"Saya mengadakan rapat kali ini atas kerugian yang sangat besar di alami oleh perusahaan ini. Kerugian yang sangat besar sehingga dalam 6 bulan kedepan perusahaan ini akan bangkrut." Jelasku pada mereka. Bawahan Steve memberikan salinan laporan keuangan beberapa bulan ini pada semua direksi.
"Ini, kerugian hingga dua ribu triliyun, bagaimana kau akan menjelaskan ini pada kami." ujar pria yang lebih kurus dan menggunakan kacamata, giginya terlihat tonggos.
"Bukankah seharusnya saya yang bertanya pada kalian? Sejak kalian menjadi pemilik saham di perusahaan ini, kita terus mengalami kerugian setiap bulannya."
Seorang wanita berambut pendek langsung memotong pembicaraanku, "Kalau begitu kami akan menarik semua saham 10% milik kami sekarang juga." Dewan Direksi lain juga mengangguk setuju.
Aku menggelengkan kepalaku, Dewan Direksi merasa heran. Steve bawa salinannya dan berikan masing-masing pada mereka."Ini adalah Surat Perjanjian Investasi yang telah di perbarui. Kalian sudah menandatangani ini sebelumnya, bukan?"
"Tentu saja." jawab direksi yang lain. "Perhatikan Poin ke 72 yaitu Jika Perusahaan di nyatakan akan bangkrut dalam waktu kurang dari satu tahun, Pihak kedua selaku Investor hanya akan mendapatkan 2% dari Nilai Investasi yang sebenarnya."
Aku baru membaca tentang Kontrak ini saat akan memasuki ruang rapat. Aku sangat bersyukur karena kakek telah mengubah kontrak.
Mereka semua kaget, bahkan ada beberapa dewan direksi yang meremas salinannya. Mr.Felix bahkan menyipitkan mata yang berakhir dengan hembusan nafas tak berdaya.
"Kali ini aku benar-benar tidak teliti, dasar Rubah Tua." gumam Felix yang terdengar olehku. Entah dia sengaja atau tidak.
"Aku tidak bisa menerima ini." ujar wanita berambut pendek. "Aku juga," semua orang tidak akan menyetujui hal yang akan merugikan mereka.
"Saya tau kalian tidak akan setuju, tapi kami memiliki bukti foto dan video saat kalian menandatangani Surat Perjanjian yang baru." Ucapku dengan tenang. Semua akan berjalan sesuai rencana yang ada di otak kecilku.
"Nilai saham 500 triliyun, berarti Saham kalian hanya senilai 50 triliyun, 2% dari itu adalah 1 Triliyun dan masih harus di bagi 10 orang, jadi masing-masing kalian hanya mendapat 100 milyar. Kerugiannya sangat besar."
"Sial! Sial! Sial!" Si gendut menggebrak meja merasa tertipu. "Tenang lah Pak Sujiwo, Kalian bisa menuntut kami ke Ranah Hukum, tapi kami memiliki bukti bahwa kalian menandatangani Perjanjian tanpa paksaan apapun, "bujukku.
"Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya, Kakekmu penipu ulung, sifatmu juga sama," ujar wanita berambut pendek itu lagi. "Dia adalah sophia," bisik Steve.
"Ibu Sofia, dan semuanya saya tidak akan membuang banyak waktu kalian. Tidak banyak waktu yang tersisa dan perusahaan ini akan bangkrut, jadi saya akan membeli kembali saham kalian semua sesuai dengan perjanjian yang tertera terakhir kali.
"Saya tahu, ini terasa tidak adil bagi kalian, tapi lebih baik mendapatkan sedikit dari pada tidak sama sekali, lagi pula investasi memang memiliki resiko yang sangat tinggi, kan?
"Kalian juga pasti telah mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat daripada uang yang telah kalian investasikan, Saya mewakili pemilik perusahaan hanya ingin memberi kalian jalan keluar."
"Saya juga ingin mengingatkan kembali, pada poin ke 73, jika Pihak Kedua selaku Investor tidak menerima/tunduk pada pernyataan pada poin ke 72 dan menempuh jalur hukum, Pihak Kedua tidak lagi berhak atas Investasi ini dan Saham seluruhnya kembali pada Pihak Pertama selaku Pemilik Perusahaan." Aku membacakan lagi Poin Ke 73 Kontrak Perjanjian. Mereka mendengarkan dengan wajah memerah menahan marah.
Mereka tidak punya alasan lain lagi selain menjual saham kepada perusahaan. Tidak butuh waktu lama mereka pun menandatangani Perjanjian untuk menjual saham kepada Perusahaan dengan di dampingi oleh pengacaranya masing-masing.
