webnovel

Ketika Cinta Bertahta

Jangan panggil namaku Kaira Larasati kalau aku tidak bisa membuatmu tunduk. Dan jangan panggil namaku Arka Nata witantra jika hal itu sampai terjadi. Dunia ini adalah panggung sandiwara dimana semuanya tersusun rapi. Adegan-adegan yang ada juga bukan tampak seperti sebuah kebetulan melainkan sudah diatur sebelumnya. Ini adalah kisah dimana cinta dan egois berada dalam satu fase, hidup damai Arka mulai terusik saat menemui Kaira waktu itu hingga membuat dirinya susah untuk tidur dengan nyenyak di hari-hari berikutnya. Mampukah Arka melewati setiap harinya bagaikan di dalam neraka itu? Lalu mampukah waktu mengubah semuanya menjadi satu cerita cinta romantis yang di impikan semua orang? Baca kisah mereka untuk mengetahui jawabannya.

pena_baper · 若者
レビュー数が足りません
260 Chs

Kembalinya Dewa

"Apa ada masalah?" Tanya Kaira memecahkan keheningan di meja makan.

Galih terdiam mendengar pertanyaan Kaira. Di tatapnya wanita tanpa makeup itu yang sangat kentara sekali wajah cantiknya.

"Dewa kembali Kai." Ucap Galih yang langsung membuat Kaira menegang di tempatnya.

Sup ayam yang baru saja masuk ke dalam mulutnya entah kenapa terasa begitu hambar rasanya. Kaira seperti ingin memuntahkan semua isi di dalam mulutnya itu tapi mulutnya seperti Engan untuk terbuka dan engan juga untuk menelan makanan itu agar masuk ke dalam perut.

Galih menyadari itu langsung melepaskan sendok dan garpu nya ke dalam piring. Di tatapnya wajah Kaira yang tanpa ekspresi dengan tatapan kosong ke depan.

"Kai?" Panggil Galih yang tak mendapatkan respon apapun dari Kaira.

"Kaira." Panggil Galih lagi dengan suara sedikit meninggi dari sebelumnya dan itu sukses membuat Kaira tersentak dari lamunannya itu yang entah apa menganggu pikiran nya saat ini.

Kaira mengunyah makanan yang ada dalam mulutnya dengan begitu tenang, "Kapan rencana ia akan menemui ku?" Tanya Kaira masih dengan ekspresi datarnya itu.

Galih menarik napasnya perlahan, "Entah apa yang ada di pikiran kamu saat ini, tapi yang jelas tolong pikirkan semuanya terlebih dahulu Kei. Sudah saat nya kamu dewasa, ini bukan lagi waktunya untuk bermain-main."

Tak ada jawaban, Kaira kembali memasukkan sup ayam ke dalam mulutnya walaupun sebenarnya sup itu sudah tidak memiliki rasa lagi di mulutnya.

"Jadi kamu sudah tidak ingin lagi berada di samping ku hm?" Tanya Kaira dengan begitu serius nya.

"Bukan tak ingin berada di samping kamu lagi sayang, tapi sudah saatnya kamu beranjak dari zona nyaman kamu ini. Jika kamu seperti ini terus mau sampai kapan hm? Sampai kapan waktu kamu habis hanya untuk hal-hal tak berfaedah seperti yang kamu lakukan sekarang?"

"Kamu akan mengerti jika kamu berada di posisi ku saat ini Gal. Semuanya tak semudah apa yang kamu katakan itu."

"Sayang, kamu belum mencoba nya. Jika kamu ingin sedikit aja mencoba akan aku pasti kan semua ini akan mudah di jalankan."

"Stop baby! Aku capek." Ucap Kaira

Setiap kali membahas ini pasti akan berakhir seperti saat ini. Entahlah Galih juga tidak tahu bagaimana harus menyadarkan Kaira.

"Kai dengar dulu dong."

"A-k-u c-a-p-e-k!!"

Hening di meja makan saat Kaira mengatakan itu, tak ada bersuara hanya tatapan mata yang berbicara. Mungkin ada kata yang tak harus di ucapkan lewat kata melainkan lewat mata. Ada sesuatu yabg tak bisa di mengerti oleh otak namun bisa di pahami oleh hati. Begitulah keduanya akan selalu berakhir dari setiap kali perdebatan yang melanda.

Setelah beberapa menit hening tiba-tiba saja Kaira menjatuhkan air matanya, dan itu sukses membuat Galih berpindah ke tempat Kaira untuk memeluk gadis itu.

"Sorry sayang kalau aku keterlaluan." Ucap Galih setelah membawa Kaira dalam pelukannya.

"Tidak Gal, aku yang salah. Maaf." Ucap Kaira dalam pelukan Galih.

