webnovel

The Wedding (2)

Hasil rapat terbatas yang membahas mengenai kelangsungan hidup Axelle Rexton dan Rheannon Whitley secara sah sudah keluar dan diumumkan pada khalayak umum. Segala simpang siur yang beredar di masyarakat dan ketegangan yang dirasakan para bangsawan yang takut dan waswas perlahan mulai mereda. Seluruh rakyat Kerajaan Rexton karena mereka hanya butuh mengorbankan satu orang saja untuk mengatasi masalah kerajaan ini:

Marquis Hadrian Melchoir.

"Orang-orang berbicara yang tidak-tidak soal Marquis. Kita juga baru saja mendapat surat kecaman dari anggota keluarga Melchoir yang lain," kata Ichabod. "Kenapa Anda mau melakukan ini?"

"Karena ini demi kebaikan Kerajaan Rexton, Sir Ichabod," balas Hadrian tenang.

"Tapi kalau seperti ini terus kepercayaan masyarakat di wilayah kita akan menurun. Bisa saja di masa depan akan ada kudeta dari keluarga Anda."

"Desmond sudah sah menjadi anakku sekarang." Hadrian memandangi surat-surat adopsi Desmond yang kembali dipelajarinya. "Jika sudah cukup umur, dia yang akan menyandang gelar marquis menggantikanku, dan semua orang tidak berhak memprotes. Saya sendiri yang akan memastikannya ke Istana langsung. Selain itu, saya yakin Desmond mampu menjalankan tugas sebagai seorang marquis dengan baik."

"Lalu setelah Tuan Muda Desmond menjadi marquis, Anda sendiri bagaimana?" Ichabod terlihat sekali ingin memenangkan debat ini. "Hanya anggota keluarga bangsawan tanpa gelar, pasti akan sulit ke depannya jika Anda menjadi suami seorang pengendali iblis."

"Saya akan baik-baik saja tanpa gelar. Selanjutnya keturunanku yang akan menjadi pengendali iblis dan Marquis Melchoir baru yang akan mengawasi keturunanku. Dengan begitu, darah Melchoir dan Whitley masih akan tetap ada."

"Itu benar-benar…" Ichabod menggelengkan kepalanya pelan. "Itu pengorbanan yang besar. Anda mau bilang kalau Anda rela diawasi oleh anak sendiri?"

"Anggap saja ini penebusan dosa." Hadrian tersenyum lemah pada Ichabod. "Mulai sekarang saya ingin Sir Ichabod membantu Desmond dalam mempersiapkan diri sebagai marquis muda. Berjanjilah untuk terus berada di sisinya."

"Ini terlalu mendadak, Marquis…"

"Nanti saya akan meminta maaf pada Desmond atas semua ini. Saya pun tidak menyangka… pada akhirnya malah begini. Padahal saya mengadopsi Desmond tanpa harapan apa-apa."

Tetapi Desmond sudah mendengarnya tanpa sengaja.

Dia melangkahkan kaki kecilnya dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Mendengar pembicaraan barusan membuatnya sedih alih-alih marah. Kesedihan itu pun bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk pamannya, Hadrian.

Sejak tinggal di kediaman Marquis Melchoir sepeninggal orangtuanya, Desmond tahu ada julukan rahasia yang orang-orang berikan untuk Hadrian. "Bangsawan merana," kata mereka. Hadrian tak pernah sekali pun tersenyum. Jika tak ada pekerjaan, Hadrian akan mengurung diri dan melamun. Ada yang bilang karena Hadrian terus sendiri tanpa keluarga maupun kekasih. Ada yang bilang juga kalau Hadrian seperti itu karena rasa rindunya yang berlebihan pada Putri Luciell.

Namun, menurut Desmond, Hadrian seperti itu karena… dia kesepian.

"Tuan Muda Desmond! Anda tidak apa-apa?"

