webnovel

My Beloved New Family (2)

Hadrian tidak mungkin bisa memanggil target operasinya dengan sebutan "istriku" apalagi "sayang". Hubungan mereka tidak sebaik dan sedekat itu. Lagi pula, dia sendiri tidak bisa membayangkan Rheannon memanggilnya dengan sebutan serupa.

Pikiran tersebut terdengar mengerikan.

Tapi bukankah sepasang suami-istri akan sewajarnya memanggil satu sama lain dengan cara begitu? pikir Hadrian.

Mendiang ayah dan ibunya saling memanggil dengan sayang dan nada mesra. Mendiang kakaknya memanggil tunangannya dengan "Matahariku". Mungkinkah ini saatnya bagi Hadrian untuk mengikuti jejak mereka?

"Di mana Desmond?" tanya Hadrian begitu menyadari jika anaknya tidak muncul juga di ruang makan. Mereka selalu makan bersama–dalam rangka mendekatkan dan mengakrabkan diri sebagai keluarga.

"Tuan Muda Desmond ada di ruangan Nyonya Rheannon," jawab pelayan yang sedang bertugas. "Tadi beliau yang membawakan makan malam untuk Nyonya."

Lagi? pikir Hadrian. Padahal tadi siang Desmond sudah melakukannya.

"Kelihatannya Desmond lebih cepat akrab dengannya daripada denganku," gumam Hadrian, diam-diam agak sedikit kecewa. Pelayan yang mendengarnya jadi salah tingkah. "Apakah Desmond sudah makan malam?"

"Eh? Ehm, Tuan Muda Desmond bilang, nanti beliau pasti akan malam."

Hadrian mengembuskan napas panjang. "Tolong pastikan porsi makan malamnya tetap hangat," katanya.

"Baik, Marquis."

Hadrian pun menghabiskan makan malamnya dengan cepat. Setelah selesai, dia mendatangi Rheannon dan Desmond.

Desmond masih ada di sana, di ruangan yang ditempati Hadrian dengan Rheannon. Anak angkatnya itu sedang membersihkan peralatan makan Rheannon, pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh seorang pelayan.

"Desmond," panggil Hadrian. "Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu belum makan malam, kan?"

Teguran itu membuat Desmond menundukkan kepala seketika. "Maaf, Paman," gumamnya.

"Kamu tidak perlu minta maaf," kata Hadrian. "Tapi kamu perlu menjaga kesehatanmu sendiri."

"Menunda sebentar makan malam saya bukan masalah besar…" balas Desmond buru-buru.

"Kembalilah," kata Rheannon pada Desmond sambil tersenyum tipis. "Saya baik-baik saja."

"Tapi…"

"Tidak apa-apa. Kamu… harus makan."

"Iya… Baiklah. Saya permisi dulu. Selamat malam," pamit Desmond dengan nada kecewa.

Rheannon langsung beralih pada Hadrian begitu Desmond pergi. "Jangan jahat," katanya.

Hadrian tertegun mendengarnya. "Saya tidak jahat," sangkalnya. "Desmond belum makan."

[Walau berkerabat dengan seorang marquis, Desmond dulunya hanya seorang anak keluarga bangsawan. Dia bebas mau makan jam berapa pun tiu dan dengan siapa pun itu. Anda mendidiknya terlalu keras. Usianya bahkan belum genap 10 tahun.]

Ya ampun, ini adalah perdebatan pertama mereka soal cara mengasuh anak. "Desmond akan mewarisi gelar marquis nanti. Dan karena pendidikannya dimulai terlalu terlambat, tidak ada cara lain selain mendidiknya dengan sedikit keras. Ini tidak seperti saya memukuli Desmond setiap dia membuat kesalahan."

"Desmond berbeda… dengan Anda," kata Rheannon tak habis pikir. "Masih ada… banyak waktu."

"Entahlah," balas Hadrian hampir-hampir berdecak. "Saya tidak yakin. Bisa saja saya mati dalam waktu dekat."

[Saya tidak akan membunuh Anda.]

Kata-kata itu membuat Hadrian kaget. "Bukan itu maksud saya," desahnya kesal. Dia menarik napas dan mengembuskannya perlahan. "Rheannon, ini baru hari kedua pernikahan kita dan kondisimu pun belum pulih sepenuhnya. Mari kita akhiri perdebatan ini."

"Baiklah," ucap Rheannon geli.

Perlahan Hadrian duduk di samping Rheannon. "Bagaimana keadaanmu?" tanyanya sambil menelusuri wajahnya. "Siap untuk perjalanan panjang besok?"

"Ya," jawab Rheannon. "Lebih baik… cepat kembali."

