"Peluang untuk apa? Melepaskan tanggung jawabmu dan bersenang-senang di atas kesulitan orang lain? Tidak mengerjakan tugas yang aku berika dan berfoya-foya?"
Merasa tertusuk dan nalurinya diobrak-abrik. Alfin tidak nampak terkejut Harry mengetahui maksud tersembunyinya.
"Aku punya alasan sendiri, Harry. Dan tolong beri dia kesempatan kali ini saja," ucap Alfin akhirnya. Masih tidak ingin menyerah karena dia meyakini apa yang dia yakini.
Harry terus bersikap tenang.
Sangat misterius. Sehingga mungkin tidak ada satu orangpun yang bisa memahami isi hatinya.
"Jika kau tidak ingin bekerja padaku. Kau tinggal bicara. Dan aku langsung mendepakmu! Sehingga perlukah kau terus melawan kehendakku?"
Alfin duduk lemas.
Alfin menatap mata kelam itu tidak percaya.
"Aku tidak ingin Aimee dipecat, Harry. Meski dia bukan sekretaris yang dapat diandalkan. Dia adalah orang yang jujur. Dan selama 4 tahun dia bekerja padaku, dia banyak membantuku." Tukas Alfin penuh percaya diri.
Harry menggaruk pelipisnya.
"Tapi, bukankah aku sudah pernah mengatakannya padamu? Kau tidak punya andil apapun untuk mempekerjakan seseorang dan memecat mereka?"
Alfin menemukan celah ketidakadilan.
"Itu dia! Bagaimana mungkin aku tidak bisa melakukan itu padahal Aimee adalah sekretaris pribadiku?! Aku tidak punya wewenang itu dan aku sama sekali tidak diberikan akses?!"
Mengangguk dengan yakin, Harry membenarkannya.
"Ya. Karena itu tercantum dalam aturan perusahaan. Dan aku sudah memeriksa kinerjanya selama ini."
Harry duduk dengan tegak. Tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok. Termasuk orang-orang di sekelilingnya. Membuat udara di sekitarnya tidak sesak.
Namun, hal itu bukan menjamin bisa memberikan kenyamanan udara yang sama dengan lawan bicaranya.
"Kau, tentu hafal apa saja kekacauan yang dia buat. Tidak termasuk dalam sekretaris berkompeten dan masuk ke perusahaan ini lalu bertahan sejauh ini. Mungkin semua itu adalah karena sebuah keberuntungan semata," terang Harry berdasarkan kacamata penilaiannya.
Sehingga Alfin sudah bisa menduga bahwa Harry telah menyelidiki Aimee lebih banyak sebelum mereka berdua bicara. Dan Alfin menggigit bibirnya dengan gelisah karena dia tidak punya statement kuat untuk membantah tuduhan negatif Harry.
"Ya... aku akui. Dia memang pengacau. Tapi kau tidak bisa melihatnya sebelah mata. Dia sudah banyak melakukan hal benar dan bekerja dengan rapi. Meski jarang,"
Alfin meringis.
Sebenarnya, apa alasan Alfin begitu ingin mempertahankan Aimee?
Dan kenapa dia sulit sekali memberikan pujian yang benar tanpa sedikit menjatuhkannya?
Apa dia berbuat sejauh ini, hanya karena kasihan dan tidak ingin orang-orangnya dipersulit?
Oh , come on!
Itu tidak mungkin 'kan Alfin?
Kau adalah orang yang paling cuek dengan urusan orang lain. Meski kau terkadang senang menggoda mereka dengan bersikap sok ikut campur padahal sebenarnya masa bodoh karena demi kesenangan sesaat.
Harry menambahkan kata-katanya.
"Dan kau tidak boleh lupa. Akulah bos di perusahaan ini dan kata-kataku adalah mutlak."
Alfin semakin menciut setiap kata-kata paten itu menyeluak.
"Ya. Kau benar. Dan fakta itu membuatku semakin kesal. Sehingga, perlukah kita bertukar tempat sebentar agar kau bisa memahami bagaimana rumit posisiku?" tawar Alfin karena spontanitas.
Menyipitkan mata dan membiarkan Alfin berangan-angan. Sebelum Harry memberikan respon lain. Alfin lebih dulu meralat ucapannya.
"Tidak. Aku rasa itu bukan ide yang baik. Malah sangat buruk dari yang terburuk! Karena aku tidak suka dengan gunungan pekerjaan yang terus bertumpuk di mejamu tapa jeda dan mengenal waktu. Tapi, tidakkah kau bisa membiarkan masalah ini mengalir dengan alami?" bujuk Alfin lagi.
Dan Harry terus diam. Sehingga Alfin terpaksa mengangkat beberapa jarinya ke atas.
"3 bulan. Setidaknya, beri dia kesempatan dan lihat bagaimana perkembangannya." Pinta Alfin serius.
Mata Harry sedikit berkilat. Mencoba mendengarkan dan mempertimbangkannya.
"Aku yakin dengan bantuan Zack dari perusahaan Empires Mad. Proyek ini akan sukses dan tidak mengalami gangguan apapun! Lalu, kemampuan Aimee terasah!"
Harry tiba-tiba berucap.
"Lusa! Suruh mereka langsung melakukan survei lapangan dan menyusun kerangka bangunan. Atur perjalanan dinas itu dan awasi!"
Alfin berwajah ceria dalam sekejap.
"Tunggu. Apa itu berarti kau akan memberikannya kesempatan?" tanya Alfin masih kurang yakin.
"Entahlah. Kita lihat nanti dan pantau. Aku akan menuntut banyak ganti rugi berlipat ganda, jika rencanamu ini gagal."
Alfin buru-buru memberikan hormat.
"Siap, Bos!" teriaknya. Tidak peduli ke arah mana hasil prediksinya. Alfin yakin hasilnya tidak akan seburuk yang dia cemaskan.
"Deal! Jangan tarik kata-katamu dan pegang janjimu! Aku yakin semuanya akan lancar karena aku akan mengawasinya dengan ketat!"
Harry menggeleng lemah.
Bukan karena dia berusaha bersikap royal dan berbeda dari sikapnya yang biasa.
Harry hanya ingin mencoba prospek baru.
Karena mungkin apa yang Alfin katakan benar. Dan Harry yakin, Alfin tidak akan mungkin menyia-nyiakan kepercayaannya.
Alfin lalu pamit. Berjalan keluar dari ruangan Harry dan bernapas lega.
"Hufh! Satu masalah selesai dengan mudah di luar ekspetasiku. Sekarang, kita hadapi masalah penting lain!"
Alfin tidak sengaja melihat keluar jendela.
Melihat dua orang sedang bercengkrama di luar. Ketika dia hendak berjalan ke arah ruangannya.
Alfin mengerutkan keningnya ketika mengenali Aimee.
"Apa yang dia lakukan di bawah sana?"
Melirik pria yang sedang bersama dengannya di luar gedung.
Alfin bergumam asal.
"Apa itu pria yang dikabarkan sedang dekat dengan Aimee?"
Mengingat kembali percakapan singkat yang tidak sengaja Alfin dengar pagi ini antara Aimee dengan rekan kerjanya.
Zack mendadak menghampirinya.
"Siapa yang sedang Anda bicarakan? Dan kenapa bicara seorang diri?" tanya Zack sembari berjalan ke arah Alfin setelah menyapa.
Alfin menoleh. Tersenyum ramah dan menyambut Zack.
"Kau masih ada di sini?" tanya Alfin.
Mengangguk pelan dan mengikuti arah pandang Alfin tadi.
Zack sedikit mengerling.
***