MISTERI GELANG KUTUKAN !

Tok ... tok ... ! nak Bayu ? ini saya bu Retno !" Suara ketukan membangunkan Bayu dari tidurnya, pagi itu, palingan ibu kos minta uang bulanan katanya dalam hati, mau tidak mau dia bangun dengan malas. Dan membukakan pintu kamsr kosnya,

"Eh ibu, ada apa ya ? maaf saya belum membayar uang kos ! habis belum datang gajiannya !" ujarnya pada wanita berusia 45 tahun yang berdiri didepan pintu kamar kos.

"Kamu teh kenapa ? ibu teh kemari ada telepon dari paman kamu tadi ! anu ... ibu turut berduka cita, mengenai ayahmu yang meninggal karena kecelakaan !" jawab ibu kos dengan wajah prihatin.

"Untuk masalah itu, ibu masih bisa maafkan ! ibu permisi dulu !" lanjutnya dan kemudian pergi. Sementara Bayu hanya terdiam dan kemudian terduduk di pinggir tempat tidur. tangannya mengusap wajahnya. Baru beberapa bulan lalu ia bertemu dengan Ayahnya. Mereka tinggal berdua setelah ibunya lebih dulu meninggalkannya sejak masih kecil.

Sejak itulah ayahnya mengurusnya sejak kecil hingga sekarang tanpa menikah lagi, padahal ayahnya termasuk ganteng dan juga cukup berada karena warisan dari kakeknya. Ayahnya hanya mengatakan untuk rajin belajar dan kuliah.

Bayu pun membereskan bajunya , setelah sebelumnya menelpon pamannya untuk mencari tahu kebenaran meninggalnya ayahnya karena kecelakaan dan ternyata benar dan dia mengatakan akan pulang hari ini.

Setelan semua beres, dia pun mengambil tas ransel dan menutup pintu dan menguncinya. Di bawah ia bertemu dengan temannya Dion yang satu kampus dengannya. Bisa di bilang dia teman dan sahabat satu-satunya saat ini.

"Jadi lu bakal pulang hari ini Yu ?" tanyanya.

"iya yon !" jawabnya singkat dia menunduk, tak terasa air matanya menetes karena sedih kaca matanya yang minus 2 kiri kanan dibuka.

"Ya, udah Yu ! gue turut berduka ya !" ujarnya sambil menepuk pundak Bayu sahabat dan temannya itu, Bayu hanya mengangguk.

"Tunggu sebentar gue anterin lu ke stasiun ya ?"

"terima kasih yon !" sambil mengusap air matanya. Dion hanya tersenyum dan kemudian ke kamarnya untuk berganti baju.

Dion anak orang berada, sebenarnya ia bisa mencari kos yang lebih baik dari ditempat ini. walau yang ini sudah standar dan cukup bagus, dia anak yang baik dan tidak sombong. Dion masuk tim basket kampus, ganteng dan populer banyak cewek yang suka padanya. Sementara dia hanya seorang kutu buku, dengan perawakan tubuh yang terbilang langsing. Wajahnya kata orang terbilang imut kayak masih SMU padahal sudah kuliah.

Tak lama Dion sudah selesai dan mereka pun pergi ke stasiun kereta api. Di stasiun Dion membeli tiket untuk temannya itu, untunglah masih ada tiket yang tersisa untuk membawa Bayu pulang. Akhirnya kereta akan berangkat Bayu berpamitan kepada temannya Dion dan berterima kasih atas bantuannya dan mereka pun berpisah.

Di dalam kereta Bayu kembali teringat masa lalu bersama dengan ayahnya dan ibunya. Ibunya meninggal ketika berusia 8 tahun, setelah itu dia dititipkan di rumah kakek dan neneknya sampai usia 12 tahun, setelah satu persatu keduanya meninggal juga. Sejak saat itulah ia hidup dan tinggal berdua dengan ayahnya berpindah-pindah tempat karena pekerjaah ayahnya, yang sampai saat ini tidak diketahuinya apa perkerjaan ayahnya sebenarnya.

Karena sering berpindah itulah ia tidak pernah punya teman atau sahabat karena sekolah pun sering berganti begitu pun lingkungan rumah. Baru Kuliah inilah ia menetap di suatu tempat. Tak terass ia pun tertidur di kereta. Dan ketika bangun ia merasa lapar dan untungnya di stasiun membeli roti.

Akhirnya Bayu tiba di Yogyakarta tempat tinggal kakek dan neneknya yang sering ia panggil sebutan si mbah. Dia pun turun dengan badan yang dirasa cukup pegal karena dari tadi duduk terus. mata melirik ke kanan dan kiri mencari pamannya pakde Marto dan terlihatlah seorang lelaki bertubuh tegap seperti ayahnya berkumis tipis memakai kemeja motif kotak-kotak. Bayu pun mendekat dan memeluk adik dari ayahnya itu.

"Sudah Yu, ayo kita pulang !" ujarnya menepuk mengusap punggungnya yang tiba-tiba saja menangis di pelukan pamannya tanpa bisa di tahan.

