webnovel

Bathroom - 03

(Novelion POV)

Dosen macam apa dia itu, brengsek sekali!. Wajah tampannya hanya sebagai topeng. Ku kira untuk menutupi sikap aslinya. Bukannya minta maaf, malah memberiku selembar cek. Dia kira masalah bisa selesai dengan uang?. Bertanggung jawab memang. Tetap saja dia tidak sopan. Aku heran kenapa dia bisa menjadi dosen, apa dia menyogok?. Sepertinya dia akan menjadi 7 of Bastard Teacher dalam hidupku. Padahal ini baru sehari, seperti sudah lama saja. Sabar Novelion Sabar, ini hanya beberapa bulan saja. Setelah itu dia tak akan mengajar lagi dijurusan ini. Ah sial, kenapa sedari tadi aku malah membicarakannya.

'Astaga aku lupa, mengantar ibu kerumah sakit. Apa aku telat' aku hanya berharap ibu belum pergi. Ini semua gara gara dosen menyebalkan, aku jadi lupa dengan pesan ibu. Aku menatap layar handphone, ternyata sudah jam 14.35, Semoga masih ada waktu.

Bippp Bippp Bippp

Ternyata ibu menelpon, pasti dia akan marah. Ah sial, aku buat kesalahan lagi. 'Harus aku angkat atau tidak?, bagaimana jika ibu marah karena lama menunggu' aku beranikan diri untuk mengangkatnya.

"Hallo ibu, maaf aku baru keluar kelas. Sudah lama menunggu?" Aku sedikit memelankan suara.

"Ah tak apa, ibu sudah dirumah sakit. Cepatlah kerumah sakit, Atau uang sakumu ibu potong!" ancamnya yang membuatku takut. Untuk kesekian kalinya ibu mengancam lagi. Kenapa setiap kali dia punya permintaan harus mengancam segala, bisa bisa aku menjadi anak durhaka tiap hari. Damn.

"Apakah itu sebuah ancaman?. aigoo, ibu aku ini anakmu buka-" dia memotong pembicaraanku. Tidak sopan sekali, tapi dia ibuku.

"Mau ibu potong atau kau hadir kemari? Cepat!, dalam 20 menit kau tak hadir uang ATM mu tidak akan ibu isi"

Click.

Ah sialan dia memutuskan sambungannya. Ah ibu macam apa dia, astaga aku menghinanya lagi.

'Baiklah bu, anakmu akan berangkat ke rumah sakit'

Ah, mana mungkin aku bisa berkendara dengan motor penuh baret. Awas kau Mr. Ten, lihat saja nanti. Tapi sepertinya aku tak akan bisa melawan. Jika iya mungkin aku akan ditendang dari kampus.

Aku melaju dengan hati sedikit kesal, hawatir, dan bingung. Sebentar..., dimana alamat rumah sakitnya? Ah sialan, lagi lagi aku bodoh. Novelion kenapa kau tak bertanya alamatnya dimana. Aijis, pasti aku akan dimarahi, dan ATM ku akan kosong untuk satu bulan ini. 'Haruskah aku pergi kesetiap rumah sakit?'. Mana mungkin, itu terlalu lama. 'Apa aku tanya Jong Ki saja?'

Akhirnya aku berhentikan motor dipinggir jalan, aku akan menelponnya. 'Jika kau tak mengangkat habis nasibmu Jong Ki'. +821xxxxxxxxxx

Click.

Akhirnya kau angkat, "Apa kau tau dimana rumah sakit teman ibuku?"

Aku mendengar suara nafasnya yang terlalu dekat dengan handphone, "Bukankah kau anaknya, Lion?" jawabnya.

"Tapi kau jauh lebih dekat dengan ibuku, dibanding aku yang notabennya adalah anaknya sendiri" balasku dengan ketus.

"Haha, karena kau itu anak durhaka. Contohlah aku ini haha"

Dia malah tertawa, dasar teman kurang ajar.

