar.. dan tegat waktu nya hanya dalam dua bulan.. pembayaran sepuluh persen dari jumlah hutang. Hutang mereka makin besar di bandingkan sebelum nya.. bahkan akan ada penyitaan semua asset yang di miliki.

Griss berlarian memasuki tiap ruangan , hingga ketoilet wanita.. memanggil-manggil nama Irene berkali-kali, ia mencari setiap ruangan, nafas nya semakin berat karena berlari cukup lama, hingga.. satu tempat yang belum ia kunjungi…, atap…, semoga tidak seperti yang aku pikirkan, kaki nya semakin cepat dan memburu..

Ia berhenti sejenak ketika menatap pintu atap terbuka.., cahaya kecil itu memasuki ruangan tangga.., jantung nya berdetak dengan sangat cepat.. rasa takut mulai menghantui nya.., deg .. deg.. deg..,setiap langkah kaki nya mendekati pintu atap..semakin ia bisa mendengar suara detak jantung di telinga nya. Pikiran nya sudah menerawang kemana-mana.. ia meraih pintu atap sambil memejamkan mata.. ia berdoa dalam hati. Sungguh dalam hidup nya… ia benar-benar melakukan doa.., yang notaben nya.. doa sebelum makan saja ia tidak pernah ingat. Ku mohon.. ku mohon.. ku mohon… tidak seperti yang kupikirkan… Tuhan.. tolong aku kali ni saja.. perlahan ia membuka mata nya

Ia hampir menangis…, mata nya berkaca-kaca , nafas nya yang memburu..,detakkan jantung yang menyakitkan. Ia bernafas lega.. senyum kecil nya terhias ketika mendapati tubuh Irene disana, menatap Irene yang berdiri di tepi balkon menatap kosong kejauhan.

" Ya.. Irene.. tunggu.. kita bisa.. membicarakan nya dulu" Perlahan Griss mendekati Irene

Irene membalikkan badan kearah Griss.. menatap nya dengan tatapan paling menyedihkan yang pernah ia rasakan. Tatapan hancur.., hampa , kosong.. dan kesedihan.. mata yang tidak pernah terlihat untuk siapapun.., seorang Irene.. tidak pernah memberikan tatapan itu.., mata yang selalu tegas dan tajam, selalu bersemangat, dan bersih..

" Jangan berpikir bodoh Irene…, jangan lakukan itu"

" Hah?" Tanya Irene bingung

" Aku tahu semua nya…, jadi… jangan berpikir pendek" Griss langsung menarik Irene kuat , menjauhkan Irene dari balkon , mencengkram nya dengan kuat " kita bisa mencari cara nya kembali"

Irene menatap Griss dan menatap balkon yang terlihat menjauh dari nya " Ah…" Irene baru menyadari apa yang di pikirkan Griss " Tidak pernah terlintas di pikiran ku untuk melakukan nya…, apa aku terlihat begitu menyedihkan hingga kau berpikir begitu"

" Bukankah…? Jadi apa yang kau lakukan di sana.. kau tahu aku hampir mati karena mu.."

" Aku yang akan melompat.. kenapa kau yang mati?"

" Aku mencari mu keseluruh ruangan …, dan kau tidak berada di mana pun…, aku pikir… aku pikir… kau…" Griss menghentikan kata-kata nya. Mata nya berkaca-kaca

Irene baru menyadari jika tubuh lelaki itu di penuhi oleh keringat, ia pasti berlarian kesana-kemari.. tapi bagaimana bisa ia berpikir kalau aku akan menghabisi nyawa ku sendiri.. tidak ada di kamus ku untuk melakukan hal seperti itu. Mata nya berkaca-kaca.., dasar laki-laki cegeng

" lepaskan tangan ku"

" tidak…, aku tidak mau melepaskan nya.. sebelum aku benar-benar yakin"

" Kau mau aku bagaimana?"

" Aku selalu di samping mu…, aku yakin kau pasti bisa… kita semua pasti bisa menyelesaikan nya.. , aku akan meminjamkan bahu ku"

Aku sudah menahan nya dari tadi…, aku sudah setengah mati menahan nya dari tadi.., tapi kata-kata nya membuat tembok pertahanan ini runtuh " Aku sudah berusaha sangat keras… sangat keras.., ku pikir.. aku sudah dapat melunasi semua nya.., ku pikir….aku bisa menyelamatkan nya…, tapi semua datang bertubi-tubi…, aku sudah bekerja keras… aku bahkan. Tidak bisa membayar sepersepun…" tanpa ia sadari.. setetes butiran air lolos dari kelopak mata Irene..

" Aku mengetahuinya…, tidak apa-apa.., kau sudah berusaha keras" Griss mendekati Irene

Irene bergerak mundur dari Griss.. ia merasa terlalu malu saat ini" Ini tidak adil…" Tetesan kedua ikut melesat dari kelopak mata sebelah nya " Aku .. tidak menangis" Irene membuang muka nya dan menghapus air mata nya dengan cepat

" Aku tahu… hanya tetesan hujan.. hujan mulai turun" Griss menatap langit, ia sama sekali tidak ingin menatap Irene yang akan menghancurkan harga dirinya.

Guntur semakin terdengar.. dan tetesan hujan mulai terjatuh ke bumi, semakin lama semakin deras. Seiring dengan turun nya hujan, air mata Irene semakin terjatuh..,Griss melepaskan jaket nya dan menutupi wajah Irene.., hancur.. ia merasa diri nya kali ini hancur berkeping-keping… tembok pertahanan nya pun runtuh menjadi tanah. Ia yang selalu berkeyakinan… dengan kerja keras..semua pasti akan berhasil.. cukup bekerja berkali-kali lipat dari yang lain.. maka semua bisa terselesaikan.

Dari kecil ia belajar mati-matian lebih dari orang lain agar mendapati peringkat pertama, ia berlari lebih kuat dari yang lain, ia berlatih berkali-kali dari orang lain.., piano, balet, lari, renang, pelajaran, olahraga, gulat, bela diri, memanah, berkuda, semua ia kuasai dengan hasil kerja keras nya berkali-kali lipat, demi mendapatkan semua pujian …, tidak ada yang ia dapatkan secara instant.. ia selalu menjadi orang yang paling pertama.. dan paling berusaha di banding semua orang.. , ia yang selalu percaya usaha tidak pernah menghkianati hasil.. kali ini dia merasa benar-benar di khianati. Di balik jaket itu… Irene menangis sejadi-jadi nya tanpa suara,

Sementara di tempat lain, dua orang berdiri memandangi Irene dan Griss menggunakan teropong untuk melihat mereka..

" Apa kau tidak keterlaluan? Mereka masih anak-anak"

" Kapan terakhir kali ia menangis?"

" Kematian mama nya"

tadi nya author pikir ini menjadi episode terakhir.. ternyata salah hahahaha.. begitu mengetik.. semua tak terhentikan. selamat menikmati

kunyit_jahecreators' thoughts