webnovel

JAVAS AND OCEAN

Ocean Cakrawala selalu merasa ada yang salah dengan dirinya, selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Padahal dalam hidup, Ocean tidak pernah kurang apapun. Hidup serba berkecukupan, karir yang cemerlang, anak tunggal dari orang tua yang memiliki usaha batu bara dan lagi ia memiliki kekasih teramat cantik yang bernama Qanshana Maheswari. Lantas apa yang kurang? Apalagi yang ia cari untuk melengkapi kegundahan hatinya? Sampai suatu saat ia bertemu dengan seorang pemahat kayu bernama Javas Deniswara. Pria bermata biru menyenangkan nan seksi itu mampu membuat apa yang dicarinya selama ini akan segera terwujud. "Surai indah yang selalu menutupi dahi mu membuatku gemas. Ingin sekali aku menyisirinya setiap hari. Tapi, kau selalu tampan jika seperti itu, Vas." _Ocean_ ... Kita bisa saling sapa lewat _ IG : busa_lin :) *** Salam Busa Lin

Busa_Lin · 都市
レビュー数が足りません
273 Chs

Ocean Iri

Happy Reading

***

Hish! Kenapa mereka harus muncul? Hanya mereka berdualah yang tahu tentang kehidupan kelam Maya sebelum dia mempersuntingnya.

"Sial! Belum cukupkah uang yang kuberikan setiap tahun pada mereka?" geram Mahad dalam hati, tidak habis pikir. "Ini kota yang luas, tidak mungkin mereka bisa menemukan putraku dengan begitu mudah dan lagi tidak mungkin ini hanya unsur ketidaksengajaan. Sial!!" umpat Mahad.

Sekilas ia melihat meja ukir kayu di ruang keluarga yang menjadi ikonik istana ini. "Bunga Seroja dan Bunga Lily," Mahad menghembuskan napas, "Lumpur sekotor apapun kau akan tetap indah, Maya. Seburuk apapun masa lalumu, tidak akan menyurutkan cintaku padamu. Selamanya, kau akan tetap anggun dan Menawan, Maya. Kau istriku!"

...

Dibalik dinding kaca, menghadap taman yang berada di area samping kamarnya, Mahad memijat pelipisnya dengan gelisah. Menatap nanar hamparan tanaman bakung yang belum berbunga karena ini belum bulannya mereka untuk berbunga.

"Tuanku, ada apa?" Maya memeluk Mahad dari belakang. Menempelkan pipinya pada punggung suaminya yang walau sudah memasuki usia setengah abad namun rasanya masih terasa keras dan kokoh karena suaminya hingga detik ini masih rajin berolahraga.

Maya sangat menikmati debaran jantung suaminya yang mengalun berirama seperti musik klasik. Sangat menyenangkan dan meneduhkan namun dibalik ketenangan suaminya yang terlihat, dia paham betul apa yang sedang dikhawatirkan suaminya ini.

"Tuan, kenapa diam?" ucap Maya meraba halus dada bidang suaminya dari belakang dan meletakkan dagu di bahu suaminya.

Tanpa sengaja mata mereka bertumbuk satu sama lain. Mahad bisa melihat getar tatapan Maya dari bayangan kaca ini, begitupun sebaliknya dengan Maya.

Hening…

Mereka berkutat dengan pikiran masing-masing. Merasakan detak jantung yang beradu satu lain.

Maya mengecup sudut bahu Mahad dengan penuh rasa cinta. Dia berpikir keras tentang nasib putranya kelak. "Ocean, putraku. Bagaimana jika putra semata wayangnya sampai tahu tentang masa lalunya?" Batin Maya semakin erat mendekap tubuh suaminya.

