Sekilas, penampilan Tania membuat siapapun yang melihat merasakan kepedihan dan kesedihan yang mendalam. Ya, itu benar-benar seperti jiwa yang rapuh dan penuh dengan kesan kelam.
Semua orang tidak akan pernah bisa menduga apa yang dialaminya di masa lalu sehingga dia bisa terlihat begitu rapuh dan memilukan.
Melihat ekspresi Tania saat ini mampu membuat semua orang yang melihatnya merasakan pilu yang begitu mendalam dihatinya, jiwa yang tersakiti benar-benar bisa membius para penonton untuk merasakan hal yang sama.
Orang-orang yang menunggu di belakang panggung juga dikejutkan oleh penampilan Tania saat ini. Terutama Rendi, dia binggung dan merasa bersalah, karena dia beranggapan bahwa dialah yang membuat Tania seperti sekarang ini. Karena sejatinya kerapuhan dan kesakitan Tania kini adalah karena dirinya di masa lalu.
Melihat Tania saat ini membuat Rendi terbawa emosi, dia semakin menutupi wajahnya dengan tangannya seolah olah menyembunyikan sudut matanya yang kini mulai sedikit basah. Ya benar, Rendi kini menangis dalam diam.
"Rendi, ada apa denganmu?" Kiki terkejut melihat penampilan Rendi saat ini, dia tidak bisa menahan rasa khawatirnya, "Apakah kamu tidak enak badan?" Tanya Kiki menyelidik.
Rendi melepaskan tangannya, menyeka sudut matanya yang basah, lalu tersenyum getir. "Kiki, kamu mengatakan bahwa keputusanku sudah benar untuk meninggalkannya, tapi nyatanya hatiku masih tidak bisa menerima itu."
"Apa sekarang kamu membicarakan Tania lagi?!"
Hati Kiki tercekat. Sebagai seorang wanita, dia tahu betul bahwa sekarang Rendi mungkin masih memiliki perasaan terhadap Tania. Namun, semakin Rendi menepis perasaan itu, dia hanya akan merasa semakin bersalah.
Ini mungkin sedikit lucu, seharusnya Tania hanyalah wanita yang dijadikan Rendi sebagai pelampiasan, tapi mengapa dia bisa membuat Rendi merasa khawatir dan bersalah?
Tidak, Rendi hanya akan menjadi miliknya seorang dan bukan Tania. Kiki tidak akan pernah membiarkan Tania merebut Rendi darinya.
"Rendi, aku sedikit tidak nyaman berada disini, bisakah kamu menemaniku jalan-jalan dan menghirup udara segar? di sini sedikit menyesakkan." Ekspresi wajah Kiki terlihat buruk, yang membuat Rendi semakin khawatir.
"Apakah kamu ingin pergi ke rumah sakit?"
Melihat penampilan Rendi yang cemas, membuat Kiki menghela nafas lega. Dia meyakinkan dirinya jika perasaan Rendi terhadap Tania tidaklah lebih besar dari rasa cinta Rendi hanya untuknya.
"Tidak, hanya saja aku sedikit tertekan dan ingin jalan-jalan." Jawab Kiki lemah.
Dia tidak ingin membiarkan Rendi terlalu fokus pada Tania.
Akhirnya mereka berdua pun pergi dari ruangan itu. Kepergian Rendi dan Kiki tidak disadari oleh pembawa acara.
Sekarang semua mata tertuju kepada Tania yang seolah membentuk karakter berbeda di atas panggung, para penonton terjebak dalam penampilan Tania. Ketika Tania naik ke atas panggung untuk bernyanyi, semua pikiran seakan berhenti dan terpusat kepadanya terjebak oleh auranya.
Tania berhasil menaklukkan panggung dan membius semua orang tanpa terkecuali.
Saat musik intro mulai terdengar, semua orang seolah-olah terhanyut dalam jurang yang penuh kepiluan, dunia yang penuh kesakitan. Ekspresi Tania saat ini penuh rasa sakit akan kekecewaan.
Bahkan sang kameramen berusaha sekuat tenaga untuk tetap mengontrol emosinya saat menyaksikan penampilan Tania. Dia bahkan harus menggunakan penyumbat telinga dan memakai kacamata, agar dia tidak jatuh ke dalam emosi yang sarat akan kepiluan itu. Mungkin terdengar sedikit melebih-lebihkan tapi seperti itulah penampilan Tania saat ini.
Tania menyeka keringat dingin dari dahinya, wanita dengan balutan dress berwarna hitam itu kini telah berhasil dengan pertunjukannya. Ya, wanita inilah yang nantinya akan memukau semua orang di masa depan. Bukan hanya musiknya yang kelam, liriknya juga kelam, dan melodinya juga penuh depresi membuat semua orang yang mendengarnya sangat sesak.
Itu adalah lagu yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Meskipun terdengar sangat menyedihkan, mereka tetap tidak punya pilihan selain berhenti mendengarkan, dan mereka bahkan ingin lebih dekat dengan Tania sehingga mereka dapat mendengarnya dengan lebih jelas.
Mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak jatuh pada pesona Tania. Jika wanita dengan rok hitam di atas panggung itu akan membuat mereka jatuh, maka mereka rela.
