webnovel

Hilangnya sosok pahlawan

"Hmph," Lui menempelkan punggungnya pada pintu kamar.

Ia menunggu kedua temannya tidur. Ia sudah memperkirakan kedua temannya akan tidak setuju dengan idenya tersebut. Padahal ini impian Lui sejak dulu. Menjadi pahlawan yang tidak dikenal dan menolong lebih banyak orang dengan leluasa. Pergi ke tempat yang diinginkan tanpa ada sorot mata yang antusias memandangi. Serta segala aktivitas Lui lainnya.

Lui bukannya belum pernah menyamar, bahkan ia sudah terlalu sering menyamar dan pura-pura menghilang. Namun karena ia menjadi pahlawan yang sangat disorot semua penyamaran dirinya selalu terbongkar.

Bahkan Lui sempat hendak menjalani operasi plastik untuk mengubah identitasnya. Tapi baru mendaftar di rumah sakit bedah saja langsung membuat media heboh dan memberitakan tentang Lui. Operasi berganti gender pun hendak ia lakukan, namun seperti yang kita ketahui bahwa terlalu banyak pihak yang ikut campur.

Bahkan masyarakat sendiri sempat menolak keras ketika hendak tercium niatan bahwa Lui hendak melakukan operasi tersebut. Lui sampai pernah frustasi dan depresi karena terlalu terkekang.

Sebenarnya hal ini sudah biasa terjadi, pahlawan-pahlawan tingkat atas lainnya juga mengalami hal yang sama. Namun mereka malah menikmatinya dan memanfaatkannya untuk menambah popularitas dan penggemar. Mereka sengaja melakukan perbuatan amal dan aksi-aksi heroik yang bertujuan untuk menguntungkan diri mereka sendiri.

Lain lagi pada Lui. Ia sangat anti pada pendirian seperti itu. Buktinya saja ia hendak melepas seluruh apa yang telah ia miliki sebagai pahlawan tingkat atas dan memilih membaur dan hidup sederhana di tengah masyarakat guna fokus menolong orang banyak.

Sedangkan Lui adalah tipe orang yang bebas, dia tidak suka terlalu dikekang oleh peraturan dalam artian tertentu. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kehidupannya dulu.

Sewaktu Lui menjadi pahlawan baru, ia sangat leluasa. Menyelidiki kasus demi kasus kejahatan, menyelamatkan masyarakat pinggiran dan daerah kecil, mengarahkan para pelajar agar tidak melakukan kenakalan, dan lain sebagainya. Dan karena itu pula lah peringkat status kepahlawanannya meningkat sangat drastis. Bahkan ada pahlawan yang iri dan tidak suka pada penacapainnya tersebut.

Dan kembali pada Lui sekarang. Ia mengintip sedikit lewat kamera bel pada pintu kamarnya. Dan benar saja, kedua temannya pun sedang mengawasi Lui. Lui tidak menyalahkan kedua temannya, karena Lui tahu mereka perhatian dan mengkhawatirkan Lui. Tapi ia bukan anak kecil, Lui akan menjamin bahwa mereka berdua tidak akan disangkut pautkan dengan kematian bohongannya ini.

Lui tidak mati akal, hal ini terlalu mudah. Untung saja kedua temannya bukan cenayang, ataupun pemilik POWER yang dapat merasuk, membaca, ataupun mendengar fikiran orang lain.

'Aku sudah pernah terfikir untuk melakukan ini,' batin Lui

Lui lalu mengarah ke lemari pakaiannya. Ia sengaja tidak mengunci pintu kamar, karena kalau dikunci pasti kedua temannya akan curiga. Lagipula ini tidak akan lama.

Lui masuk ke dalam lemari pakaiannya lalu mengacungkan jemari telunjuknya.

"Minimal black---" Lui terhenti mengucapkan kelanjutannya. Ia sangat hati-hati ketika menggunakan jurus 'Black' miliknya.

Lalu terhisaplah materi benda yang ada dihadapannya. Menciptakan bulatan sempurna dari bangunan yang berlubang dihadapannya. Lalu ia melangkah dan menemukan seorang remaja laki-laki yang tengah menonton...err, 'siklus reproduksi'

'Ouch mataku,' batin Lui.

"Hei Nak," sapa Lui seraya menepuk pelan bahu remaja tanggung tersebut.

Terkejut bukan main dia, langsunglah ia menutup laptopnya rapat-rapat.

"Tak apa, aku sudah melihatnya. Bolehkah aku meminta bantuanmu?"

"Si-siapa kau?! kenapa kau bisa ada di kamarku?!" tanya ia panik.

"Haha, aku teman Lui. Lihat ini," ujar Lui seraya menunjukkan aksesorisnya.

Melihat aksesoris kecil itu, remaja yang ada dihadapan Lui itu langsung percaya. Karena hanya segelintir orang yang tahu aksesoris tersebut.