Mereka kini berada di dalam mobil, keduanya terdiam. Bayu baru tahu kalau ayahnya sudah di kubur 3 hari lalu, pamannya meminta maaf karena takut mengganggu kuliahnya, jadi baru sekarang di beritahu. Bayu tidak bisa berbuat apa-apa. Tak lama mereka tiba di pemakaman umum dan pamannya membawanya ke tanah pekuburan ayahnya yang masih merah walau bunga yang ditabur sudah layu. mereka berdoa dan kembali air matanya menetes dan kembali menangis.

Pamannya kemudian mengajaknya pergi, dan kini mereka menuju tempat tinggal kakek dan neneknya, Rumah campuran jawa dan belanda yang cukup besar ini terlihat sepi dengan 4 kamar. Si mbah dulu sangat sayang padanya apapun keinginannya selalu di kabulkan dan ketika sekolah ada seseorang pembatu yang selalu mengantar dan menjemputnya dari sekolah. Bisa di sebut si mbah mempunyai darah biru begitu pun dirinya Raden Bayu Nugraha Mangkudiningrat itulah nama panjangnya.

"Kamu istirahatlah dahulu ! nanti malam kita ngobrol lagi !" ujar paman sambil menepuk pundaknya, Bayu hanya bisa mengangguk. Si mbok Sumi pembantu kakek neneknya yang sudah cukup lama bekerja di rumah ini mengantar dirinya ke kamar dulu tempati waktu tinggal di sini. Bayu berterima kasih dan ketika di tawari untuk makan ia menolaknya, nanti saja.

-----------

Malamnya Bayu dan Pamannya mengobrol diruang tengah setelah selesai makan malam, Pakde Marto seorang duda beranak satu perempuan yang sama sudah kuliah bedanya 2 tahun. Bayu sekarang memasuki tahun ketiga kuliah di salah satu univetsitas negeri di Bandung dia termasuk beruntung bisa masuk kesana. Di sekolah Bayu termasuk anak yang pintar tapi belum pernah di peringkat atas hanya bisa di 10 besar saja dari SD, SMP dan SMU itu karena faktor sering berpindahnya sekolah.

"Begini Bayu, ayahmu memberikan surat wasiat buatmu ! melalui pakde !" ujar pamannya memulai percakapan sambil menghisap rokok kreteknya.

"Pertama memberikan gelang perak yang sudah kamu pakai sebagai salah satu barang warisan turun temurun dari kakek buyut hingga si mbahmu ! hingga terakhir kamu !" sambil menunjuk gelang di tangan Bayu, dia tertegun tak menyangka gelang ini sudah ada turun temurun, dia pikir gelang biasa dan suka karena unik ada tulisan aksara jawa kuno yang terukir.

"Gelang itu ... sebenarnya gelang kutukan !" pakde Marto menatapnya dengan tajam.

"Maksud ... pakde apa ?" Bayu menjadi terkejut dan ketakutan dan berusaha membuka gelang itu tapi tidak bisa seperti melekat pada tangannya !

"Kamu tidak akan bisa membukanya Bayu ! karena kamu sudah ditakdirkan untuk melanjutkan tradisi itu !" jawab Pakde Marto.

"Tradisi apa, pakde ?"

"Darah Serigala !" Bayu menatap pakde tak percaya.

"ha ... ha ... ! pakde jangan bercanda !"

"Usiamu sekarang 20 tahun bukan ? hmmm ... itu sudah waktunya ! sesuai penanggalan jawa maka minggu ini bulan purnama !" jawab pakde manggut- manggut etah apa yang dipikirkannya.

"Dalam siklus trah mataram kuno yang di tulis mpu Bramana, setiap keturunannya akan memiliki darah Serigala di dalam tubuhnya. Dari semenjak dahulu sampai sekarang sudah ada 50 keturunan yang mempunyai darah serigala ! semua terjadi sejak kerajaan Mataram kuno berdiri ! hal ini bisa sampai berlanjut atau berhenti ! berlanjut bila kamu tidak bisa menemukan pasangan gelang perak itu ! setiap benda dan mahluk hidup tentu ada pasangannya !" jelas pakde Marto. Tapi bagi Bayu itu sangat tidak dimengerti, bagaikan cerita di dalam film barat yang sering di tontonnya.

"Pakde kenapa ini bisa terjadi dan apa yang aka terjadi padaku ?" tanya Bayu. Pakde mematikan rokok kreteknya dan meminum kopinya.

"Ceritanya sangat panjang Bayu yang jelas ini semua berkaitan dengan kekuatan dan kedigdayaan ! yang terjadi padamu adalah ... nanti kamu akan mengetahuinya nanti bersiaplah ! besok kita akan pergi ke suatu tempat bersama pakde !" ujarnya sambil berdiri dan pergi,

Bersambung ...

Cerita ini hasil imajinasi penulis, semuanya hanya cerita bukan nyata kecuali nama kota ...