Seorang pelayan buru-buru menghampiri Desmond yang yang tahu-tahu terduduk di salah satu anak tangga sambil menangis. Pelayan itu berusaha keras menenangkannya, sampai memanggil pelayan lain. Mereka bertanya mengapa Desmond menangis, tapi tampaknya Desmond tak sanggup menahan tangisnya sendiri.

Desmond sedih dan ingin menangis. Sesederhana itu.

"Ada apa ribut-ribut?"

Suara Hadrian yang tegas dan dalam membuat Desmond menahan tangisnya. Gagal, tentu saja.

"Marquis Hadrian, saya juga tidak tahu kenapa. Tuan Muda Desmond tahu-tahu saja menangis," jelas pelayan yang pertama kali menemukan Desmond.

"Kalian semua pergilah. Tolong bawakan minuman hangat ke kamar saya," perintah Hadrian. Dia kemudian menggendong Desmond, tak peduli jika anak tersebut sudah terlalu besar untuk digendong. "Kita kamar saya, ya?"

Serta merta Desmond memeluk pamannya erat dan menangis di gendongannya.

"Ada apa denganmu, hmm?" tanya Hadrian sambil menepuk-nepuk punggung Desmond.

"Sakit," isak Desmond.

"Kau sakit?" Hadrian terdengar langsung siaga. "Di mana kamu merasakan sakit?"

Desmond melepaskan pelukannya dan menatap pamannya. Katanya di luar sana sedang ada keributan dan Hadrian bertugas untuk meredakan keributan tersebut. Pamannya sudah bekerja keras akhir-akhir ini. Air mukanya jelek, terlihat jelas jika kelelahan dan kurang tidur.

"Desmond?"

Desmond menunduk. Tangannya gemetaran menepuk dadanya sendiri.

Hadrian segera memeluk Desmond, seakan jika tak cepat-cepat memeluknya, Desmond akan menghilang.

"Maafkan saya," bisisk Hadrian sungguh-sungguh. membuat air mata Desmond kembali mengalir. "Padahal Paman mengambilmu supaya kamu bahagia, tapi kamu malah jadi sakit begini. Sungguh, Paman minta maaf."

Dalam sunyi kamar Hadrian, mereka berdua kemudian menangis dalam diam bersama.

***

Sejak pertama mengambilnya, Hadrian tahu jika Desmond adalah anak yang kelewat peka terhadap perasaan orang lain. Desmond seakan tahu dan bisa merasakan apa yang orang-orang di sekitarnya tengah rasakan dan pikirkan. Saking pekanya, perasaan-perasaan itu sampai mempengaruhi Desmond kecil yang masih rapuh.

Awalnya Hadrian pikir Desmond dipengaruhi iblis. Tapi setelah membawanya ke kuil, Pendeta bilang tidak ada yang salah dengan Desmond. Malahan Pendeta tersebut mengatakan jika keponakannya itu memiliki kekuatan suci yang besar.

Maka, Hadrian pun memutuskan untuk tidak mengkhawatirkannya.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, Desmond menunjukkan gelagat mampu melihat sesuatu yang tidak bisa orang lain lihat. Suatu kali dia akan terlihat ketakutan, lain kali dia menjadi tenang, berikutnya dia menjadi gembira. Yang terbaru sebelum ini, Desmond mengaku jika dia bisa melihat berkat dari benda yang diberkati Axelle.

Mungkin aku harus membawanya ke Kuil Suci Beulah dan menanyakannya pada Pendeta Agung, pikir Hadrian.

"Tidak," gumam Hadrian. Tangannya mengusap Desmond di pelukannya. Anak itu tertidur setelah menangis cukup lama.

Axelle tidak mempercayai Kuil Beulah dan Rheannon tampak meremehkan kuil tersebut. Sepertinya bukan hal yang bagus untuk membawa Desmond ke sana.

Entah mengapa Hadrian percaya pada pendapat kriminal kerajaan itu.

Ada kesalahan upload di bab yang lalu. The Wedding (2) yang benar adalah yang ini. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :"

Sekarayu_52creators' thoughts