Zelyn saat ini benar-benar sangat terkejut dengan perkataan pria yang sudah menaruh buah apel merah di kepalanya. Bahkan tulang-tulangnya seolah langsung lunglai begitu mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Axel.
'Pria ini benar-benar psyco, aku tidak mau mati konyol di sini. Lebih baik aku cepat pergi dari sini. Akan tetapi, bagaimana jika dia membatalkan rencana pembangunan hotel? Aku tidak punya uang untuk mengganti kerugian yang ditanggung oleh perusahaan. Berpikir Zelyn ... berpikir, cari ide yang akan bisa menggagalkan rencana gila dari si Axel berengsek ini,' gumam Zelyn yang saat ini tengah memutar otak untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya.
Axel yang dari tadi ingin mentertawakan ketakutan yang dirasakan oleh wanita di depannya, hanya menahan diri agar tidak sampai membuat sudut bibirnya terangkat ke atas. Kini, ia yang sudah selesai menaruh buah apel di kepala Zelyn, berbalik badan untuk mengambil pistol yang berada di atas meja.
Namun, ia terlebih dahulu mengambil satu buah apel yang berada di dalam kantong plastik dan menaruhnya di atas sofa, kemudian melangkah semakin menjauh.
"Lihatlah ini, manis. Agar kamu tidak meragukan kemampuanku."
Axel sudah mengarahkan senapannya ke arah buah apel yang berada di atas sofa. Saat ini, ia tengah fokus ke arah sasaran dan begitu merasa posisinya sudah pas, jari telunjuknya menarik pelatuknya dan peluru itu meluncur tepat mengenai buah apel tersebut.
Sementara itu, Zelyn yang dari tadi fokus menatap ke arah sosok pria yang menurutnya sangat tampan itu tengah fokus membidik, membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangannya pada pesona Axel yang menurutnya adalah pria paling seksi dan maskulin yang pernah ia temui.
Begitu peluru itu meluncur menembus buah apel yang menandakan kemampuan menembak Axel sangat menunjukkan bahwa dia bukan pria sembarangan karena ahli membidik. Awalnya, ia ingin bertepuk tangan, tetapi karena menyadari akan menjadi korban selanjutnya, membuatnya tidak jadi melakukan hal itu.
'Hampir saja aku bertepuk tangan. Dasar bodoh, kamu yang akan menjadi korban selanjutnya. Mungkin ini hanya sebuah kebetulan. Bagaimana jika nanti tembakannya meleset dan mengenai kepalaku? Tuhan, lindungi aku,' gumam Zelyn yang saat ini sudah bergetar ketakutan saat Axel sudah mengarahkan pistol ke arah kepalanya.
Axel yang tadinya merasa sangat senang saat berhasil mengenai sasaran, refleks menoleh ke arah Zelyn dengan pistol yang ia arahkan pada kepala dengan buah apel di atasnya.
"Sekarang kamu percaya padaku, bukan? Karena kamu tidak akan mati. Jika sampai kamu mati, bukankah nanti aku akan membusuk di penjara? Belum lagi aku akan mendapat kemurkaan dari mommy Laila yang sangat menyayangimu seperti putrinya sendiri. Jadi, rileks!" Mengedipkan matanya dengan tersenyum smirk.
Tentu saja Zelyn membenarkan semua yang dikatakan oleh Axel, tetapi ia masih tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. "Astaga, Tuan Axel, tolong berhentilah. Aku bukan kelinci percobaan Anda. Meskipun Anda merasa sangat yakin, tetapi ini menyangkut masalah nyawa saya. Tolong jangan lakukan ini pada saya, Tuan Axel. Bahkan satu bulan lagi, saya akan menikah, bagaimana jika peluru itu meleset?"
Dengan menyatukan tangannya, Zelyn sudah menampilkan puppy eyes andalannya yang mengharapkan belas kasihan dari pria yang masih tetap pada pada posisinya, yaitu, pistol yang mengarah padanya.
Axel mengarahkan jari telunjuknya pada bibirnya, tentu saja untuk memberikan sebuah kode pada Zelyn agar menutup mulutnya. "Diamlah jika tidak ingin kepalamu pecah tertembus peluru dari pistol ini."
