Gadis itu pun membukakan pintu. Ada seorang lelaki renta yang berdiri di depannya. Ia pun bertanya kepada Alma, "Permisi, Bapak Lazuardinya ada di rumah?"
"Bapak siapa, ya?"
Alma melihat ke arah lelaki yang ada di depannya ini. Lelaki itu cukup renta, berkisar usia memasuki enam puluh tahunan. Ia juga kurus. Rasanya tidak enak hati kalau Alma sampai memarahinya.
"Saya mencari Bapak Lazuardi. Katanya hari ini tamannya mau dibersihkan?"
"Oh? Oh, iya ... Sebentar ya, Pak. Saya telepon Mas Lazuardi dulu."
"Baik, Bu."
Lelaki tersebut tersenyum ramah. Ia pun menunggu di depan sementara Alma menelpon Mas Lazuardi. Ia ketar-ketir menantikan jawaban panggilan dari suaminya. Pada dering kelima, Mas Lazuardi pun mengangkat telepon.
"Iya, Dik? Ada apa?"
"Ah, akhirnya Mas menjawab juga. Mas Lazuardi, ini ada tukang bersih kebun."
"Oh, iya... Mas lupa mengabari kepadamu. Bapak Anton datang setiap bulan sekali. Biarkan masuk saja, Dik."
Alma mengiyakan, ia mengizinkan Bapak Anton untuk masuk ke dalam.
Dari sanalah, timbul beberapa perbincangan antara Alma dan Bapak Anton. Mereka saling berkenalan satu sama lain, mengetahui tempat tinggal Bapak Anton, dan juga kehidupan rumah tangga lelaki itu.
Ternyata, anaknya adalah seorang mahasiswi di universitas bereputasi baik di Indonesia. Puterinya cukup cerdas sehingga ia mendapatkan beasiswa dari salah satu perusahaan. Terlihat jelas kebanggaan yang tersirat dari wajah Bapak Anton ketika membicarakan anaknya itu.
"Dia semester berapa, Pak?"
"Ah, Andin? Dia semester sembilan. Katanya sebentar lagi sidang."
Semester sembilan ..? Alma pun mulai menghitung ... Kira-kira anaknya Bapak Anton ini seumuran dengannya?
Wah wah wah ... Alma menggelengkan kepalanya. Bedanya, dia masih menekuri dunia kampus, sementara Alma sudah berkutat di dunia rumah tangga. Takdir seseorang memang berbeda-beda.
Bapak Anton membuka topik baru saat Alma hendak bangkit dari duduknya. Ia mengucapkan, "Bapak Lazuardi itu hampir tidak pernah ada di rumah, ya, Bu. Sibuk sekali."
Pembicaraan ini! Telinga Alma seketika menjadi menebal! Kenapa dari tadi dia tidak terpikir untuk menanyakan tentang Mas Lazuardi kepada Bapak Anton?
Kan bisa saja Bapak Anton ini tahu seluk beluk Mas Lazuardi, apalagi sepertinya Bapak Anton ini sudah lama bekerja dengan Mas Lazuardi!
Sebuah pemikiran muncul di dalam otak Alma. Gadis itu akan menginterogasi Bapak Anton, menguras seluruh informasi yang diketahui pria ini tentang Mas Lazuardi!!
Alma pun berbasa-basi, "Iya, dia memang lebih sering di kantor."
"Saya malah belum pernah lihat kantornya, Bu. Kantornya di mana? Katanya di Jakarta Pusat?"
Walah dalah ...
Hancur sudah harapan Alma. Alma mengira kalau dia akan mendapatkan informasi penting mengenai pekerjaan atau apa pun tentang Mas Lazuardi.
Ternyata, Bapak Anton juga tidak tahu.
Keantusiasan Alma menghilang sepenuhnya. Perempuan itu bersandar, serasa menyerah untuk mencari kebenaran. "Kantornya ? Ya ... Di Jakarta Pusat."
"Oalah, kalau dulu Bapak Lazuardi sering balik sampai malam. Saya kadang juga harus buka tutup pintu ini sendiri. Sekarang, Bapak Lazuardi sudah punya istri cantik seperti Ibu, mana mungkin bisa betah ada di luar rumah lama-lama."
Alma hanya cengengesan saja di luarnya. Walau pun di dalam hatinya ... Juga ikut bertanya-tanya. 'Di kantor sampai pagi? Apa apaan ini?'
Terus terang Alma tidak mengerti. Rasanya ... Sudah cukup lama Alma diam saja selama ini. Sudah saatnya Alma harus mencari tahu sendiri.
Sebab, kalau dia tidak mencari tahu sendiri, Mas Lazuardi tidak akan memberitahukan kepadanya.
'Baiklah kalau begitu, Mas Lazuardi ... Mas sendiri yang merahasiakan semuanya dariku. Maka dari itu, aku tidak akan tinggal diam. Aku akan mencari tahu sendiri tentang Mas.'
Alma pun merencakan.
Pertama, dia harus tahu pekerjaan Mas Lazuardi dulu. Itu yang paling penting. Barulah nanti ... Dia mengungkapkan alasan ... Kenapa Mas Lazuardi tidak pernah menyentuhnya. Sebuah tanda tanya besar yang mencelat di otaknya.
Saat otak Alma memikirkan rencananya, ponselnya itu berdering dengan keras.
Alma segera berpamitan santun kepada Bapak Anton, penghormatan kepada seseorang yang lebih tua. Lalu ia masuk ke dalam kamar, mengambil ponselnya.
Ia melihat nomor yang ada di sana. Nomor asing. Tidak ada di daftar kontaknya.
Perempuan itu mengernyit bingung, 'Siapa, ya?'
Karena penasaran, Alma pun mengangkat telepon tersebut. Terdengarlah di ujung sana... Suara seorang lelaki.
Ternyata lelaki itu adalah ...
* * *