Depresi dan rasa sakit di hati setiap orang seperti sudah mencapai puncaknya, lalu tiba-tiba keadaan semakin sunyi. Beberapa saat kemudian lampu panggung tiba-tiba redup. Ruangan menjadi gelap gulita, dan hampir semua orang merasakan tidak rela jika pertunjukan yang penuh dengan emosional itu harus berakhir sekarang. Rasanya seperti candu, mereka ingin mendengar lagi dan lagi.
Ketika para penonton mengira penampilan Tania sudah berakhir, seberkas cahaya putih tiba-tiba menyinari sosok kurus yang masih berdiri di tengah panggung. Wanita dengan gaun hitam mengangkat kepalanya dengan lembut, dan saat cahaya semakin terang. Gaun hitam di tubuhnya berangsur-angsur berubah warna dari hitam menjadi putih.
Ekspresi wajah yang semula terlihat menyakitkan dan sedih, tiba-tiba menampakkan senyuman manis dan tulus seperti malaikat sebelumnya.
Senyumannya seolah menghapus semua kegelapan mereka, dia membuka mulutnya sedikit. Kemudian lirik yang dia nyanyikan sangat indah, anggun, dan lembut, seakan seluruh dunia berhasil luruh oleh nyanyiannya.
Depresi yang dirasakan semua orang barusan lenyap. Jurang kepedihan yang mereka gambarkan dalam benak mereka tadi sepertinya hanyalah ilusi dan tergantikan oleh kelembutan surgawi. Seolah Tania membuat perasaan kesedihan mereka terhempas ke dasar jurang lalu setelahnya melambungkannya kembali ke awan.
Ketika melodi terakhir dimainkan, semua yang hadir perlahan menutup mata mereka. Bahkan juru kamera tidak punya cara untuk mengontrol perasaannya saat ini. Juru kamera juga ikut menutup mata, tetapi tangannya masih bergerak merekam momen secara naluriah.
Satu menit kemudian, tidak ada yang membuka matanya.
Setelah tiga menit, tidak ada yang membuka matanya.
Lima menit berlalu.
"Semuanya, apakah kalian akan tidur di sini?" Suara wanita itu terdengar kebingungan.
Semua orang akhirnya membuka mata mereka dan menatap dengan tatapan penuh arti kepada wanita di atas panggung itu.
Hanya menatap kosong, tidak bisa mengungkapkan sepatah kata pun.
Mereka hanya mendengarkan satu lagu, tapi rasanya seperti menyaksikan konser akbar.
"Adegan tersebut sangat mengharukan. Jika Tania benar-benar mengadakan konser, saya tidak tahu adegan mengejutkan seperti apa yang akan dibuat saat itu."
"Apa judul lagu ini?"
Tanya Anang bersemangat. Dia adalah penyanyi veteran, dan dia tahu banyak penulis lagu dan komposer. Kebanyakan dari mereka adalah artis terkenal, tetapi dia belum pernah mendengar lagu ini. Siapa yang membuat lagu seperti itu? Dengan lirik yang seperti itu? Jika dia tahu judul lagunya mungkin dia akan tau siapa pencipta lagu itu.
"My Crumbling World," jawab Tania.
Maya bertanya-tanya, "Mengapa judulnya My Crumbling World?"
Yang lain juga sedikit bingung. Ya, ini jelas merupakan lagu yang menceritakan kisah malaikat yang kembali ke cahaya setelah jatuh ke dunia yang begitu kejam .
Dihadapkan dengan semua orang yang ingin Tania memberi penjelasan, dia memilih untuk menjawab rasa penasaran mereka.
"Jadi, lagu itu bercerita tentang Malaikat yang melanggar sumpahnya dan dia harus menebus dosanya itu ke dunia, tapi setelah dia turun ke dunia dia menyadari ternyata dunia yang dia pikirkan selama ini adalah salah. Manusia begitu keji bahkan terhadap sesamanya, manusia benar-benar makhluk yang bahkan tidak bisa tergambar dalam benak si malaikat. Malaikat menangis meraung meminta kepada Tuhan untuk menjemputnya kembali tapi apalah daya dia harus menanggung dosanya. Dan disini, di dunia ini dia bisa melihat para manusia yang bahkan sudah sangat jelas setiap hari berbuat banyak dosa tetapi mereka seakan tidak peduli dengan dosa-dosa mereka dan mereka secara terus menerus melakukan dosa tanpa rasa penyesalan. Saat itulah malaikat menangis sejadi-jadinya terhadap tingkah para manusia. Dunianya seakan runtuh sekarang hanya karena melanggar sumpah."
Maya tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Dan apakah setelahnya malaikat itu kekal di dunia ini ?"
Tania mengangguk, "Sepertinya begitu."
"Siapa yang membuat lagu ini?" Anang semakin penasaran tentang lagu ini.
Tania menyembunyikan senyumnya, dan berkata dengan suara lemah, "Saya."
Semua orang mengira Tania sedang bercanda. Tapi semua orang memilih diam karena masih terpanah dengan penampilan wanita itu.
Meskipun Anang tidak begitu menyukai Tania, tapi dia mengakui bakat Tania yang begitu luar biasa.
Kelima juri saling memandang dan sekali lagi mengangkat papan skor pada saat yang bersamaan.
"100, 100, 100, 100, 100."
Seperti yang diharapkan, Tania sangat tenang, tetapi semua orang tidak tenang.
Tapi melihat ekspresi wajah Tania saat ini membuat Maya tidak dapat menahan diri untuk bertanya, "Tania, mengapa kamu terlihat tidak bersemangat sama sekali bahkan saat mendapat nilai sempurna?"