webnovel

Refreshing

Hari ini tak ada banyak kelas, Lena memilih untuk langsung menuju tempat kerjanya. Dulu, sebelum bekerja di sana, Lena pasti akan mendatangi tempat-tempat yang menurutnya nyaman. Namun, setelah bekerja di kafe, tempat itulah yang menjadi tempat ternyaman jika Lena selesai dari kampus. Dia hendak berjalan keluar dari area kampus, namun tangannya sempat ditahan oleh Doni. Ah, sudah hampir tidak pernah berbincang keduanya. Pun sekali berbincang, hanya membicarakan tentang tugas kuliah, tak lebih dari itu.

"Oh, hai, Don," sapanya.

Perlahan laki-laki itu melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Lena. Berdiri beberapa detik menatap ke arah Nara yang tersenyum lembut padanya. Tangan kanannya menggaruk leher yang tak gatal—gugup.

"Len, apa kau masih memiliki waktu cukup sebelum bekerja? Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan," tanyanya.

Terukir senyuman datar, Lena tengah menimang serta memperkirakan waktu yang tersisa. Lidahnya tak berdusta kala mengatakan tempat kerjanya adalah tempat terbaik. Namun, jika ia pergi kesana dan masih menyisakan banyak waktu sebelum jam kerjanya dimulai, Lena belum mempersiapkan apa saja yang akan dia lakukan di sana. Mungkin pilihan lain, seperti ikut dengan Doni bukanlah hal yang buruk. Sekalian saja mengisi kekosongan waktunya.

Langsung saja gadis itu menganggukkan kepalanya, menyetujui apa yang ditawari oleh Doni. Ada guratan senyum diwajah Doni, pun keduanya segera berjalan menuju tempat dimana motor Doni terparkir. Tidak berbohong, hingga hari ini Doni masih menaruh perasaan terhadap Lena, kendati ia sering dicampakkan gadis itu. Maka, berpikir untuk menjadi sahabat mungkin adalah batasan yang tak perlu dilewati.

Motor matic berwarna merah itu melaju, meninggalkan area kampus. Membawa penumpang lain menuju tempat lain. Ah, rencanya Doni ingin mengatakan hal lain disela-sela kegiatan mereka nanti. Ada sesuatu yang mengganjal, dia tak ingin terus terbayang akan rasa ini.

Sampai akhirnya setelah memakan waktu beberapa menit, keduanya tiba di salah satu pusat perbelanjaan. Ya, jarak tempat itu dengan kampus memang tak terlalu jauh, pun banyak mahasiswa dan mahasiswi yang mendatangi tempat ini sebelum kelas dimulai. Wajar, kebanyakan mereka adalah anak berada, tak heran jika menunggu kelas saja bermainnya sampai ke pusat perbelanjaan. Sedangkan Lena, boro-boro dateng ke tempat itu, menunggu kelas saja mainnya hanya di sekitaran taman kampus. Bukannya tidak berani untuk keluar, disamping rasa malasnya yang membara, Lena tak ingin mengeluarkan banyak uang.

Lena dan Doni berjalan sejajar, laki-laki itu juga tidak menjelaskan alasannya memilih tempat ini. Pun Lena yang hanya diajak juga tidak berniat untuk bertanya, setidaknya Lena juga bisa datang ke tempat teman-temannya yang lain datangi. Dia tidak iri, kok.

"Kukira kau ingin mengajakku menonton bioskop," celetuk Lena saat keduanya baru saja melewati bioskop.

"Kau ingin ke sana?" Doni menghentikan langkahnya secara mendadak, menoleh ke arah Lena yang turut berhenti karenanya.

Belum saja kalimatnya terlontar, pergelangan tangannya seketika ditarik masuk ke dalam bioskop. Padahal, Lena belum mengatakan jika ia menyetujui ajakan itu, tapi rasanya tidak enak juga jika harus menolak. Apalagi, baru saja tiketnya terbayar, lantaran Doni memesan secara online.

Menunggu beberapa saat sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam studio. Doni memesan kursi yang letaknya dekat dengan dinding, dia menyuruh Lena untuk duduk tepat setelah dinding. Genre yang akan mereka tonton adalah horor.

"Jangan berteriak jika merasa takut," remeh Doni setelah film dimulai.