"Kalau memang tidak siap, kita bisa menundanya." Hadrian sedikit merapikan rambut Rheannon. "Nanti saya akan menempatkan seorang pelayan dan kesatria di kereta kudamu. Walau ruangannya nanti akan jadi sedikit sesak, tapi saya harap kamu mengerti."

"Tidak masalah," kata Rheannon. "Desmond?"

"Rencananya akan satu kereta dengan para pelayan yang saya bawa dari Paiton. Keretanya memang akan sedikit lebih kecil dan tidak nyaman daripada kereta kuda biasanya, tapi kami sudah membicarakan itu dan Desmond setuju."

"Satu kereta… dengan saya saja." Rheannon berdeham. "Tidak masalah."

"Tapi…"

"Saya tidak… menular." Rheannon tersenyum. "Saya tidak… perlu banyak–ehm–berbaring."

"Baiklah. Nanti akan saya tawarkan pada Desmod. Dia pasti akan senang." Hadrian terdiam sesaat. "Kalian sudah sangat akrab, ya?"

"Desmond anak baik."

"Kalian akrab terlalu cepat."

Rheannon terlihat kaget, lalu tertawa kecil. "Anda cemburu?"

"Saya tidak bilang begitu." Yang barusan terdengar seperti Hadrian membenarkan dugaan Rheannon. "Hanya saja… butuh waktu hampir satu minggu bagi Desmond sampai akhirnya dia mau makan di meja yang sama dengan saya."

"Desmond hanya… segan," kata Rheannon. "Kedudukan… Anda tinggi."

"Saya memang begitu, tapi…" Hadrian merasa sedikit ragu. "Saya lebih merasa kalau Desmond takut pada saya–dulu."

"Dulu?"

"Beberapa waktu lalu, mendadak kami jadi lebih dekat. Desmond yang mendekati saya lebih dulu secara mendadak. Rasanya seperti sesuatu yang membuatnya takut pada saya tiba-tiba menghilang."

Kedengarannya memang aneh, tapi itulah yang Hadrian rasakan. Terutama sejak dia mendapat benda suci dari Axelle.

"Saya rasa… Anda tak perlu… cemas," kata Rheannon. "Desmond–ehm–memang sedikit sensitif."

Hadrian mengambilkan minum untuk Rheannon yang langsung diminumnya. "Sebenarnya ada hal lain yang ingin saya bicarakan, tapi sekarang sudah waktunya bagimu untuk minum obat dan beristirahat. Saya akan panggilkan pelayan."

"Anda memang ketat."

"Ini demi kebaikanmu, Rheannon."

"Baiklah. Nanti malam pun… saya akan… menunggu Anda." Rheannon tersenyum, lalu menambahkan, "Suamiku."

Harusnya Hadrian tahu kalau Rheannon akan tetap membaca pikirannya. "Saya memang tidak berniat untuk tidur di kamar lain," balasnya.

***

Chas dan ayahnya turut mengantar kepergian suami-istri Melchoir ke Paiton. Setelah ini mereka akan jarang bertemu Rheannon. Tapi setidaknya kali ini mereka tahu kalau Rheannon akan diperlakukan baik selayaknya manusia.

"Berhati-hatilah dalam perjalanan nanti. Kalau merasa tidak nyaman, segera katakan pada Marquis. Segera berkabar sesampainya kamu di Paiton." Duke Colton memberikan pesan perpisahan yang panjang pada Rheannon.

Ketika giliran Chas tiba, dia hanya memeluk Rheannon dan berbisik, "Aku akan merindukanmu."

"Ya, aku juga," balas Rheannon.

Chas bisa merasakan tatapan Hadrian pada punggungnya.

"Tolong jaga Rhea dengan baik," kata Chas tajam pada Hadrian setelahnya. Artinya: aku tidak akan memaafkanmu kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya.

"Tentu saja, Tuan Chas," jawab Hadrian tenang.

Kalau saja bukan karena ada Desmond, Chas pasti sudah mengatakan sesuatu yang lebih tajam lagi.

Tapi Desmond masih kecil, batin Chas sambil menepuk puncak kepala Desmond, memberi salam perpisahan.

Tak lama kemudian, rombongan Hadrian pun pergi meninggalkan Ibu Kota Ozera. Dari yang didengar Chas, perjalanan mereka akan memakan waktu sampai 10 hari, lebih lama 3 hari dari perjalanan normalnya. Mereka akan banyak berhenti dan beristirahat karena keadaan Rheannon. Melihat dari ekspresi rombongan Hadrian, kelihatannya sama sekali tidak ada yang keberatan dengan perubahan perjalanan mereka itu.