Setelah itu, mereka langsung keluar dari ruangan tanpa pamit dan mengejek Felix. "Heh, haruskah kita menghormati rubah kecil ini?" Mr.Felix tidak menjawab. Dia menunggu orang lain keluar ruangan dan mendekatiku.
"Ide Kakekmu memang cemerlang, tapi bisakah kau mengeluarkan uang setelah kerugian ini? Jika dalam waktu satu minggu uang tidak masuk ke rekening perusahaan siap-siap Mckill akan memburumu."
Ucapan Felix lembut tapi ada ancaman di dalamnya. "Tentu saja." Aku hanya tersenyum, dia memiliki ekspresi datar yang sulit untuk di artikan. Dia pun pergi dari ruangan menyisakan aku, Steve, Jossef dan Dirut.
"Hahhhhhh!" Aku menghembuskan nafas panjang. Keringat dingin mengalir di punggungku, aku sangat tertekan harus menghadapi 11 orang tadi terutama Felix yang karakternya sangat sulit di tebak.
"Kerja bagus, nona." Steve memberikanku jempolnya begitu juga Jossef dan aku hanya tertawa melihat kekonyolan mereka. Mungkin mereka berusaha untuk menghiburku agar tidak tegang.
Drttttt!
Drttttt!
Panggilan masuk dari Jonathan. "Hallo kak, aku dan ibu akan kembali ke Mansion, ibu bilang ingin memasakkanku makanan dan juga membawa beberapa baju ibu dan Kakek," ucap Jonathan di telepon.
"Baiklah hati-hati di jalan,"ucapku. "Ahh, bagaimana kak apa masalah di kantor sudah selesai, kalau sudah kakak harus pulang kerumah biar kita bisa makan masakan ibu bersama-sama!" Ujar Jonathan antusias.
Suara Jonathan sudah kembali seceria sebelumnya, aku tau meski dia sedih tapi dia berusaha seceria sebelumnya demi menyenangkan ibu. "Baik, baik."
Aku memutuskan untuk kembali membaca beberapa laporan keuangan. Tapi pikiranku selalu mengarah pada Ibu dan Jonathan, sepertinya aku merindukan mereka. Aku melihat foto ibu yang sangat besar di ruangan Kakek.
Kakek pasti sangat menyayangi ibu sehingga foto ibu di pajang di sini. Aku menyentuh foto ibu tapi tiba-tiba bingkainya jatuh.
Prank!!!
Aku berusaha untuk mundur tapi serpihan kaca melukai kakiku. Beberapa Bodyguard masuk dan memeriksa keadaanku.
"Nona, apa yang terjadi, apa Nona baik-baik saja?" Seorang Bodyguard masuk dengan cepat dan terlihat khawatir. "Haha, aku tidak apa-apa, tolong bereskan ini aku menjatuhkannya!"
"Baik Nona." Dua orang Bodyguard menyingkirkan Bingkai foto ibu dan beberapa karyawan masuk untuk membersihkan serpihan kacanya.
Entah kenapa perasaanku tidak enak, aku memanggil Steve dan Jossef untuk kembali ke mansion. Jossef juga membawa Bodyguard yang sama seperti sebelumnya.
Di dalam mobil aku berusaha menelepon Jonathan, dia tidak mengangkat teleponku. Aku juga menelepon Ibu dan Bik Inah tapi tidak di angkat. Aku menelepon Mansion juga tidak di angkat.
Steve dan aku saling pandang. "Nona sepertinya ada yang tidak beres, kita harus segera kembali ke Mansion!"
Aku semakin cemas, ada apa dengan Ibu, Jonathan dan yang lainnya? Aku sangat takut terjadi hal yang buruk pada mereka. "Lebih cepat lagi!" Perintahku pada supir dengan suara yang sangat panik.
Kami tiba di Mansion. Pagar Mansion masih tertutup rapat. Bodyguard turun dari mobil dan membuka Pintu Pagar yang seharusnya bisa di buka otomatis dari dalam.
Setelah masuk ke pintu utama. Kami melihat mayat bergelimpangan. Semua Bodyguard mati, semua pelayan yang ada mati. Bodyguard yang lain pun waspada dan mengeluarkan senjata. Aku menerima Pistol dari Steve untuk berjaga-jaga.
Para Bodyguard berkeliling dan memastikan bahwa tidak ada penyusup lagi. Steve pun telah memanggil polisi. Aku histeris mencari ibu dan Jonathan.
"Ibu… Jonathan… dimana kalian?" aku berlari menyusuri tiap lorong rumah dan memasuki tiap kamar. Steve mengejarku dari belakang. "Nona ayo kita ke suatu tempat, mungkin Nyonya dan Tuan Muda sedang berada di sana." Tanpa berpikir lagi aku segera mengikuti Steve.