Refleks Zelyn langsung menutup mulut sekaligus matanya karena tidak ingin melihat saat peluru itu meluncur ke arahnya. Mendadak ide muncul di kepalanya untuk menghentikan kegilaan dari pria yang sangat dibencinya.
"Pingsan, hanya ide ini yang mampu membuatku selamat," lirih Zelyn yang sudah bersiap untuk membuat tubuhnya terhuyung ke samping.
Setelah menghitung satu sampai tiga, Zelyn langsung terhuyung ke arah kiri dan sudah berbaring di lantai dingin itu. Tentu saja ia benar-benar mengarahkan semua kemampuannya agar aktingnya tidak dicurigai oleh Axel. Sambil merapal doa di dalam hati, Zelyn masih menunggu apa yang akan dilakukan oleh Axel saat pingsan.
Axel sama sekali tidak merasa terkejut saat melihat Zelyn pingsan. Ia hanya menaruh kembali pistol miliknya di atas meja dan berjalan ke arah wanita yang sudah terbaring di lantai itu.
"Wanita lemah," ujar Axel yang sudah membungkuk untuk meraup tubuh ramping itu ke atas lengannya dan membawa ke atas ranjang. Merebahkan tubuh Zelyn di sana dan mengamati dengan intens pahatan sempurna di depannya.
"Sayang sekali, kekasihku hanya bisa satu kali pelepasan. Harusnya empat kali, tetapi karena dia pingsan, semuanya jadi gagal. Dasar wanita penakut."
Axel terdiam beberapa saat karena saat ini ia tengah fokus menatap wajah Zelyn yang saat ini tengah menutup matanya. Yang paling membuatnya merasa tertarik adalah bibir sensual dengan lipstik berwarna nude yang terkesan lembut, tetapi sangat menggodanya.
'Aku tahu kalau kamu hanya berpura-pura pingsan untuk menghindari tembakanku. Baiklah, kita akan mengganti permainannya,' batin Axel yang tersenyum menyeringai.
Sementara itu, Zelyn yang masih berpura-pura pingsan, bertanya-tanya di dalam hati mengenai apa yang saat ini sedang dilakukan oleh Axel.
'Si Axel itu lagi ngapain, ya? Kenapa dia tidak terdengar pergi dari sini untuk memanggil pertolongan? Malah asyik bilang gagal pelepasan, konyol sekali. Rasanya aku ingin menjitak kepalanya dengan palu yang besar. Tenang Zelyn, untuk sementara kamu aman. Lebih baik kamu tidur saja,' lirih Zelyn dengan perasaan yang tidak menentu.
Axel yang masih intens menatap ke arah bibir Zelyn, kini mengarahkan jari telunjuknya untuk meraba bagian yang merupakan godaan bagi kaum adam itu. Jarinya menelusuri setiap sudut bibir Zelyn dengan gerakan memutar.
"Bibir ini sangat menggiurkan, pasti rasanya sangat manis."
Zelyn bisa merasakan sentuhan jari Axel yang masih terus sibuk bermain-main dengan bibirnya. Bahkan tubuhnya kini bagaikan tersengat aliran listrik, efek sentuhan itu. Karena saat ini tubuhnya seketika menegang dan jantungnya berdegup kencang.
'Astaga, lagi ngapain sih dia. Kurang ajar sekali, aku ingin menampar wajahnya saat ini juga. Apa dia bilang tadi, menggiurkan? Dasar pria mesum. Jangan sampai dia menciumku karena aku ingin memberikan ciuman pertamaku pada Ardhan saat malam pertama kami nanti. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Kenapa masalah tidak pernah hilang dari hidupku? Lama-kelamaan aku benar-benar mati muda karena stres,' batin Zelyn.
Sementara itu, Axel kini menundukkan kepala untuk semakin mendekati bibir sensual yang seolah memanggilnya untuk segera menyesap dan bermain-main di sana.
'Sepertinya bibirnya saat ini tengah memanggilku untuk segara merasakannya,' gumam Axel di dalam hati.
TBC ...