Ocean selalu membanggakan dirinya di depan teman-temannya, Ocean selalu memujinya sebagai Mama yang terbaik dan tercantik di dunia ini. Bahkan kekasih anaknya itu juga sangat menyayangi dan menghormatinya sebagai seorang wanita terhormat. Bagaimana jika semua ini terbongkar? Dan sungguh dia tidak pernah membayangkan bisa hidup setenang dan senyaman ini jika Mahad-suaminya tidak menariknya dari lembah gelap yang menjijikan itu. Bagaimana nasib reputasi suaminya yang sudah dibangun dengan susah payah?

"Tuanku. Saya sudah sering mengingatkan pada tuan jika Tuan ingin…"

"Aku suamimu!" potong Mahad mendengus kesal, dia tahu apa yang akan dikatakan istrinya itu. Sudah berjuta-juta kali Mahad mengatakan hal yang sama jika sedikit pun dia tidak akan melepaskan Maya apapun yang terjadi. Janji tetaplah janji!

"Tapi Yasa dan Sari, saya yakin punya maksud tertentu. Sebelum hal buruk terjadi lebih baik…"

"Sudahlah," Mahad melepas tangan Maya, memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan Maya. "Jangan terlalu formal padaku."

"Tapi, tuan?"

"Panggil aku apa saja, asalkan jangan itu. Bukankah aku sudah melarangmu memanggilku Tuan. Kau ingin membuat jarak denganku lagi? Seperti 26 tahun yang lalu, hem?" Mahad dengan gemas mengecup bibir istrinya.

"Tidak, Pah. Bu-bukan seperti itu, Pah." Maya tersenyum malu-malu dan sangat gemas melihat kelakuan Mahad yang selalu kesal saat ia memanggilnya dengan 'Tuan'.

"Sampai kapan pun borok akan tetap ada bekasnya walau sudah dipoles dengan bedak sekalipun, Pah." Lanjut Maya dengan suara bergetar. "Aku hanya…"

"Sstt, jika kau ingin membahas masa yang sudah lewat setelah sekian tahun lamanya sedangkan hidup kita baik-baik saja lebih baik kau keluar dari kamar ini." Mahad mengusir Maya hanya untuk meledeknya.

"Eh, tuanku mengusir saya?" tanya Maya membulatkan matanya berpura bersedih, memberikan tatapan memelasnya pada pria yang selamanya akan menjadi Tuan yang dicintainya ini.

"Yah!"

"Yakin?" Maya mengerling manja pada suaminya.

"Yahh!"

"Ok! Setelah saya berdandan, saya akan keluar dari kamar tuan," ucap Maya sembari mendaratkan bibirnya ke bibir suaminya, mengulumnya dengan penuh kelembutan. Jemarinya dengan nakal memainkan kancing kemeja suaminya.

"Cih! Dasar wanita tua genit!" dengus Mahad, tersenyum kecil mendapat perlakuan nakal istrinya.

"Tua-tua seperti ini tapi tuanku masih bergairah akan diri saya," ucap Maya menggoda suaminya, mendorong Mahad hingga terduduk di sofa. Lantas Maya duduk dipangkuannya. Mengerling penuh sensualitas untuk membangkitkan gairah suaminya yang selalu prima ini.

"Astaga, jangan menggodaku dengan tatapan itu," ucap Mahad melepas kancing blouse berwarna biru laut yang dikenakan Maya. "Ini tatapan Ocean saat anak nakal itu meminta dibelikan ice cream."

"Hahaha, Papa juga seperti Ocean jika sedang merajuk," ucap Maya memejamkan mata. Mendesahkan napas dengan amat berat.

Terbakar gairah penuh gelora saat suaminya mulai mengecup lehernya, turun hingga ke dadanya, merasakan sensasi geli dan nikmat saat rambut tipis yang membingkai wajah suaminya menggesek kulitnya yang terlalu sensitif ini.

Sejenak, Maya tidak ingin suaminya memikirkan apapun tentang dirinya soal masa lalunya. Selama 25 tahun ini hidup mereka selalu tenang, nyaman dan tidak pernah mendapat gangguan sedikitpun namun karena dirinya lagi-lagi suaminya mendadak terusik dan gelisah dengan kehadiran Yasa dan Sari yang belum diketahui alasan mengapa pasangan suami istri itu berada dikota ini.