"Kau ingin nilaimu buruk?" Balasku mengancamnya. sepertinya aku tertular ibu, aku jadi suka mengancam orang. Ah ibu, anakmu jadi seperti ini karenamu.

Dia berhenti tertawa, "Siap boss, by the way aku sedang bersama ibumu. Tadi dia menelponku, katanya kau tidak pulang juga untuk mengantarnya. Durhaka sekali kau ini haha"

"Kau tau sendiri motorku rusak karena Dosen Biadab itu, jadi dimana lokasinya?" percakapan ini mulai membuatku kesal, astaga berapa menit lagi yang ku punya. 11 menit, astaga sebentar lagi.

"Kami sedang berada di Hannam-dong Internasional Medical Center. Cepatlah, aku tadi menguping sedikit. Bukankah ibumu mengancam lagi? jika telat ATM mu akan hangus haha" aigoo, dia memang menyebalkan. Masih saja sempat mengejekku lagi.

"Oke thanks. Nasihatmu itu sangat membantu, Jong Ki" geramku saat mendengar perkataanya. Sialan.

Click

'Hannam-dong itu di... ah aku tau'. Motor ini ku bawa maju, untung saja aku tau tempatnya. Jika tidak, habis uangku, eh maksudku nasibku sebagai anak. Rumah sakit itu termasuk rumah sakit yang terkenal, sekelas selebriti dan pejabat yang dirawat disana. Biaya administrasinya saja bisa untuk makan dua hari, itupun menunya steak tenderloin. Teman ibuku itu memang seorang pejabat, sebab itulah dia disana.

Sampai juga akhirnya, ya aku kini tengah membaca dengan jelas plang bertuliskan 한남 덩 International Medical Center. Aku segera menuju tempat parkir dibasement. Setelah aku berhasil mendapatkan tempat parkir, tak lupa aku kunci ganda.

Sebuah mobil Mercy melaju tepat di depanku, ku kira mobil itu akan parkir juga. Apa kau berpikir itu Mr. Ten?, Jika iya berarti sama dengan yang aku pikirkan. Tapi aku berusaha berpikir positif, ya memang hawa saat kau berbicara dengan orang sepertinya itu berbau negatif. Aku berusaha acuh, karena banyak sekali yang punya mobil Mercy.

Astaga, pisang kemaluanku berkedut. 'Kenapa kau selalu bangun disaat yang tidak tepat, dan bisakah tak menabrak celana' Dan ah sialan, sepertinya aku kebelet pipis.

'Dimana Liftnya' aku mencoba mencari kekanan dan kiri. Lift itu akhirnya kutemukan, aku masuk. Ukurannya sangat besar, ya maklumlah rumah sakit mewah. Saat aku akan menekan tombol lantai 2, seseorang lewat didepan liftku dengan cepatnya. Tapi ini bukan cerita hantu, tak ada scene seperti itu. Jadi aku tetap berusaha positif.

Aku berjalan menuju kamar mandi pria, yang terletak didekat resepsionis. Seperti pada umumnya, di kamar mandi pria pasti yang pertama kali kau cium adalah bau pesing. Ini selalu membuat tanganku menutup hidung. Meski ini terlihat tidak sopan, tapi saat aku akan masuk tak ada bau seperti itu.

'Yap, wastafelnya ada dimana?' Aku mencoba mencari yang agak jauh dari pintu. aku sedikit tak suka jika harus kencing bersamaan dengan orang lain, maksudku Ini menjijikan kau tau. Bagaimana jika ada yang melihat milikmu, ah itu menjijikan. Sebagian dari mereka itu gay, maksudku itu menjijikan kau tau.

"Anghh, fuck... mphhh"

Sial, suara apa itu?. Aku mendengar seperti ada yang mendesah. Biadab, apa ada yang melakukan sex ditempat seperti rumah sakit.

