Zelyn merasa sangat kesal mendapatkan ejekan dari Axel yang saat ini seolah merasa jijik padanya. Seolah ia adalah kuman yang harus dijauhi karena Axel terlihat menjauh dan tidak lagi mendekat. Awalnya ia asyik mengumpat, tetapi begitu menyadari bahwa yang dilakukan pria itu malah menyelamatkan hidupnya, membuatnya bernapas lega.
'Tidak apa-apa Zelyn, lebih baik si bocah edan ini menjauhimu daripada berbuat mesum padamu. Karena kamu akan merasa aman saat bekerja bersamanya nanti,' batin Zelyn dengan bersorak kegirangan.
Zelyn berdehem sejenak sebelum menanggapi pertanyaan dari Axel yang masih menatapnya dengan menelisik. "Ehm ... saya memang tidak pernah memeriksakan diri ke dokter, karena calon suami sama sekali tidak pernah mempermasalahkan tentang hal ini."
Axel yang merasa sangat aneh melihat ada seorang wanita dewasa belum pernah berciuman sama sekali, membuat ia berjalan ke arah bar kecil yang ada di sebelah sudut kiri ruangan tersebut dan menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas dengan beberapa es batu, kemudian mulai meneguk sedikit dan rasa panas menjalar di tenggorokannya saat wiski itu berpindah ke perutnya.
"Apakah kamu sama sekali tidak mempunyai nafsu? Apalagi saat melihat wajah tampanku ini, karena setiap wanita yang melihatnya, pasti akan langsung tergila-gila padaku. Sedangkan kamu tadi malah menutup bibirmu dengan tangan. Konyol sekali, sepertinya benar dugaanku, kalau kamu adalah wanita yang tidak normal." Axel tersenyum mengejek dengan wajah yang sinis saat menatap ke arah Zelyn.
Zelyn sebenarnya ingin sekali tertawa terbahak-bahak, tetapi dengan sekuat tenaga ia menahannya. "Anda bisa berpikir seperti itu saja, Tuan Axel. Lagipula itu adalah masalah pribadi saya, tidak perlu mencampuradukkan dengan masalah pekerjaan. Kita akan bekerja sama tentang masalah pekerjaan, untuk masalah pribadi, tidak ada sangkut pautnya dalam masalah ini."
Axel mengarahkan gelas di tangannya ke arah Zelyn, "Iya, kamu memang benar. Akan tetapi, bagiku rasanya itu tidak menarik sama sekali. Padahal tadinya aku berpikir kita bisa bekerja sama dalam pekerjaan dan juga bekerja sama di atas ranjang selama satu bulan di Bali."
"Sayang sekali, berarti aku harus mencari wanita lain untuk melakukan pelepasan. Seandainya kamu tahu bahwa bercinta itu sangat luar biasa nikmat, mungkin kamu tidak akan pernah berbicara seperti itu."
Kalimat bernada vulgar yang baru saja dilontarkan oleh Axel benar-benar membuat Zelyn merasa mual dan bahkan merasa sangat jijik. Apalagi saat ini yang ada di otaknya adalah saat pria di depannya itu sudah bercinta dengan banyak wanita.
'Amit-amit, pria ini sama sekali tidak tahu malu. Bisa-bisanya dia mengatakan hal yang bersifat sensitif di depanku tanpa tahu malu. Benar-benar menjijikkan,' lirih Zelyn dengan tangan meremas gaun dibawah lutut yang dikenakannya.
"Tentu saja Tuan Axel, saya nanti akan mencarikan Anda wanita yang seksi dan pastinya sangat cantik. Sepertinya sudah tidak ada yang ingin Anda katakan lagi. Apa saya boleh pergi dari sini, Tuan Axel?"
Axel mengibaskan tangannya dan masih asyik menikmati minumannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Karena saat ini, pikirannya benar-benar kacau karena tujuannya datang ke Jakarta adalah selain ingin membantu bisnis baru daddy-nya, juga ingin mencari seseorang yang sangat berarti untuknya. Namun, saat detektif yang disewanya beberapa bulan lalu tidak bisa menemukannya, membuat ia merasa kesal.
