" kenapa Anda menampar Arul? Apa Anda tau betapa rindunya Arul pada Anda? dia mencari Anda kemana-mana bagai orang gila, bahkan sampai menyewa detektif untuk menemukan Anda. Tapi lihat apa yg Anda lakukan. Anda benar-benar nggak punya hati. " Seru Irvan pada Risya yg masih terduduk sambil menangis.
"Jangan sampe Anda menyesal, ketika Arul benar-benar pergi dari kehidupan Anda. "
Irvan pergi meninggalkan Risya yang masih menangis.
" andai...andai...kamu juga bisa merasakan rinduku Mas. aku nggak ingin menamparmu. aku...aku hanya takut, rasa cintaku akan membuat kita berdua terjerumus ke dalam neraka. biarlah cinta ini hanya kulantunkan dalam doaku, aku nggak mungkin berada diantara kamu dan istri kamu,Mas. Maafkan aku...hiks....maafkan aku...hiks..."
Di roottrof, Arul berteriak meluapkan rasa kesal dihatinya. bahkan setelah lama Dia mencari sosok Risya. apa yg dia dapat cuma tamparan. sebenarnya ada apa dengan Risya, kenapa dia bisa bersikap kasar padanya. Apa salahnya? Apa setelah Risya bercerai dari Ryan, tetap saja mereka nggak bisa bersatu? apa...apa yg salah? Arul terus berpikir, dia mencoba menebak apa yg Risya pikirkan. Risya nggak mungkin menamparnya walau mungkin dia sangat marah padanya. tapi ini, Risya menamparnya, itu baru pernah dilakukannya.
" Sudahlah rul, forget it. Lupakan Risya, apa gadis itu yg lu cari selama ini? yg dengan mudahnya melayangkan tinjunya ke kamu? kita laki-laki, jangan mau direndahkan oleh wanita. cukup kamu mengejarnya. sekarang saatnya kamu melepaskan. Apa kamu mau menuntutnya ? kita batalkan saja kerjasama dengannya" pinta Irvan geram sambil menepuk bahu Arul memberi dukungan.
" Tidak Van, lanjutkan kerjasamanya. "
" tapi Rul, ah....lu masih mau kerjasama dengan dia?"
" Pasti ada alasan dibalik semua ini. "
" Sudah jelas-jelas dia mempermalukanmu Rul. "
" aku yang salah, terlalu buru-buru ingin bertemu dengannya, hingga aku memeluknya. Dia wanita Sholehah, tentu nggak mau dipeluk sembarangan. "
" Tapi kamu suaminya Rul, kalian bahkan belum bercerai. kamu blm menalak diakan."
" Tapi jalan hidup yg kami lalui berbeda. Dia telah menikah secara resmi dengan Ryan. dan bercerai. pasti dia menganggap aku bukan suaminya lagi."
" huh....kisah kalian memang rumit dan membingungkan. " udahlah, Ayuk kita kembali ke kamar dan istirahat. "
" Ayuk. "
Arul dan Irvan kembali ke kamarnya. namun di depan pintu kamar Arul sudah ada Risya yang menunggunya.
" ada apa lagi ibu Adlina menemui kami?"
" ma.....maaf sa....sa...saya minta maaf pa...pada ...pak Arul. sa...saya ta..di reflek. "
" masuklah kita bicara didalam." pinta Arul
" maaf pak. saya hanya ingin meminta maaf atas tindakan saya tadi. saya permisi. "
" Saya ingin bicara sama kamu. tolong beri saya waktu, masuklah, saya tidak akan menyentuh kamu. atau pintu kamar ini akan saya buka jika kamu takut menimbulkan fitnah. "
" maaf saya harus kembali bekerja. "
" ok silahkan, terserah apa mau kamu. " kata Arul tenang, tapi justru membuat Risya takut dengan sosok Arul yg tenang seperti ini. itu tandanya Arul sudah diambang batas kesabaran, hingga tak ingin lagi memaksa atau banyak bicara. Risya lebih senang Arul memarahinya atau memakinya sekalian. bukan bersikap tenang seperti itu.
Arul memasuki kamarnya diikuti oleh Risya membuat Irvan keheranan, ada rasa takut terpancar diwajah Risya.
"huft ....urusan rumah tangga memang bikin pusing. " Irvan berlalu ke kamarnya sendiri.
