webnovel

Colosium, Tempat Tes Kedua

Matahari mulai memanggang alun-alun tempat para peserta tes Pasukan Langit yang tersisa dan lulus dari tes pertama. Jumlahnya ada seribu dua orang saja.

Matahari baru mulai naik dari peraduannya, seribu lebih orang itu yaitu peserta tes Pasukan Langit yang akan mengikuti tes kedua. Mereka akhirnya berkumpul seluruhnya di alun-alun kota Prisma. Mereka lengkap membawa perlengkapan mereka baik itu perlengkapan dari penyihir, artefak, senjata dan apa saja yang biasa mereka gunakan dalam setiap perjalanan mereka.

Perlu diketahui, bahwa setiap benua memiliki tempat stasiun sendiri–sendiri. Jadi, saat tes pertama kemarin berakhir. Beberapa peserta bisa pulang dengan cepat ke benua asalnya. Di setiap benua dibangun beberapa stasiun teleportasi, hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan artefak yang disusun dengan baik oleh orang yang ahli dalam sihir, artefak dan support. Mereka merancang mesin teleportasi.

Perpindahan ini mengharuskan memiliki frekuensi yang sama sehingga bisa dilakukan perpindahan, biayanya juga tidak kecil. Jadi, beberapa bangsawan dapat melakukannya dengan uang mereka.

Ini adalah bisnis, tentu saja itu menguras sumber daya untuk artefak yang dibuat oleh blacksmith dan juga dengan sihir dan lain sebagainya.

Saat ujian kedua akan dimulai, portal teleportasi sangat berjubel dari bertujuan ke kota Prisma. Pagi hari, alun-alun kota Prisma langsung ramai oleh orang baik itu peserta tes kedua maupun orang yang hanya ingin menyaksikan semata.

Ketua Yarko kembali ke atas panggung dan bersiap memberikan arahan.

"Para pendekar, saya sampaikan selamat bagi kalian yang sudah berhasil lulus dalam tes pertama. Artinya, kalian layak untuk mengikuti tes kedua. Tapi ingatlah, bisa jadi, tidak ada satupun yang bisa lulus dari tes kedua ini nantinya."

Hening, semua mendengarkan penjelasan dari Ketua Yarko.

"Khusus untuk tes kedua kali ini, kita akan menuju suatu tempat dan itulah yang akan menjadi tempat untuk tes kedua. Selain itu, bersiaplah untuk fokus dan konsentrasi dalam ujian kedua kali ini. Itulah bocoran yang bisa aku berikan kepada kalian sebagai petunjuk untuk tes selanjutnya."

Yarko menerbangkan dirinya dengan kekuatan internalnya, dia melayang setinggi tiga meter sehingga semua peserta dapat melihatnya.

"Sekarang!" Yarko membuka kedua tangannya, "Semua peserta tes kedua, ikuti aku untuk menuju tempat tes kedua!"

Yarko berbalik namun masih terbang, kakinya lurus tak bergerak. Dia terbang bagaikan kapas dan terus bergerak. Semua peserta yang berjumlah 1.002 orang itu mengikuti ketua Yarko dari bawah. Semuanya bergerak teratur, untuk para penonton ada panitia yang menunjukkan jalan lewat jalan lainnya agar tidak bertabrakan dengan para peserta ujian.

Ketua Yarko keluar dari alun-alun tersebut. Peserta pun mengikuti terus, setelah melewati alun-alun, jalanan kota diblokir sehingga iring-iringan peserta tes kedua itu tidak terganggu sama sekali.

Orang yang melihat mereka pun terkagum karena jumlah yang begitu banyak dari para pembela kebenaran yang akan membela orang lemah dari pasukan kegelapan.

Mereka terus berjalan dan melewati sebuah jalanan besar. Ketua Yarko berbelok ke kiri dan memasuki sebuah gerbang yang besar dan cukup tinggi.

Itu adalah Colosium, tempat yang megah untuk pertarungan dan adu tanding para pendekar. Semua tahu bahwa Colosium itu dibangun oleh God of War, Dasatama. Itu adalah ruang ujian bagi para pendekar di Kota Prisma yang sudah naik tingkat untuk dites kemampuannya.

Di ujung sisi, Yarko berhenti dia kemudian berbalik masih dalam keadaan terbangnya. Kemudian, dia perlahan turun di salah satu undakan. Colosium itu dibuat melingkar dan besar, kini Yarko berada di salah satu ujung sisi bundar tersebut.

Di atas mereka, bangunan mengelilingi mereka dengan banyaknya pintu terbuka di sana-sini. Di undakan itu, Yarko menurunkan kedua tangannya. Dia kemudian bersedekap santai sambil menunggu seluruh peserta tes kedua itu masuk seluruhnya ke Colosium.

Bangunan yang tinggi sekitar 50 meter yang mengeliling mereka semua adalah tempat untuk para penonton melihat pertandingan pada biasanya. Kali ini, para penonton di atas sana juga terlihat banyak, namun yang paling kelihatan adalah mereka para pendekar dari berbagai benua yang sudah mempunyai nama di dunia bela diri.

