Thinking Before Sharing

Kabar burung dapat meruntuhkan sebuah kekerajaan! Begitu kata orang-orang. Seperti sekarang ini, bapaknya Marwa mendengar kabar burung dari salah seorang sahabatnya Marwa waktu di Awamaalia dulu.

Namanya Ratna, sukanya bawa berita. Tidak mau tahu berita apa pun itu, kebenarannya jelas atau tidak jelas sama sekali pasti ia sampaikan. Seseorang telah mengirim pesan padanya di inbox wahtsapp kemudian ia sebarkan ke dalam group whatsapp angkatan ketiga sebagai alumnus di Awamaalia University.

Dulu setelah acara wisuda usai, Ratna segera mengambil tindakan kreatif bertujuan agar tetap melahirkan hari-hari romantis lewat group whatsapp. Saling sapa, bertanya kabar, bercanda ria, sebagainya dan sebagainya. Jadilah group itu dengan nama group, "Kau Akan Kurindu". Semua teman alumnus angkatan ketiga sudah masuk group, baik putra maupun putri. "Kuliah boleh saja kita beda gedung, namun kita selalu bersatu di dalam sebuah komunitas" begitu pesan pertama yang Ratna kirim di dalam group.

Teman-teman segera saja mengirimkan stiker jempol, dua tanda hati di mata, senyum, ketawa dan stiker tangan dikepal. Kalau melihat secara sekilas, maka tangan yang dikepal itu seakan hendak memukul Ratna, namun itu adalah bukti gemas terhadap tindakan Ratna yang otaknya ada-ada saja dan kadang-kadang saja ada. "Betul Sekali Ratna!" balas sebagian teman menyemangatinya. Sepertinya halnya hukum alam, tidak semua orang bahagia, dan tidak semua yang di dalam group WhatsApp itu mempunyai dambaan hati, sang pujaan hati, kekasih semati. Ada saja yang jomblo tentunya. Namanya Retno, lelaki yang cukup ganteng di angkatan mereka.

Ganteng sih ia, tetapi sampai sekarang sudah jadi alumnus, belum pernah ada yang menakjubkan di hatinya, belum pernah ada yang mengetuk hatinya, ia pun demikian belum pernah mencoba mengetuk hati orang lain. Ketika ada teman angkatannya mencoba ingin mendekatinya, ia setengah berlari menghindar, menjauh-sejauhnya.

Ia lelaki yang pemalu, tidak berani berdekatan dengan perempuan. Ketika hendak melewati perempuan yang sedang nongkrong di kantin kampus saja pun ia menutupi wajahnya dengan buku tulis. Pernah dilempar oleh Ratna dengan pisang goreng ke wajahnya karena ia menutupi wajahnya ketika lewat di depan Ratna. "Rento, please deh, kamu itu tidak ganteng keuless!", biasanya Retno hanya diam, dia tidak pernah berani membalas.

Ratna salah menyangka terhadapnya, dia bukanlah orang yang sombong. Itu adalah murni sifatnya sejak lahir, pemalu dengan lawan jenis. Lama-lama Ratna mengerti akan hal itu. Mulailah Ratna sedikit kagum dan coba untuk sering mendekatinya dan mengganggunya lewat pesan whatsapp. Kalau dipandang dari segi apa pun, Retno dan Ratna sungguhlah cocok, tampan dan cantik. Namun hanya Ratna yang mau dekat dengan Retno. Teman perempuan yang lain? No! Tidak sama sekali.

Sering Retno mengeluarkan diri dari group WhatsApp 'Kau Akan Kurindu' itu. Begitu Retno mengeluarkan diri, Ratna sebagai admin group segera tanggap untuk memasukkannya kembali, kemudian Ratna tidak pernah lupa untuk memberikan kata-kata pedasnya pada Retno, "Retno, nggak usah sok jual mahal!, kau kira kau itu ganteng ha?!", biasanya teman-teman hanya mengirim stiker yang ketawa sambil menangis itu.

"Sepertinya kalian bakalan jodoh deh!" kata teman-teman mengompori.

"Jangan harap Retno, jangan harap!" balas Ratna segera dengan disisipkannya stiker cemberut dan stiker yang mengeluarkan lidah itu. Seperti biasa, Retno tidak pernah membalas. Tetapi kali ini sudah sepuluh kali ia mengeluarkan diri dan tidak pernah berhasil, ia pun membalas.

"Terkadang, yang enggak penting pun kalian kirim ke group, bikin kepalaku pening dan ribut handphone-ku saja!"