" duduklah..mau minum apa?"
Risya hanya menggeleng sambil menunduk.
" Apa yang membuatmu begitu membenciku?"
lagi-lagi Risya hanya menggelengkan kepalanya.
" katakan Risya....Jawab." teriak Arul yg membuat Risya kaget
" kalo kamu hanya diam, lebih baik kamu pergi dari hadapanku, dan juga pergi dari hidupku. sia-sia aku mencarimu selama ini. jika memang kamu ingin pergi dariku, pergilah. aku sudah lelah. aku akan ikhlasin kamu"
" sa...saya harap kejadian tadi tidak membuat bapak memutuskan kerjasama dengan kami."
" oh....jadi masih masalah pekerjaan yang kamu pikirkan. ok kamu bisa urus semua dengan Irvan. Ada lagi yang kamu bicarakan?" tanya Arul dengan nada kecewa. ternyata Risya mencarinya karena tidak ingin kehilangan pekerjaannya.
" tega kamu Risya,kamu hancurkan hatiku berkeping-keping. kenapa kamu menabur garam pada lukaku? rasanya sakit sekali." batin Arul.
" kalo nggak ada lagi yang kamu omongin,maaf kamu bisa keluar aku mau istirahat. " Arul mendekati jendela kamar hotel berusaha mencari udara segar. dan tidak mau menatap lagi Risya, wanita yang sangat dicintainya.
Risya menatap punggung Arul, rasanya Dia ingin sekali berlari memeluk Arul dan meluapkan kerinduannya pada Arul, namun semua dia tahan. Dia nggak mungkin membiarkan dirinya hanyut dalam keinginan yg tidak mungkin.
Lama Risya menatap punggung Arul. Ada ketidakrelaan dirinya pergi dari hadapan Arul. satu sisi hatinya ingin bersama Arul, apalagi jika teringat akan omongan Irvan, Risya takut jika Arul benar-benar pergi dari kehidupannya. namun disisi lain Risya nggak ingin membuat harapan hubungannya dan Arul, yg nggak akan mampu membuat mereka kembali menyatu. Status mereka berbeda. namun kata-kata Irvan terus saja berputar dipikirannya " Jangan sampai Anda menyesal bila Arul benar-benar pergi dari hidupnya. Entah kekuatan apa, tiba-tiba saja Risya berlari ke arah Arul dan memeluk Arul dari belakang.
" ada apa ini, benarkah dia memelukku?" batin Arul ketika melihat dua buah tangan melingkar di pinggangnya. Arul berusaha melepaskan tangan Risya yang melingkar di pinggangnya.
" tolong...sebentar saja. biarkan saya memelukmu mas. sebentar saja. setelah itu saya akan pergi meninggalkan kamu. "
Arul hanya diam membiarkan Risya memeluknya dari belakang. namun Arul tiba-tiba mendengar Isak tangis Risya, hatinya hancur ketika melihat Risya begitu rapuh. Arul lalu melepaskan tangan Risya dan membalik tubuhnya. Risya lalu membalik tubuhnya dan hendak meninggalkan Arul sambil mengusap air matanya. namun Arul balik memeluknya dari belakang.
" cukup Risya, kumohon jangan pergi lagi. hatiku nggak sanggup melihatmu pergi. tetaplah disini, aku mencintaimu. "
Air mata Risya kembali menetes. Sekuat tenaga Risya menahan diri. namun ternyata hatinya sangat lemah jika sudah bertemu Arul. jantungnya terpacu dengan cepat. Arul memegang bahu Risya dan membalik tubuh Risya, dengan lembut Arul mengusap air mata yg jatuh di pipi Risya. Risya masih menunduk. tak berani melihat wajah tampan Arul yang akan semakin membuatnya rindu.
Arul memegang dagu Risya dan tak kuasa mengendalikan diri lagi. Arul mengecup bibir Risya, Risya kaget namun tak bisa memungkiri bahwa Diapun merindukan Arul. Risya kemudian membalas ciuman bibir Arul. akal sehatnya sudah pergi entah kemana.
" aku mencintaimu Risya. " kata Arul diakhir ciuman mereka dan menyatukan dahi mereka.
Arul akan kembali mencium Risya. namun tiba-tiba Risya mendorong Arul. dan berlari keluar kamar sambil berderai air mata.
" Risya...Risya..."