webnovel

Gavin Reynand Alvaro

Taman belakang sekolah yang sepi menjadi tempat bernilai estetika tinggi karena Gavin ada di sana. Di setiap jam kosong, Gavin selalu datang ke taman itu. Duduk di ranting yang jatuh tergeletak di bawah pohon. Dengan headset yang terpasang di telinga, dan juga sebuah buku lengkap bersama pulpen di tangan. Kaki kanannya ditekuk sebagai tompangan buku untuk ia menulis. Menulis dengan diam tanpa peduli dengan orang-orang yang memperhatikannya dari jauh.

"Kak Gavin itu, buat masa putih abu-abu gue jadi senyata surgha. Tampannya kebangetan."

"Iya, tuh orang diciptain Tuhan dari apa sih? Kenapa bisa sesempurna itu?"

"OMG, Gavin! You look so handsome baby!"

"Andai aja Gavin itu hidup kayak manusia normal yang beriteraksi sama sekitarnya, maka pernyataan bahwa 'nggak ada yang sempurna di dunia ini' bakal habis masa berlakunya."

"Gavin itu manusia sungguhan atau hanya jelmaan dewa? Kok gantengnya kelewatan gitu, sih?"

"Gue yakin, dia itu malaikat dari langit yang turun ke bumi tapi gagal nyamar jadi manusia, dan ngelakuin kesalahan karena nggak bisa beradaptasi dengan penduduk bumi, makanya deh dikasih Tuhan hukuman untuk menetap di bumi."

"Wihh, Kak Gavin! Pesonanya dikondisiin dong!"

Segala yang ada di diri Gavin selalu membuat siapapun terpukau dalam kejut pesona. Gavin Reynand Alvaro, cowok dengan rambut bergelombang berwarna kecoklatan, sehingga tampak kontras dengan kulitnya yang terang. Tingginya sekitar 180 cm sampai-sampai siapapun yang berjalan di dekatnya akan merasa begitu rendah, dan juga minder karena wajah tampan Gavin yang melebihi rata-rata. Benar-benar pahatan Tuhan yang sempurna. Bukan hanya fisiknya, tapi kejeniusannya yang luar biasa juga membuat setiap orang terpaku dan terpana. Tidak pernah terlihat sedang membaca buku pelajaran dan tidak pula sekalipun terlihat begitu serius memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru, dan bertanya adalah hal yang tidak pernah dilakukan Gavin, namun dia selalu menjadi yang tercepat mengerjakan soal dan nilainya sempurna. Posisi bintang kelas, juara umum, pemenang olimpiade, terus-terusan melekat padanya. Gavin, dia adalah wujud dari kesempurnaan, jika saja dia juga memiliki kepribadian yang ramah dan bersahabat atau setidaknya normal.

Semua orang memuji Gavin, namun tak satupun yang memiliki nyali untuk mendekatinya. Karena sosoknya begitu kuat, auranya benar-benar mencekam, dan tatapannya yang jarang ia gunakan selalu saja menghembuskan aura membunuh yang nyata. Sehingga tanpa harus menunjukkan kemampuan berkelahinya, semua orang sudah takut padanya dan tak berani berurusan apalagi mencari masalah dengannya.

Bukan tidak mau membuka diri untuk kehidupan dunia. Namun Gavin tidak ingin membuang-buang nyawa dan napas hanya untuk sesuatu yang tidak begitu penting bahkan cenderung sia-sia, sekadar rutinitas ala remaja. Sedangkan Gavin bukanlah remaja yang merasa berhak untuk menikmati indahnya masa remaja.