"Ah.. yeah, Nghhh"

Suara itu semakin membuatku penasaran, kebetulan kamar mandi sedang sepi. tapi aku tak mendengar suara perempuan.

"Mphhh, sialan. Ah... yeah"

Aku berada tepat didekat toilet sumber suara itu, 'ayo keluar aku ingin tau siapa kalian'. Aku coba mengintip kebawah celah pintu toilet, tapi aku hanya melihat seorang saja.

"Sial... ahh mphhh yeah fuck"

Sepertinya orang itu sudah klimaks, entah dari mana aku tau istilah itu. Suara desahannya semakin berkurang, mungkin dia lemas. Sebaiknya aku berpura pura sedang kencing, dan aku akan menangkap basah siapa mereka.

Aku menyalakan keran, dan berpura pura tengah menyabuni tanganku. Pintunya mulai terbuka, dan yang keluar adalah. Aku berharap perempuan cantik.

'APA!!! DIA LAGI.. ASTAGA ORANG MACAM APA DIA ITU SEBENARNYA'. Mataku tak bisa berkedip, aku langsung membasuhnya. Antara percaya dan tidak. Itu adalah Mr. Ten. Dia keluar dari dalam toilet sembari mengelus kepunyaannya. Oh apa yang dia lakukan. Dia itu seorang Dosen kampus ternama. Bagaimana kalau ada Reporter yang tau. Mungkin dia akan famous.

Tunggu dulu, kenapa wanitanya tak keluar juga. Atau jangan jangan dia. Tiba tiba telingaku seperti ada yang membisikan 'Dia masturbasi'. Oh tuhan, dia gila apa.

Tapi itu tidak terlalu penting, ada hal kepentingan apa dia kemari. Jika tak ada, tak mungkin dia jauh jauh membuang sperma ke rumah sakit bukan.

Untung saja dia tak mengetahui keberadaanku. Setelah mencuci tangan, ia berjalan keluar. Baguslah, aku ingin memastikan saja apa dia benar benar melakukannya. Dan saat aku masuk, oh ternyata benar. Dia melakukannya. 'Dia gila, sabunnya masih basah'

Kenapa ada guru seperti itu, aku hanya bisa menggeleng kepala. Aku hanya bisa menatap cermin dan berkata, "Ah sialan. Dia itu aneh, kenapa aku jadi memikirkan orang aneh itu. Sadarlah Novelion" aku hanya bisa meremas muka. Aku akan segera keluar dan menemui ibu, untung saja dia sudah tau kalau aku sudah di rumah sakit.

Ketika akan membuka pintu, ternyata kujumpai lagi muka Mr. Ten. Aku sedikit gugup, entah kenapa sialan. Dia selalu membuatku gugup dengan wajah tampannya, maksudku wajah anehnya.

Dia menatap mataku sinis, "Minggir, gue mau masuk. Lu jangan ngehalangin pintu kamar mandi" kata katanya sangat tidak sopan.

Aku harus terlihat seolah tak tau apa apa, "Ah Mr. Ten, kita berjumpa lagi" kataku dengan memasang muka ramah. Sebenarnya itu hanya gimik.

Pelipis matanya berkerut, itu tandanya ia tak senang. "Cek yang gue kasih masih kurang?. Lu kalo mau minta lebih, kayanya itu cara yang kurang tepat. Belajarlah menjadi seorang tukang pijat. Uangmu akan jauh lebih banyak" balasnya dengan nada menghardik, dan dia menyenggol melewatiku. Dia mengambil sesuatu, dari tempat dimana ia melakukan ejikulasi.

Dia membawa sebuah kotak kecil, sepertinya aku sempat membaca itu adalah CONDOM. 'Melakukan jerking dengan Condom? Bagaimana caranya?'. Astaga, apa yang ku tanyakan ini sangat menjijikan. Aku tak mengerti dengan yang barusan ia katakan. Apa maksudnya menjadi tukang pijat. Dia memang aneh.