...

"Astaga!" Ocean melipatkan kedua tangannya, mendengar desahan halus yang dikeluarkan Mamanya.

Ocean melangkah kakinya memasuki lebih dalam kamar orang tuanya yang tampak luas dan mewah ini. Ocean tidak mengintip hanya saja pintu kamar mereka terbuka dengan sangat lebar. Alhasil, tanpa mengetuk atau pun permisi dia bisa masuk kedalam kamar orang tuanya dengan leluasa.

Pikirnya sebelum masuk kedalam, Mama dan Papanya sedang bersiap-bersiap, memilih pakaian dan bersolek diri karena dia pun sejak tadi sudah siap menunggu orang tuanya dengan pakaian kasual yang dikenakannya.

"Hem," Ocean menghela napas, dia bersandar pada dinding, melipatkan kedua tangannya. "Selalu," gemas Ocean menggelengkan kepala, melihat kelakuan Papa dan Mamanya yang selalu mesra seperti ini. "Mereka berdua sudah berumur!"

Ocean mendengus iri melihat kehidupan penuh cinta yang tersaji di depan matanya. Saat ini Papanya sudah berumur 52 tahun sedangkan Mamanya kini sudah menginjak usia 48 tahun. Tapi, lihatlah kemesraan mereka berdua tidak kalah dengan para remaja yang baru mengenal cinta. Selalu menggebu dan penuh gairah.

"Ehemmm!!" seru Ocean dengan tidak tahu malunya menegur orang tuanya yang sedang bercumbu mesra. Menautkan bibir satu sama lain dengan begitu menggebu.

"Astaga! OCEAN!!" seru mereka berdua bersamaan. Dengan salah tingkah Maya turun dari pangkuan suaminya, mengancing blouse yang sudah terbuka semua. Untung saja suaminya tadi tidak melepas blouse yang digunakan. Hanya saja bra-nya, menyusahkan dirinya, mengaitkan bra jika dalam keadaan panik seperti ini sangat membingungkan. Berbeda dengan Mahad, dia tidak memperdulikan tatapan kesal putranya, dengan pelan dia sengaja mengancing kemeja yang sudah dibuka Maya tadi.

"Ck!" Dengus Ocean melihat Papanya. Dia tahu betul apa yang Papanya lakukan di depannya. Papanya sengaja melakukan itu untuk membuatnya iri dengan kehidupan rumah tangga mereka yang selalu romantis dan penuh gairah lantas jika sampai dirinya terpancing pasti Papanya akan menyuruhnya menikah dengan Qanshana secepatnya.

"Mah?"

"Mah?"

Panggil Mahad dan Ocean secara bersamaan.

"Sebentar, Pah," ucap Maya malu-malu.

Melihat sikap malu-malu sang istri justru membuat Mahad semakin bergairah dan gemas. Maya selalu seperti ini. Malu-malu kucing. Sangat lucu!

"Aku juga memanggil Mama," batin Ocean cemburu. Ocean memutar bola matanya dengan malas. Dia benar-benar tidak dihiraukan oleh Papa dan Mamanya. Apalagi Papanya sejak tadi dia tidak lepas melihat Mamanya dengan penuh rasa cinta, sedangkan ditatap seperti itu Mamanya semakin gugup merapikan pakaiannya.

"Astaga!!" seru Ocean, gerah lama-lama diacuhkan oleh Papanya. "Papa! Mama! Aku disini. Kalian ini bukan pengantin baru, yang baru menikah satu dua bulan! Kalian sudah menikah 20 tahun lebih. Lihatlah aku, putra kalian sudah berusia 25 tahun," ucap Ocean sebal pada mereka berdua.

Hahahaha…

Itu tawa Papa yang terdengar sangat menyebalkan.

"Maafkan Mama, sayang." Maya membalik tubuhnya, "Ada apa, Oce?"

***

Salam

Busa Lin