Galih menguraikan pelukan nya dan kemudian menatap Kaira yang sedang berurai air mata, "Please jangan pernah jatuhkan air mata seperti ini lagi." Ucap Galih sambil mengecup air mata yang mengalir di pipi Kaira.

Kaira mengangguk dan kemudian kembali memeluk Galih dnegan sangat erat sebelum berdiri untuk meninggalkan meja makan.

"Kamu tidur disini atau pulang baby?" Tanya Kaira saat sudah sampai di tempat tidurnya.

"Bagusnya gimana? Pulang atau menginap?" Tanya Galih sambil mengemas sisa makanan mereka yang masih berada di atas meja makan.

"Terserah kamu sih, tapi ya gini. Kasur ku tidak seempuk kasir di apartemen mu." Jawab Kaira sambil terkekeh.

"Oh ya? Bahkan aku selalu lupa bagaimana definisi kasur empuk saat sudah berbaring di sebelah mu sayang." Jawab Galih sambil tersenyum.

"Baiklah jika seperti itu, semoga tidur mu nyenyak ya. Selamat malam kesayangan." Ucap Kaira dan kemudian menarik selimut lalu tidur.

Sedangkan Galih ia langsung mengemas semua sisa makan mereka tadi. Di biarkan nya Kaira tertidur pulas disana dan tak ingin menganggu nya. Biasanya melihat Kaira tidur itu adalah sebuah kesalahan bagi Galih dan ia akan selalu mempunyai ide agar wanita itu terbangun dan melayani dirinya.

Tapi saat ini, ia membiarkan wanita itu tidur sambil berharap tidurnya akan tenang dan mampu melupakan perkataan nya tadi.

**

Dewa keluar dari bandara dan melihat sebuah mobil hitam yang telah menunggunya. Tanpa banyak bicara ia langsung masuk ke dalam mobil saat seorang supir membuka kan pintu untuk dirinya.

Sepanjang perjalanan ia tak ada sedikitpun mengeluarkan kata-kata. Di pandangi nya kota yang sudah bertahun-tahun lamanya ia tinggalkan. Banyak sekali perubahan yang ia tangkap dari pandangan matanya melihat kota kelahirannya itu.

Wajah kedua orang tua nya menari-nari di matanya menyambut kepulangan dirinya setelah beberapa tahun menyibukkan diri di Paris.

"Aku kembali juga akhirnya setelah sekian lama. Meskipun kota ini sudah banyak perubahannya ku harap itu habya kota bukan kenangan dan dirinya." Ucap Dewa sambil mengembangkan sebuah senyum.

Hampir satu jam perjalanan, kini mobil yang membawa Dewa itu berhenti di sebuah rumah megah berwarna putih. Pintu pagar berwarna coklat tua itu turut terbuka saat mobil mengeluarkan suara klakson.

Satpam yang menjaga memberikan hormat saat mobil itu masuk. Ia tahu dan sungguh tahu siapa yang datang itu karena sudah mendapatkan informasi itu sejak tadi pagi.

Supir itu membuka kan pintu untuk Dewa agar laki-laki berparas tampan itu dengan hidung mancung, bibir tipis dan rahang yang sedikit mengeras itu seperti memberikan kesan betapa gagahnya dirinya.

Di berikan nama Dewa karena mungkin memiliki ketampanan seperti sang Dewa yang tak ada bandingannya.

"Welcome sayang." Ucap seorang wanita paruh baya yang kira-kira sudah berumur kepala empat puluh lebih itu dengan senyuman namun masih terlihat sangat cantin dan seksi.

"Thanks mama." Jawab Dewa sambil memeluk wanita yang sedikit lebih rendah darinya namun inilah wanita pertama yang paling ia sayangi selain Kaira.

"Akhirnya anak papa pulang juga setelah cukup lama berada di negeri seberang. Bagaimana? Sudah siap?" Tanya sang papa yang kurang lebih begitu mirip dengan Dewa

Anak san papa begitu menggoda dan tak ada bedanya jika di sandingkan berdua. Sama-sama membuat kaum hawa meleleh melihat nya.

"Apaan sih Pa, anak baru pulang juga sudah di kasi pertanyaan yang berat-berat aja. Ayo sayang masuk mama sudah menyiapkan makanan kesukaan kamu loh. Nggak usah dengerin papa itu. Mari di isi dulu perutnya agar cacing nya nggak pada ribut didalam perut sana."

Dewa tersenyum mendengar ucapan dari sang mama. Mama nya sejak dulu hingga sekarang tidak pernah berubah sedikitpun. Bahkan kasih sayang nya juga masih sama dan itu yang membuat Dewa kembali setelah sekian lama. Ia sangat merindukan mamanya dan yang pasti bukan tanpa alasan ia kembali.

Selain karena rindu ia juga kembali dengan satu misi dan juga Kaira Larasati. Iya, wanita itu yang sedang menjadi fokus nya saat ini.