Perasaan kacau dari Axel berbanding terbalik dengan perasaan Zelyn yang langsung bersorak kegirangan karena berhasil keluar dari tempat yang membuatnya seperti berada di dalam neraka jahanam. Buru-buru ia membungkukkan badan dan berpamitan.
"Terima kasih, Tuan Axel. Semoga hari Anda menyenangkan. Saya mohon pamit."
Setelah berpamitan, kaki jenjang Zelyn melangkah ke arah pintu keluar dan tak lupa membawa kotak berukuran besar yang tadi ia taruh di sudut ruangan. Namun, saat ia membuka pintu, jantungnya berdegup kencang saat mendengar suara bariton dari Axel yang memanggil namanya.
"Zelyn!" Axel menaruh gelas berisi wiski itu ke atas meja dan berjalan ke arah wanita yang saat ini masih memunggunginya. "Aku butuh pelepasan, apakah kamu tidak mau merasakan nikmatnya bercinta dengan pria setampan diriku?"
Urat syaraf Zelyn seolah langsung menegang karena merasa sangat emosi saat lagi-lagi kesabarannya diuji oleh pria yang berada di belakangnya. Tanpa berniat untuk berbalik badan, ia buru-buru menjawab dan ingin segera pergi dari ruangan yang sudah membuatnya merasa sangat emosi.
"Tidak, Tuan Axel. Terima kasih." Zelyn membuka pintu di depannya dan langsung buru-buru keluar. Tentu saja saat ini perasaannya benar-benar sangat tidak karuan setelah diuji oleh Axel yang membuatnya merasa ingin muntah mendengar kata-katanya.
"Gila-gila, si Axel berengsek itu memang pria psyco dan menjijikkan." Zelyn yang saat ini berjalan ke arah lift, tidak berhenti mengumpat dan sesekali badannya bergidik ngeri.
Sementara itu, Axel yang terdiam menatap kepergian wanita yang terang-terangan menolaknya, tentu saja membuat sebuah senyuman penuh seringai terbit dari wajahnya. Saat ini, mendadak ada sebuah ide yang muncul di kepalanya, kemudian ia meraih ponsel yang ada di saku celananya untuk menghubungi anak buah kepercayaannya.
"Kamu cari tahu mengenai semua hal tentang Arzelyn Selena. Mulai dari hal terkecil hingga hal terbesar. Jangan sampai terlewatkan satu pun!"
Tanpa mendengar terlebih dahulu jawaban dari anak buahnya, Axel sudah menutup panggilan telepon dan berjalan ke arah minumannya. Bukan untuk meneguknya, tetapi ia langsung berjalan ke arah balkon hotel dan melihat ke bawah. Tentu saja ia ingin melihat sosok wanita yang berani terang-terangan menolaknya dan mengatakan sama sekali tidak pernah tertarik padanya.
Tangan kirinya yang saat ini memegang gelas, langsung meneguknya dan kembali fokus menatap ke arah bawah. Hingga bisa dilihatnya Zelyn yang berjalan keluar menuju ke jalan raya dan langsung naik taksi, meninggalkan kawasan hotel.
"Jika ini negaraku sendiri, mungkin kamu tidak bisa keluar hidup-hidup dari kamarku, Zelyn. Kamu belum tahu sedang berurusan dengan siapa, jika kamu tahu siapa aku sebenarnya, jangankan untuk menolakku, membuka mulut pun kamu tidak berani. Kita lihat saja, sampai di mana sifat keangkuhanmu yang kamu bilang prinsip hidup konyol itu. Tanpa aku memintanya, kamu akan memohon padaku untuk menidurimu."
Axel yang sudah menggantung tangannya di antara pegangan besi yang menjadi penghalang di depannya, melepaskan gelas dari jemarinya ke bawah. Tentu saja gelas itu pun langsung terjun bebas dari lantai sepuluh itu dan hancur berkeping-keping."
Sudut bibirnya terangkat ke atas begitu melihat gelas yang sudah tidak terlihat di matanya, "Seperti itulah nasibmu karena berani menolakku, Arzelyn Selena. Hidupmu akan hancur berkeping-keping bagaikan gelas kaca yang mengenaskan itu," lirih Axel Alcatraz seraya tersenyum smirk.
TBC ...