webnovel

1. Dia Mati

Yuan Mei termangu dalam keheningan, wajahnya yang seputih kertas menunduk dalam, menelisik setiap tulisan pada buku yang sedang dibaca. Sejak datang dan menjadi siswi jenius di sekolah tinggi Kerajaan Langit, Yuan Mei memang sangat ingin membaca buku tentang dunia pararel. Sayangnya untuk bisa mendapatkan akses, Yuan Mei harus memiliki kedudukan sebesar profesor. Dan itulah yang memotivasi gadis itu untuk selalu berkembang. Diusia belia Yuan Mei sudah menyabet gelar bergengsi dalam dunia sihir. Walhasil untuk meraih kedudukan setara profesor hanya membutuhkan waktu 1 tahun lamanya.

Sejak saat itu Yuan Mei lebih sering berdiam di ruang arsip. Membaca seluruh buku usang berisi cerita dunia pararel. Sudah sebulan lebih Yuan Mei meneliti buku yang menjadi atensinya, namun ia tidak menemukan apapun selain fakta bahwa dunia terbagi menjadi dua: Langit dan Bumi. Selebihnya hanya buku novel jadul bertema kerajaan. Yuan Mei tidak menyerah, berusaha mengorek, barangkali ada sebuah petunjuk. Lalu dia tidak menemukan apapun selain cerita klasik perang saudara di Bumi.

Yuan Mei memghela nafas, bibir ranumnya mengatup erat. Saat membuka halaman terakhir, Yuan Mei melihat lingkaran kecil berlogo burung cantik phoenix tapi dia tidak peduli.

"Aku menghabiskan waktu hanya untuk menemui jalan buntu. Sangat tidak sepadan."

Yuan Mei memangku dagu, posturnya yang langsing dengan rambut hitam tergerai membuat siapapun bisa jatuh hati sekaligus iri. Otaknya tidak bisa dibilang biasa, ia mampu menangkap semua pelajaran tanpa hambatan. Bahkan merapalkan mantra beberapa kali lebih cepat dari profesor agung. Yuan Mei disegani. Namun bagaimanapun ia masihlah gadia berusia 17 yang naif.

Jemari tangan kanan Yuan Mei menyapu bagian belakang buku, merasakan setiap tulisan timbul dari balik cover belakang yang berbunyi : "Darah adalah bayaran untuk para petualang". Ia tidak sadar bahwa seseorang telah menyelinap masuk ke ruang arsip.

"Adik Yuan Mei, kau masih di sini?" Suara lembut seorang wanita menyapu pendengaran Yuan Mei, ia menoleh dan menemukan guru besar Ji Xou berdiri sembari mengenggam erat kipasnya. Yuan Mei tersenyum formal. Ji Xou bukan wanita yang Yuan Mei sukai, ia tahu betul bahwa Ji Xou membencinya.

"Selamat siang, Guru. Bukankah guru besar dilarang memasuki area arsip? Ini sangat mengejutkan---" belum sempat menyelesaikan ucapannya Yuan Mei dibuat terkejut oleh benda perak yang menembus dadanya. Tepat ketika ia menoleh ke belakang, seringaian seseorang menyambutnya. Yuan Mei terperangah dalam kesakitan. Pedang ini sudah diberi racun dan lukanya tidak bisa disembuhkan dengan sihir biasa.

Yuan Mei terjatuh, tangannya tak sengaja membawa buku usang sehingga mereka terjatuh bersama. Mata cantik Yuan Mei berlinang tatkala menatap wajah sang pembunuh. Darah terus mengalir, membasahi pakaian, lantai, bahkan buku yang selalu disukai Yuan Mei meski penuh kesia-siaan.

"Kalian me--mang---"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, sebuah cahaya menguar dari bagian lingkaran yang terkena darah Yuan Mei. Gadis itu berkata lirih sambil bergumam.

"Dasar buku bodoh. Aku su-sudah tidak bisa meraplkan mantra."

"Adik Yuan Mei. Semoga beristirahat dengan tenang." Pembunuh itu menancapkan pedangnya pada perut Yuan Mei. Mata Yuan Mei semakin menggelap, ia sudah tidak kuasa.

Sialan! Apakah dia harus mati tanpa bisa melakukan apapun?!

次の章へ