Sebuah salib perak yang berlapis warna biru muda khas kepemilikan Lui yang hanya ia perlihatkan pada orang-orang terdekatnya. Termasuk orang ini.

"Minta bantuan apa Kak?"

"Tolong masuk ke kamar Lui dan tidur di atas tempat tidurnya. Sampai teman-temannya membangunkanmu saja kok, tidak lama. Selamat malam Ryan."

"Cuma itu? eh--selamat malam juga kak..." Ryan menggantung ucapannya.

Lui berhenti, ia belum memikirkan nama barunya. Tapi untung saja ia pernah bertemu membaca sebuah rekomendasi nama.

"Leander...panggil aku Leander. Sampai jumpa," pamit Lui seraya menghilang dari balik pintu ruangan.

Ryan langsung bergegas masuk ke dalam ruangan Lui dan merebahkan diri dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Posisinya membelakangi pinru kamar Lui, sehingga hanya bagian kepala belakang saja yang terlihat.

Di sisi lain, tepatnya di luar kamar Lui. Azzura dan Wilfred mengendap-endap untui mengintip Lui. Memang sedikit lancang, namun mereka bermaksud baik.

Lalu mereka berdua membuka sedikit pintu kamar Lui, dan mengintip ke dalam. Dan mereka melihat 'Lui palsu' berbaring di atas kasur. Hampir saja mereka masuk untuk memastikan karena mereka curiga itu hanya wig dan guling yang ditata sedemikian rupa, tapi Ryan bergerak menyamankan posisi tidurnya. Hal tersebut mengurungkan niat mereka berdua untuk masuk ke kamar Lui.

Ceroboh sekali, namun itu tidak sepenuhnya salah mereka berdua.

Kini Lui malah sedang berlenggak lenggok santai di jalanan. Punya penggemar rupanya ada keuntungan tersendiri ketika dimasa-masa penting seperti ini. Namun ketimbang penggemar, Ryan lebih cocok di sebut sebagai pengagum Lui. Ryan bahkan mengoleksi berbagai macam action figur Lui, rekaman aksi heroik Lui, poster Lui, poster Lui, bahkan sprei nya dicetak dengan gambar Lui. Astaga, Lui jadi malu sendiri mengingatnya.

Perut Lui sedikit lapar. Di pusat perkotaan London tidak ada yang namanya 'jam tidur'. Ada saja manusia yang bangun dan beraktivitas di malam hari. Bahkan Lui sempat menemui kedai makanan hotpot. Hotpot adalah sejenis kuliner khas tionghoa yang disantap saat masih panas. Dan Lui sangat menyukai makanan itu.

Di kala menyantap makanannya, Lui memikirkan cara agar bunuh diri bohongannya ini berhasil. Padahal ia sudah berubah menjadi laki-laki. Kalau ia menampakkan dirinya sekarang dan melakukan aksinya itu tidak akan mengubah fakta apa-apa.

"Mama, ayo ma cepat lah ma," rengek seorang anak kecil berumur lima tahun. "Aku mau menonton siaran rekaman pahlawan Lui! huweee. Aku sangat ingin menonton POWER nya yang hebat itu! katai merah," sambungnya seraya menirukan gestur Lui ketika menggunakan kekuatannya.

"Astaga! kau belum tidur rupanya! mama tidak akan memutar siaran rekaman itu untuk kesekian kalinya! ini sudah dini hari. Kalau mau siang nanti saja, kau harusnya tidur. Meski pagi nanti tidak ada jadwal sekolah tapi kau harus tetap tidur."

"Tapi aku mau melihat katai merah, katai coklat, nebula planetar, dan red titan Ma!"

'Wah, kau tahu banyak Nak. Tapi kau belum melihat semua jurus POWER ku. Yah, bukan kau saja sih, tapi hampir seluruh manusia belum pernah melihat semua jurus POWER ku.'

Lui terkekeh, banyak anak kecil yang terinspirasi dengan POWER dan aksinya. Padahal bisa saja di masa depan mereka akan jadi pahlawan yang jauh lebih hebat dan kuat daripada Lui.

Tunggu! tiba-tiba Lui tersadar akan sesuatu. Ia buru-buru menyelesaikan makanannya dan membayar bill di kasir.

Lui lalu mengarah ke toko pakaian, Lui tahu di mana tepatnya grosir yang masih buka sekarang ini. Ia hendak membeli sebuah jubah hitam. Ia hendak menutupi identitasnya sekarang.

Ia berhenti sejenak, lalu menatap kamera cctv.

"Minimal black."

Kamera itu menghilang, kebetulan Lui berada tepat dibawah kamera tersebut. Jadi Lui dapat menghilangkannya lebih mudah. Setelah itu ia mendekati meja kasir diam-diam. Kebetulan kasirnya sedang lengah dan tertidur. Ia lalu meletakkan uang yang ia tulisi dengan pena.

