12 Main Musik Bersama

Orfe dan Alvo sudah tiba di sebuah tanah lapang besar tepatnya di Museum Square Belanda. Sejujurnya mata Alvo jadi fokus pada bangunan di sekelilingnya. Sedangkan Orfe memastikan dimana pria muda itu berada. Benar saja, James nampak terduduk lesu di atas rerumputan di salah satu sudut taman itu. Sebenarnya Orfe masih saja tak punya keberanian untuk bermain musik. Oleh karena itu, dia mendesak Alvo untuk mendekati dan berbicara saja dengannya agar perasaannya lebih baik. Walau enggan sebenarnya tapi Alvo menurut saja.

"Hai kau." Sapa Alvo duduk di samping James. Sebuah gitar nampak didepannya.

"Hai. Siapa kalian?" Tanya James.

"Ah. Aku Alvo dan ini Orfe. Kita memiliki sebuah magic shop disekitar sini." Ucap Alvo lagi.

"Ya lalu apa yang kalian inginkan?" Tanya James tak begitu bersemangat.

"Ah kami hanya heran saja kenapa gitar ini hanya kau pandangi saja. Gitar ini milikmu kan?" Tanya Alvo.

"Ini? Ya ini milikku." Ucap James memandang haru.

"Bagaimana kalau bermain bersama?" Tanya Orfe menunjukkan terompetnya.

"Kau juga pemusik?" Tanya James.

"Ya begitulah. Tidak terlalu jago tapi lumayan lah." Ucap Orfe dengan senyum khas nya.

Belum James memutuskan untuk ikut bermain, sebuah suara keyboard di kejauhan menggoda gendang telinga mereka. Orfe dan Alvo sepakat menoleh dan mendadak terkejut. Menatap satu sama lain dengan tatapan yang hanya dimengerti satu sama lain. Itu Vaz.

Perlahan satu per satu orang yang sedang berada di taman itu bergerak mendekat. Ingin menyaksikan penampilan pemain keyboard yang nampak misterius dan tenang itu. James pun yang semula nampak lesu menjadi lebih bersemangat. Alvo memberi isyarat pada Orfe untuk ikut bermain. Melihat sang kakak tentu saja kepercayaandirinya memuncak dan Orfe sedikit berlari dan mulai memainkan terompetnya seiring dengan permainan keyboard Vaz. Penduduk lokal semakin riuh dan bersemangat kini ada satu pria tampan lain yang pandai bermain musik ikut bergabung.

Tidak hanya orang-orang disana yang kagum dengan permainan musik keduanya, tapi juga James tentu saja. Tidak menyangka orang yang menghampirinya ternyata sejago itu bermain musik dan itu sedikit menggugah egonya. Begitu familier dengan musik yang dibawakan oleh keduanya, dengan tatapan mata Orfe meyakinkan James untuk ikut bermain. Alvo sedikit membantu dengan senyum manis dan tepukan tangannya di pundak James. Malu-malu James maju dan ikut bermain, melengkapi permainan musik yang mengalun begitu indah. Semua orang nampak gembira dan ikut bertepuk tangan. Hingga total dua lagu mereka bawakan dan semua orang pergi dengan meninggalkan uang.

Alvo sejujurnya hampir tertawa melihat ekspresi Orfe dan Vaz yang mendapat banyak uang dari permainan musik mereka. James pun terlebih lagi nampaknya begitu bahagia.

"Jadi bagaimana tadi? Cukup bagus kan?" Orfe bertanya pada James.

"Ya tentu. Perasaan bahagia melihat orang lain bahagia saat mendengarkan permainan musik dariku. Kalian juga semuanya hebat. Sangat hebat. Aku benar-benar mendapatkan semangatku kembali." Ucap James begitu senang.

"Mimpimu ada dalam kendalimu. Kalau kau ingin terus mempertahankannya maka lakukan. Kalau kau ingin berhenti dan membuangnya juga lakukan. Tapi jangan menyerah karena keadaan. Semua pasti ada jalan keluarnya." Alvo bicara.

"Permainan musikmu bagus dan kau jelas sangat berbakat." Puji Vaz yang lagi memang tak banyak bicara.

"Ah dan ini, aku dan kakakku sebenarnya bukan musisi jalanan, jadi uang ini ambillah." Ucap Orfe menyerahkan segepok uang yang mereka dapat sebelumnya.