"Eh, Retno, kalau tidak ada group ini, handphone-mu sepi deng! Nggak usah sok punya inbox banyak sehingga merasa ribut di handphone-mu tu!" balas Ratna tanpa ampun!

"Bikin cepat habis paketanku saja! Kau tau itu, Ratna!?" balas Retno lagi.

"Eh, Retno, dulu kau ingat nggak? Kau pernah kubayari utangmu di Perpus karena kau terlambat mengembalikan buku. Utangmu sebesar harga paketan sebulan! Kapan mau kau ganti ha?!" suasana makin tegang. Dulu memang pernah dibayarkan Ratna memakai duitnya Ratna sendiri. Ratna penanggung jawab perpus di gedung Al-Jannatu Tahta Adqdaamil Ummahat. Retno tidak membawa duit ketika itu, Ratna pun memakai duitnya karena teman seangkatan.

"Ayo! Hari ini kita ketemuan. Akan aku bayarkan sekarang!" kata Retno memasang stiker senyum.

"Cie-cie, ehem-ehem, ketemuan nie yee!" balas teman-teman bertubi-tubi dengan meng-copy-paste.

*****

"Assalamu'alaikum…

Innalillahi wainna ilaihi Raji'un…

Telah berpulang ke rahmatullah, teman kita, sahabat kita, satu hati, satu perjuangan, Marawa Binti Zamzuri dua minggu yang lalu. Al-fatihah buat Marwa." Kirim Ratna ke dalam group whatsapp 'Kau Akan Kurindu'.

Semua geger! Teman-teman percaya tidak percaya dengan berita yang disampaikan Ratna. Karena bukan sekali dua kali ia membawa berita palsu yang ia dapatkan dari orang lain di sosmed. Dulu ketika masih di semester tujuh, Ratna membawa berita burung. Gara-gara beritanya hari itu, hampir saja gedung kampus roboh. Katanya, "Hai, teman-teman semuanya, kata Pak Rektor lusa kita ujian!", ketika itu semua mata terbelalak menatap Ratna.

Memandangnya lama, mereka membuka mulut menganga, kemudian terduduk seakan tulang-tulang mereka rapuh, ruh mereka seakan diambil malaikat maut. Kemudian salah seorang menanyakan kebenarannya, "Kau dapat berita dari mana, Ratna?"

"Kubaca di halaman facebook kampus."

"Halaman yang mana? Resmi atau atau yang bajakan?"

"Emang halaman facebook kampus kita ada berapa?"

"Lebih dari dua, Ratna. Di antaranya: Awamaalia University, ini yang resmi dan yang bajakan: Awamalia University. Huruf 'a' kecil pada kata 'malia'nya cuma satu!"

"Berarti aku membaca yang bajakan, ihh kurang kerjaan bnaget itu orang yang nge-share!"

"Yang kurang kerjaan itu kamu, Ratna! Seharusnya kamu teliti dulu, jangan sembarang sebarkan saja. Kan sudah dijelaskan di dalam Al-Quran surah Al-Hujurat ayat enam, agar kita meneliti keberannya dahulu. Bukan sekadar share dan share saja. Apalagi belum sempat membacanya sama sekali lalu di-share begitu saja. Ya kalau itu memang benar, kalau berita itu tidak benar?

Bukankah kita telah menyebarkan berita yang buruk pada saudara kita? Bukankah itu merugikan dan melukai saudara kita sendiri? Thinking before sharing, Ratna!" Ratna merasa bersalah, ia diam seketika. Kemudian ia minta maaf kepada teman-temannya yang sedang sekarat dibuatnya. Setelah ia minta maaf, puluhan cubit menghampiranya.

"Lain kali, kalau dapat berita jangan kau sebarkan ke aku kalau kau masih ragu akan kebenarannya!" kata salah satu temannya sambil mencubit pipinya.

****

Apa boleh dikata, berita yang ada di dalam group yang diberitakan Ratna bahwa Marwa telah meninggal sudah tersebar kemana-mana, hingga sampai di telinganya ayah Marwa melalui rektor kampus yang langsung datang ke rumah Marwa dan berbicara face to face dengan bapaknya Marwa.

Ayahnya menangis sendu, ibunya menangis setengah meratapi, rektor kampus pun ikut melepaskan air matanya. Salah satu alumninya yang cantik dan shalihah itu telah tiada. Namun, di manakah jasad Marwa? Siapakah yang memandikannya dan menguburnya?, benarkah berita yang di telinga ayahnya?, hanya waktu yang akan menjawabnya.

***