Buanglah jauh jauh pikiran tentang masturbasinya, atau kau akan merasa jijik. Aku kini berada didepan ruangan yang ibuku jenguk.

TOK TOK TOK

Pintunya terbuka, dan yang membukakan adalah ibuku.

"Kau ini lama sekali. Apa tak bisa membawa motormu dengan cepat?" Omel ibuku, dasar ibu yang aneh. Bukannya bersukur anaknya datang dengan selamat, ini malah dimarahi.

"Apa itu putramu?, Uhuk." Tanya seseorang dengan sedikit terbatuk batuk. aku menoleh kearahnya, dia teman ibuku?. Wah, bukannya dia pemilik Toserba terbanyak di Seoul dan diakan Anggota dewan.

Aku diboyong ibuku mendekati wanita itu, dan aku duduk dikursi disebelahnya. "Halo tante, saya Seong Gi Novelion. Tante temannya ibu saya? Wah beruntung sekali ibu sepertinya memiliki teman seperti anda. Sudah sukses cantik lagi" godaku, itu berhasil membuatnya tersenyum.

Dia mencoba duduk dari posisi baringnya, "Haha kau ini bisa saja, oh iya kau masih sekolah senior atau sudah kuliah?"

Aku menjawab sedikit menunduk, "Sedang kuliah tante di Universitas Geong Jin, tidak jauh dari rumah" ujarku berkata dengan jelas.

"Jelas saja dekat rumah, kau itu anak manja" saut ibuku, astaga ibu kenapa memberitau hal yang seperti itu. Dia memang orang tua rese.

Wanita itu hanya tersenyum melihat ibuku berkata seperti itu, "Haha tak apa, aku sangat suka sekali dengan anak manja sepertimu Novelion. Kebetulan sekali anak tante mengajar disana, dia Dosen" ungkapnya dengan berendah hati.

"Oh iya tante, kalau boleh saya ingin keluar dulu. Ada urusan dengan Jong Ki" dimana Jong Ki, aku harus memberi kabar tentang penemuan baruku. Tentang Apa yang dilakukan Mr. Ten barusan.

"Oh iya pergilah, anak muda itu harus banyak menghabiskan waktu sebelum tua" ujarnya, aku hanya tersenyum dan pergi keluar ruangan.

'Anak itu kemana?' aku mencoba mengirim pesan. Ternyata dia di kantin. Sedang apa?, sudah pasti tengah makan Ramen.

Kutemukan, dia sedang makan. Jika aku memiliki nafsu makan seperti Jong Ki, mungkin tubuhku sudah sebesar Mamoot. Aku duduk didepan meja makannya.

"Berikan aku mie milikmu, aku lapar" aku mengambil sendok dan sumpit.

Dia menyingkirkan tanganku saat akan menyumpit mienya, "Aigoo, bukannya tadi kau sudah kubelikan di kampus?"

Aku menyumpit kembali dan memakan mienya, "Beda lagi, itu tadi. Kau tau tidak?" Tanyaku.

"Kau belum memberitauku, Bagaimana aku bisa tau" dia kembali memakan mienya.

ramennya pedas, aku sudah mau meminum tiga gelas air. "Astaga pedas sekali, jadi begini tadi saat aku ke toilet ada suara yang mendesa-"

"Apa ada yang melakukan sex?, kenapa kau tidak menelponku. Itu akan menjadi video terbaik saat aku tonton dirumah" dia malah memotong pembicaraanku. Dasar Jong Ki otak mesum.

Aku memalingkan mata, "Diamlah, aku belum selesai berbicara"

Jong ki kembali memakan mienya. "Lalu?" sambungnya.

"Ternyata itu Mr. Ten, kau tau bagaimana kagetnya aku?" Jelasku sambil mengambil segelas air putih.