"Ta-tapi kita main musik bersama jadi bukankah seharusnya kit-" Ucapan James terhenti.

"Tidak tidak. Ini untukmu. Musik ini murni hanya hobi bagi kami karena kami sebenarnya juga memiliki pekerjaan. Tapi kau jelas lebih membutuhkan ini daripada kami." Ucap Orfe lagi.

"Ah dan itu disana. Kalian bisa lihat museum disana kan? Tertulis mereka sedang butuh tour guide. Semoga ada seseorang yang membutuhkan pekerjaan membacanya." Ucap Vaz seakan tak mengerti.

James seketika menoleh pada poster yang Vaz tunjuk.

"Sebuah kebetulan karena aku memang sedang butuh pekerjaan. Tapi sepertinya aku tidak melihatnya tadi?" Ungkap James.

"Itu karena kau terlalu sibuk meratapi dirimu sendiri hingga lupa dengan kondisi disekelilingmu." Ucap Vaz lagi.

"Ya kalian memang benar. Aku ucapkan terima kasih sekali lagi pada kalian. Kalian memang datang di saat yang sangat tepat." Ucap James lagi dengan mata berkaca-kaca.

"Baiklah kalau begitu. Kami harus kembali bekerja." Pamit Alvo. Vaz dan Orfe hanya tersenyum saja.

Mereka memilih sedikit menjauh dan kembali duduk rerumputan yang terhalang sebuah pohon yang cukup besar. James nampak kini fokus pada poster lowongan pekerjaan yag terpasang di sisi lain taman ini. Orfe nampak bahagia menatap Vaz yang nampak letih meluruskan kakinya disana.

"Aku senang kau datang." Ucap Orfe.

"Ya itu bukan masalah besar." Ucap Vaz dengan santainya.

"Apa ini berarti kau akan mulai turun lagi ke Bumi?" Tanya Alvo.

"Ya bisa jadi bisa juga tidak. Kita lihat saja bagaimana nanti." Vaz menjawab dingin.

Alvo tahu pria itu memang memiliki gengsi yang sangat tinggi, tapi dia tahu di dalam lubuk hatinya Xander itu merasakan lagi perasaan itu. Rasa bahagia saat manusia mendengar musik yang dia mainkan. Rasa puas saat manusia meninggalkan mereka dengan senyum mengembang di wajahnya. Alvo hanya bisa menahan senyum untuk dirinya sendiri.

"Setelah sekian lama akhirnya Vaz mau turun dan bermain musik lagi. Bagaimana kalau kita merayakannya?" Tanya Orfe begitu bersemangat.

"Iya iya tentu. Apa kita membeli beberapa makanan dan menikmatinya disini? Aku suka suasananya." Ucap Alvo.

"Ya baiklah. Disana ada penjual waffle. Aku akan membeli beberapa. Dan Alvo bisakah kau belikan beberapa minuman?" Tanya Orfe yang jelas tak akan bertanya pada Vaz karena dia pasti enggan harus wira-wiri seperti itu.

"Baiklah. Aku akan membeli bir dan-" Kata-kata Alvo terhenti.

"Orange juice untukku please." Ucap Orfe.

"Ya aku tahu." Alvo tersenyum.

Mereka menikmati sore bersama. Tidak menyangka ternyata masalah James selesai lebih cepat dari yang dibayangkan. Mereka jadi memiliki sedikit waktu untuk bersantai sejenak.

"Sudah lama aku tidak main musik dan aku tidak menyangka ternyata aku bisa mendapatkan uang dengan mudah disini." Ucap Orfe meneguk orange juice nya.

"Hahaha. Itu benar. Kalian bisa pensiun dini menjadi Xander dan melakukan itu. Hidupmu akan terjamin disini." Goda Alvo.

"Asalkan tidak siang hari yang panas aku rasa ini cukup menjanjikan." Ucap Vaz akhirnya yang memang tidak menyukai matahari yang terik.

"Hahaha. Kau ini kan Xander bukan vampire. Tapi kenapa kau sangat membenci matahari? Sinarnya bagus untuk kulitmu agar tidak sepucat pangsit rebus." Goda Alvo lagi disambut tawa Orfe.

"Teruskan! Teruskan saja menggodaku." Ucap Vaz nampak cuek.

avataravatar
次の章へ