"Sepertinya Rhea diperlakukan dengan baik," komentar Duke Colton dalam perjalanan mereka kembali ke townhouse dengan kereta kuda.

"Semoga mereka memang tulus," kata Chas setengah mencibir.

"Karena Marquis Hadrian selalu memperlakukan semua orang dengan baik, kurasa mereka pasti tulus. Jika mereka tidak menyukai Rhea pun, mereka tidak akan berani menunjukkannya."

Ya, itu benar. Walau Hadrian dikenal sebagai bangsawan yang tampak murung dan selalu berduka, sebenarnya dia adalah orang yang sangat baik hati. Orang-orangnya serta masyarakat Paiton sangat mencintainya sampai rela melakukan apa saja demi melihatnya tersenyum–begitulah yang Chas dengar. Dan karena pernikahan ini adalah keputusan Hadrian, maka orang-orangnya pun akan mendukungnya dan pasti akan memohon pada Dewa setiap detiknya untuk kebahagiaan Hadrian.

Chas juga mengharapkan kebahagiaan Hadrian supaya lelaki itu tampak lebih manusiawi. Tapi apakah kebahagiaan Hadrian harus datang dari Rheannon?

"Sebenarnya Ayah sudah lama ingin menanyakan ini," celetuk Duke Colton serius. "Kamu… benar-benar menyukai Rheannon, kan?"

Sambil berusaha menetralkan ekspresinya, Chas berkata, "Aku tidak mengerti apa maksud Ayahanda."

Duke Colton mengembuskan napas panjang. "Kau pikir siapa yang membesarkanmu selama ini?" Dia menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. "Lupakan Rheannon, Chas Colton. Dia istri seseorang sekarang," tambahnya tajam.

"Istri dari seseorang yang berniat membunuhnya," desis Chas. "Tinggal tunggu waktu saja sampai–"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Chas," potong Duke Colton.

Menipu dan menyembunyikan sesuatu dari Ithel Colton memang bukan perkara mudah. "Iya, aku mengakuinya. Tapi apakah salah kalau aku menyukai Rhea? Ayahanda sendiri pernah bilang akan menikahkanku dengan Rhea. Aku jelas bisa menjadi suami yang lebih baik untuknya daripada Marquis Hadrian."

"Jadi memang benar kamu menyukai Rhea," desah Duke Colton. "Ayah hanya ingin agar kau tidak menunjukkannya terang-terangan."

"Apa?"

"Sebenarnya aku tidak ingin membuatmu besar kepala, tapi meski Chas Colton hanya bergelar 'putra seorang duke' kau adalah kandidat terkuat pasangan Putri Luciell."

Chas tidak bisa menahan ekspresi jijiknya.

"Selain Putri Luciell, para gadis bangsawan di luar sana juga pasti sedang mengincarmu sekarang setelah–katakanlah–saingan terbesarmu sekarang sudah menikah." Yang dimaksud Duke Colton barusan adalah Hadrian. "Proklamasi perasaanmu pada Rheannon hanya akan membawa masalah padanya dan Marquis Hadrian."

Sialan. Chas tidak menemukan kalimat pembela karena apa yang dikatakan ayahnya memang benar.

Inilah alasan mengapa Chas lebih memilih menjadi "pengangguran" daripada bergabung sebagai Kesatria Istana atau mengambil gelar Duke Muda. Chas tidak mau menjadi incaran para orangtua sinting yang ingin menikahkan putri mereka dengannya hanya demi mencapai posisi yang lebih tinggi. Bayangkan saja bagaimana para orangtua sinting itu jika Chas memiliki satu gelar atau satu pekerjaan saja…

Chas bergidik dibuatnya.

Belum lagi Luciell. Chas tahu wanita itu sudah mengincarnya sejak lama, dan sayangnya tidak pernah berhasil bahkan meski wanita itu sudah mengikat kontrak dengan Iblis Pemikat sekali pun. Chas kebal dari pengaruh iblis, tidak seperti kebanyakan pria di luar sana (terutama Marquis Hadrian, batin Chas).

Tapi kebalnya Chas pada iblis ini menjadi pedang bermata dua. Luciell pasti sudah mulai sadar kalau dia kebal iblis. Kalau Luciell sampai tahu kelemahan Chas adalah Rheannon, dia pasti akan melakukan sesuatu padanya…

"Aku mengerti, Ayahanda. Aku… akan lebih berhati-hati lagi," kata Chas kemudian.

"Aku senang kau memahaminya," kata Duke Colton. "Lupakan Rheannon dan carilah wanita lain yang baik untukmu dan keluarga kita. Kamu tahu sendiri bagaimana pekerjaan keluarga kita."

Tapi memangnya ada wanita yang seperti itu di luar sana?