'Kalau mau tidur lebih baik tutup tokonya. Kejahatan ada di mana-mana sekarang.'

Setelah membeli jubah, Lui melesat ke sebuah gedung tua terbengkalai. Gedung itu merupakan bekas hotel yang telah bangkrut dan tak terurus. Bagi masyarakat biasa memasuki bangunan seperti itu adalah hal yang menyeramkan. Namun bagi Lui itu hanyalah hal biasa.

Lui tidak ingin ada kecurigaan orang-orang kalau sempat ketahuan ia membeli jubah itu. Kalau ada yang tahu ataupun ada yang mengabari kalau bukan 'Lui Ernest' yang membeli jubah itu dan bunuh diri bisa runyam urusannya nanti. Kalian pahamkan maksudnya?

Lui memasang tudung pada jubah hitamnya. Menatap London dari atas gedung dengan senyuman lembut, ia sangat menanti ketenangan seperti ini. Menikmati sejuknya malam seperti sekarang ini.

"Katai merah,"

Lui sengaja mengalirkan kekuatan yang lebih besar. POWER nya benar-benar terasa dan besar. Ia mengarahkan serangannya ke atas langit. Namun ia menarik energi POWER nya, karena takut mengenai sesuatu benda di luar ozon.

Jangan kaget kalau serangan POWER Lui tidak akan terpengaruh oleh lapisan ozon.

Masyarakat yang berlalu lalang di bawah sana tercengang. Mereka langsung berkerumun di bawah gedung tempat Lui berpijak. Mereka langsung mengabadikan momen itu dengan ponsel mereka. Ada yang kagum dengan katai merahnya Lui, ada yang memanggil teman-temannya, ada yang menyaksikan dengan seksama, dan ada yang keheranan dengan aksi Lui.

"Tuan Lui! sedang apa kau di atas sana?!"

"Ada apa Tuan Lui?! apa ada yang menyerang?!"

"Tuan Lui! ada apa ini?!"

Para masyarakat meneriaki namanya dari bawah sana. Namun tidak di gubris oleh Lui. Lui sengaja melakukan ini untuk menarik perhatian masyarakat.

Kini Lui melangkahkan kakinya, semakin dekat dan semakin dekat dengan batas tepian. Dan orang-orang yang melihatnya sadar, kalau Lui berniat bunuh diri. Mereka semua panik. Ada yang nekat terbang, kebetulan beberapa dari mereka ada yang memiliki POWER untuk terbang.

Namun Lui tidak membiarkan itu, ia langsung mengeluarkan jurus katai merah miliknya. Hal itu menandakan ia tidak mau ada yang mengganggu niatannya tersebut.

Mereka semua semakin panik, ada yang memanggil pihak persatuan pahlawan. Ada yang menghubungi pihak kepolisian.

Lui melambaikan tangannya ke arah semua masyarakat yang menyaksikannya, menandakan itu adalah bentuk ucapan perpisahannya. Orang-orang yang menyaksikan itu menangis, mereka tidak rela kehilangan sosok pahlawan panutan mereka.

"Tuan Lui! urungkan niat bunuh dirimu itu!"

"Tuan Lui! kami semua di sini perduli denganmu! jangan tinggalkan kami!"

"TUAN LUI! KAMI TIDAK INGIN KEHILANGAN DIRIMU! KAULAH SANG PAHLAWAN KAMI! KAMI MOHON JANGAN LAKUKAN ITU! hiks hiks hiks."

Lui sebenarnya tidak tega, namun ia harus melakukannya. Ia lalu melangkah lagi dan terjun bebas dari atas gedung 43 lantai tersebut. Ia menikmati kejatuhannya itu, memejamkan mata dan terus jatuh ke bawah.

Hingga saat ia tepat menyentuh tanah, cahaya merah yang besar muncul dan menyilaukan pandangan orang-orang di sekitar tempat itu. Cahaya dan ledakan yang cukup besar, namun tidak melukai para masyarakat.

Beton-beton yang ada di situ hancur berkeping-keping. Debu dan pasir bertebangan di mana-mana. Robekan jubah Lui bertebaran di sana. Terbang ditiup angin. Diiringi tangisan masyarakat yang ada di sana. Haru, kesedihan, pilu, dan segala rasa sedih lainnya menyelimuti suasana saat itu.

Kini mereka telah kehilangan sosok pahlawan panutan mereka, pelindung sejati mereka, dan sosok yang menyayangi mereka setulus hati. Iya, kehilangan bagi mereka. Namun sebenarnya itu hanyalah hal yang dibuat-buat oleh Lui. Sebenarnya Lui tidak apa-apa sekarang.