"Uhuk.." dia batuk dengan muka yang sangat kaget. "Bukankah dia itu dosen baru, kenapa sudah berani mengambil tindakan keren seperti ini. Lantas wanitanya bagaimana? Apa ada bagian yang berdarah darah?" sambungnya dengan muka yang sangat penasaran dan penuh nada mesum.

Aku menoel keningnya dan memakan kembali sesumpit mie, "Kau terlau banyak memakan mie ramen sepertinya, dan juga koleksi blue film mu itu. Tapi saat aku periksa disana tidak ada perempuannya"

Jong ki hanya tertawa, dasar. "Tapi bagaimana bisa tak ada perempuannya?" Dia mulai bingung sepertinya.

Aku hanya menyengirkan bibir, " Dia masturbasi" ungkapku.

"Astaga, ini lebih gila. Untuk apa jauh jauh ke rumah sakit hanya untuk melakukan itu. Lebih baik melakukannya dengan wanita" Timpalnya mendengar pernyataanku yang membuatnya kecewa.

"Tapi itu wajar sepertinya. Mungkin saja dia Terangsang" balasku.

"Kau tau?, aku pernah membaca sebuah artikel. Jika seseorang yang terlalu sering melakukan masturbasi atau onani, akan lebih cepat terangsang. Dan dia mempunyai resiko kanker prostat atau kemandulan, apa dia tidak takut akan hal itu?" Balas jongki. Dia sudah seperti profesor saja. Bisa menjelaskan dengan lancar, biasanya saat presentasi dialah yang paling kaku. Nilai presentasinya selalu dibawahku.

Aku memberinya sedikit tepuk tangan, "Tumben kau hapal hal seperti itu, biasanya kau lupa. Tapi sepertinya dia tau, hanya saja dia tak bisa mengendalikan, oh iya dia juga membawa kondom"

"Astaga, aku baru pertama kali ini mendengar ada istilah onani memakai kondom. Setauku kalau onani hanya dengan sabun, itupun dengan pelumas, kalau yang kubaca di kartun jepang seperti hentai" balasnya. "Ah aku jadi kehilangan selera makan" sambungnya.

Saat akan menyelesaikan makan, aku melihat Mr. Ten dengan seorang perempuan berjalan seperti saling bermusuhan. Mereka terlihat tidak akrab.

"Itu Mr. Ten?" Tanyaku sambil menunjukannya pada Mr. Ten.

"Mana?" Tanya Jong Ki.

"Itu!" Tunjukku lagi. Akhirnya Jong Ki tau posisinya. Tapi kenapa tiba tiba Mr. Ten berbalik dan melihat telunjukku yang masih mengarah padanya. Astaga, ini bahaya.

Aku memutuskan untuk pergi dari tempat makan. Dan segera menyusul ibu.

"Ah ini gawat, ayo kita pergi Jong Ki. Cepat bayar Ramennya" ujarku pada Jong Ki dengan uang yang kutinggalakan di meja.

"Hey tunggu sebentar" Jong Ki menyusulku dengan jalan cepatnya.

...

Beberapa jam kemudian aku menyusul ibu, aku akan mengajaknya pulang.

"Ibu bagaimana kalau kita pulang?" Tanyaku pada ibu.

"Novelion, baru saja Ten keluar. Apa kau berjumpa dengannya?" Tanya teman ibuku itu.

"Aku kira tidak tante, kalau begitu saya dan ibu pamit pulang" jawabku sambil membungkuk dan pulang bersama ibu. Dan ini kembali terjadi. Saat aku membuka pintu keluar, sosok Mr. Ten kembali muncul. 'Siapa dia ini sebenarnya?'.

"Hei anakku masuklah" panggil Tante itu.

"Baik, bu" ujarnya. Aku menjadi bingung.

'Ten?'

'Siapa yang dimaksudnya itu?'

'Dan kenapa dia memanggil ibu?'

#NextMeet

....

Jangan lupa buat tunggu kelanjutan cerita Meet Me ya guyz.

#Letsreadlihooly

#MeetMeC3

#Bathroom

次の章へ