-

-

-

Salah satu diantara mereka keluar dengan tubuh yang gemetar. Adalah akibat dari menonton film horor tadi. Wajahnya hanya melihat ke satu arah saat berjalan keluar dari bioskop, sedangkan satunya hanya menahan tawanya sampai mereka benar-benar keluar dari sana. Lena menang diatas penderitaan Doni. Padahal, sebelum film dimulai laki-laki itu yang merasa dirinya pemberani, dan meremehkan Lena.

"Kau tidak perlu meremehkanku jika menonton film horor. Aku tak pernah takut," ucap Lena yang masih disertai gelak tawa.

Rasanya Doni ingin merutuk dirinya sendiri, benar-benar malu di depan seorang gadis yang sama sekali tidak takut dengan genre film yang menyeramkan seperti itu. Dia menyesal mengajak Lena menonton film horor. Tahu begitu, tadi tidak usah berbelok ke bioskop, dan terus jalan saja.

Beberapa meter dari bioskop, rasa takut Doni memudar. Laki-laki itu melirik sekilas ke arah Lena yang nampak menikmati jalan-jalan mereka siang ini. Dengan sengaja Doni menyematkan senyuman tipis, lantaran merasa bisa kembali dekat dengan Lena.

Di sana, Doni tengah menyiapkan dirinya untuk berbicara pada gadis yang ia sukai sejak lama itu. Rasanya cukup mendebarkan hanya untuk mengucap kata maaf. "Len, aku minta maaf," ucapnya dengan setengah keberanian yang terkumpul.

Kontan Lena menghentikan langkahnya, ia menoleh pada presensi di sebelahnya yang nampak gugup, sampai mengalihkan pandangannya. Baiklah, Lena sendiri juga terheran saat Doni secara mendadak melontarkan kalimat itu padanya. Padahal, Lena tak merasa Doni melakukan kesalahan apapun.

"Untuk apa?"

"Atas semua hal buruk yang aku berikan padaku. Baik itu ucapan ataupun perbuatan," kata Doni lagi.

Lena sedikit memiringkan kepalanya, merasa semakin bingung dengan kalimat Doni. Entahlah, ucapan dan perbuatan buruk apa yang Doni lakukan padanya. Tak satupun dia mengingatnya. Dan daripada memperpanjang rasa bingungnya, Lena memilih untuk menganggukkan kepalanya, tangannya terulur guna menepuk-nepuk salah satu pundak laki-laki itu.

"Baiklah, aku akan memaafkanmu. Walaupun aku sendiri juga tidak tahu apa yang kau lakukan padaku," kata Lena.

Keduanya saling melempar senyum, sebelum akhirnya Lena melepasnya lebih dulu. Dia menghadap ke depan, kedua maniknya tengah memindai tempat untuk keduanya makan siang. Tangan kirinya sudah memegang perut yang sejak tadi sudah meminta untun dimasukkan sesuatu. Sayangnya, harus tertunda selama beberapa jam demi menonton di bioskop.

Melihat itu, Doni tersadar dan menarik oelan pergelangan tangan Lena guna dibawa ke salah satu tempat makan yang cocok untuk keduanya. Tidak. Doni lebih memikirkan tempat yang cocok untuk Lena. Untuknya, tidak masalah makan di tempat apapun.

Mereka berdua telah melanjutkan perjalanan, dengan Doni yang berada di depan seraya menarik tangan Lena, kayaknya seekor kambing yang sulit untuk ditarik. Perasaan laki-laki itu jauh lebih baik dari sebelumnya, ia lega saat Lena dan dirinya bisa kembali seperti dulu lagi. Ya kendati dengan hubungan yang sama sebagai sahabat.

Sisa waktu Lena tinggal dua jam lagi, ia berkata pada Doni untuk menyudahi acara jalan-jalan ini begitu mereka menyelesaikan makan siang. Ditambah, Lena juga meminta sahabatnya itu untuk mengantarkannya menuju kafe Jay. Karena tak akan ada waktu untuknya mencari transportasi umum diwaktu yang semakin sedikit.

"Kau nyaman di sana?" Doni tiba-tiba melontarkan pertanyaan.

Lena yang baru saja menyeruput semangkuk mie itu berhenti mengunyah sebelum memberikan anggukan kecil.

"Nyaman dengan pekerjaanmu atau dengan bosmu?"