Mereka ingin melihat, sebatas mana perkembangan para pendekar muda tersebut. Mungkin juga ada guru dari murid yang mereka ajari. Murid mereka ada yang sedang mengikuti tes kedua ini.

Kali ini, semua terdiam menunggu apa yang akan diucapkan oleh Yarko.

"Tes kedua kali ini adalah, misi bertahan!"

Misi bertahan? Apa maksudnya semua itu? Semua bertanya-tanya pada diri mereka sendiri, bertahan dari apa? Apakah mereka akan dibentuk tim dan saling menyerang dan siapa tim yang bertahan akan dinyatakan lulus.

Lalu, tim yang tak bertahan akan gugur?

"Bocoran kali ini adalah, carilah orang yang baik yang bisa kalian percayai untuk misi bertahan kali ini! Aku akan memberi kalian waktu sekitar 15 menit untuk mengumpulkan rekan yang terbaik yang bisa kalian pilih.

Dan jumlahnya, Tidak saya batasi! Baiklah, waktu berjalan dan 15 menit lagi aku akan menutup waktu diskusi dan memulai tes keduanya."

Ketua Yarko pun melangkah menuju undakan agak ke atas, meninggalkan para peserta dan dia duduk di undakan ke 20. Yonan pun duduk di salah satu kursi disana.

Para pendekar itu pun segera berinisiatif, mereka mencari seseorang yang dianggap oleh mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk membentuk tim.

Mereka yang terlihat bangsawan dan memiliki armor yang mahal langsung mendapatkan perhatian dan banyak yang mendekatinya. Setidaknya, mereka memahami kalau kaya dan memiliki banyak artefak, kemampuannya dapat dimanfaatkan untuk bisa bertahan.

Barsha mendekati Aji saat dilihatnya Aji hanya bersedekap sendirian, "Aku akan berada di dekatmu karena janjiku pada sepupuku itu. Jadi, aku akan berada di timmu."

Ucapan Barsha itu tanpa ekspresi dan dia sudah mendekat ke arah Aji, Aji pun hanya tersenyum kecil.

"Banyak orang atau tidak, tak ada bedanya bagiku," Aji melihat kearah Barsha sejenak.

Barsha tak menyangka, benar-benar ada seorang pendekar dengan watak keras kepala seperti Aji. Namun, ketika melihat kekuatannya pada tes pertama, Barsha menyadari bahwa Aji memiliki kekuatan internal yang kuat, fisik yang kuat, kemungkinan dia adalah seorang warrior.

"Kau tak ingin pergi bersama dengan tim yang jumlah orangnya lebih banyak?" Kini, Aji yang bertanya pada Barsha penasaran.

"Apa bedanya?" Barsha menjawab dengan malas, "Puluhan orang dalam satu tim namun dengan kekuatan rendah hanya jadi sasaran serangan musuh yang kuat!"

Aji mengerti sekarang, bahwa cucu Ganada itu memang juga punya watak yang keras dan tak pandai membentuk tim.

"Nona Barsha, kemarilah bersama dengan timku?" seorang lelaki, memanggil Barsha. Dia adalah Nagada, salah satu anak raja di Kota Prisma. Kota Prisma sendiri memiliki kerajaan dengan sistem sendiri, raja dan gubernur Kota Prisma memiliki wilayah sendiri.

Raja memiliki daerah kekuasaan terbatas, namun Gubernur memiliki seluruh wilayah di Benua Orpris.

Nagada sudah mengumpulkan banyak pendekar bersamanya, jumlahnya mungkin 50an orang. Semua berkumpul mengitarinya karena Nagada terkenal dengan kekayaan dan kekuatannya juga tinggi karena merupakan salah satu pendekar yang mampu mengkombinasikan dua kekuatan elemen, yaitu api dan air.

Dia adalah orang yang memiliki kemampuan quadra, meski hanya dua elemen namun di seluruh benua. Menguasai dua elemen dan dapat mengkombinasikan serangan keduanya sudah sangat langka.

"Aku tidak tertarik Nagada! Kita akan bertemu di tes ketiga nanti!" Barsha teramat percaya diri, dia dan dan Nagada berteman baik sejak kecil.

Orang – orang dengan darah pendekar sering bertemu dan membahas dunia persilatan, meskipun semua bersaing namun banyak juga sekutu. Saat secara khusus bersaing dalam ilmu bela diri dan pencapaian, namun secara umum bersatu ketika ada serangan dari golongan hitam, atau pasukan demonic.

Nagada tersenyum sambil melihat dua orang itu sendiri, dia menatap Aji sejenak dan mata Aji juga melihatnya sejenak.

"Baiklah, semoga kalian beruntung!" Nagada beralih dari menatap Aji dan Barsha.

Aji sendiri tak terlalu menghiraukan, dia merasa bahwa ini bukanlah permainan saling bertempur antar tim. Perasaan Aji mengatakan bahwa ada pasukan khusus yang dipersiapkan dari sekitar Colosium yang sudah bersiap menyerang. Aji dapat merasakan energi mereka siap dilepaskan untuk menyerang.

Apakah yang lain tidak menyadarinya? Tentu saja, Aji mengetahui karena mereka adalah sekelompok asasin yang sudah sangat terlatih dalam menyembunyikan kekuatannya.