webnovel

Misteri Sebuah Pulau (season 1)

7 sekawan yang berencana ingin menghabiskan waktu liburan di tempat yang indah yaitu sebuah pulau yang belum pernah terjamah tangan manusia, tapi mereka salah, karena dipulau itu sudah dihuni sekelompok makhluk yang menghisap darah manusia, hingga akhirnya mereka kehilangan 1 nyawa teman nya disana.

Rahma_Wati_5228 · SF
レビュー数が足りません
16 Chs

Bagian 15

Sesekali aku menoleh kebelakang. Entah kenapa, aku merasa tenang di dekat nya, aku tau dia sama seperti ku, dari tatapan bola matanya yang menandakan kalau dia juga memiliki kelebihan itu.

Sepertinya perjalanan ku masih jauh menuju tenda. Semakin lelah aku berjalan, akupun beristirahat sejenak diatas akar pohon yang besar. Otakku terus saja berfikir keras untuk rencana nanti.

  Kreek....

Aku terdiam, saat ku dengar ada suara ranting kering yang patah, aku melihat ke sekeliling, ku berusaha menggunakan kemampuan ku untuk merasakan kehadiran siapa? Yaa, benar saja ada sepasang mata di balik semak-semak yang rimbun dihadapan ku. Tanpa satu dua tiga sosok hitam itu langsung meloncat kearahku, dengan seringai dan erangan nya yang membuat telingaku sakit.

Bruukkk...

Untunglah aku sempat membalikkan badan ku kesamping, sebelum sosok itu sampai dihadapanku.

  Aarrggghh...

Dia kembali lagi menerkam ku dan berhasil memegang kedua tangan ku, aku tersungkur berada di bawah makhluk itu. Mulut nya pun terbuka memperlihat kan taring nya, tetesan air liur bercampur darah pun mengenai wajah ku, bau busuk menusuk rongga hidungku yang tak kuasa kutahan. Aku mencoba melepaskan tangan ku tapi tak bisa, aku pun menendang perut nya, akhir nya dia pun tersungkur. Segera ku ambil pisau kecil yang berada di tas ransel, beruntung tas itu tak pernah terlepas dari punggungku.

Kuarahkan pisau itu ke wajah nya.

Sliing..., wajah nya mengeluarkan darah yang bewarna hitam pekat, dia pun mengerang kesakitan dan menutupi wajah nya. Disaat itu lah kesempatan ku untuk kabur dan berlari secepat yang aku bisa.

  Bruukk....

Aku terjatuh, kaki ku tersandung akar pohon, Kucoba bangkit dan terus berlari, walaupun luka-luka di tangan dan kaki ku.

  Alhamdulillah ucapku setelah melihat pinggiran pulau dari kejauhan, makhluk itu tidak mungkin mengejarku sampai kesini.

  Tiiaaa...

Teriak Mira yang melihatku berlari keluar dari arah hutan.

  Akupun mempercepat langkah lariku menemui teman-teman ku. Mira langsung memeluk ku erat dan tangisnya pun pecah dipundakku.

"Aku kira kamu sudah tak akan kembali lagi Tiara, kami sudah putus asa menghadapi semuanya."

  "Sudah lah Mir, aku baik-baik saja, hanya luka kecil saat aku berlari tadi," ucapku sambil tersenyum.

Aku tak mungkin menceritakan kalau aku dikejar kejar makhluk itu, yang pasti akan membuat teman-teman ku semakin ketakutan.

Krookk....

Yah cacing di dalam perutku mulai berdemo, jelas saja sejak kemarin malam tidak ada satu makanan pun yang masuk kemulutku.

"Aku sudah lapar Mir, kita makan dulu, nanti aku lanjutkan bercerita."

"Iya Tiara."

Aku pun masuk ke tenda mengambil beberapa bungkus mie dan roti, cukuplah menggajal perut-perut kami. Kami semua pun duduk di depan tenda sambil menyantap makanan. Aku baru sadar kalau kami hanya ber empat.

  "Loh..., kenapa kalian hanya bertiga, Anto mana?" tanyaku.

  "Entahlah Tia, saat kami berlari keluar hutan dan sampai disini hanya bertiga, kami tak tau Anto tertinggal, salah jalan atau bertemu makhluk itu, kami tak tau Tia," ucap bagas menjelaskan.

  Huupphhh....

Akupun menarik nafas panjang dan melepasnya secara perlahan.

  "Bagaimana kamu bisa selamat dari makhluk itu tia?" Tanya Miko.

 "Ada yang menolongku, jawabku sekena nya.

  "Siapa tia?, Tapi manusia kan?"

"Iya manusia, dia tau seluk beluk hutan ini."

Akupun menceritakan semua yang Dimas jelaskan kepadaku, tanpa bilang siapa Dimas dan kenapa dia tinggal disini. Aku hanya bilang kalau aku tau dari penjaga hutan ini.

Mereka pun terkejut dan bergidik setelah tau makhluk yang kami hadapi seperti apa.

Mirapun memelukku dan terus saja menangis.

"Tia..., maafin aku, maaf."

"Tidak ada yang perlu dimaaf kan Mir, kamu tidak salah, semua sudah takdir yang membawa kita terjebak dipulau ini."

"Enggak Tia, ini memang salah ku, aku yang tidak menjelaskan nya dari awal, aku yang egois mengajak kalian ke pulau ini tanpa memperdulikan akibat nya.

Deg... deg...

Apa maksud perkataan mira? apakah ada yang dia sembunyikan dariku? Ucapku dalam hati.