webnovel

Bagian 1%

Membuka mata di pagi hari itu memang berat, terlebih lagi jika itu hari senin. Sangattttt.. sangat berat untuk membuka kedua mata.

Sama seperti laki-laki ini, yang kini harus berat hati membuka kedua matanya karena geduran pintu kamarnya yang sedari tadi terus terdengar.

Tok tok tok

"Elvano mahendra.. Bangun nak."

Tok tok tok

"Nanti kamu terlambat."

Tok tok tok

"Elvano.. Ayo cepat bangun."

Elvano mengerang kesal, pusing mendengar geduran pintu dan teriakan mamanya yang sangat nyaring itu. Ia pun bangkit dari zona nyamannya.

"Iya ya aku udah bangun ma, jangan teriak kayak gitu ini masih pagi."

Kata Elvano.

"Ya udah cepat bersiap dan sarapan bersama. Jangan tidur lagi!"

Elvano hanya terdiam duduk di kasurnya, memandang lurus ke depan dengan sebelah mata yang terbuka. Dan sesekali menguap malas.

Tok tok tok

"Elvano.. Ini udah jam 7. Nanti kamu terlambat, jangan tidur lagi! Cepat mandi dan bersiap. Ayah juga sudah menunggu untuk sarapan bersama."

"Iya ma.."

"Bawel banget, udah tua juga."

Kata Elvano pelan. Ia beranjak dari duduknya menuju kamar mandi.

20 menit kemudian

Elvano kini telah rapih dengan memakai seragam sekolahnya. Setelah memasukan semua keperluan sekolahnya ke dalam tas, ia menyusul ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya.

Elvano Pov~

"Selamat pagi, yah.."

Sapa gue pada ayah yang tengah membaca koran harian.

"Pagi nak."

Balasnya.

Gue pun melihat ke arah meja makan dan seketika selera makan gue langsung hilang, ketika melihat menu sarapan pagi hari ini yang dipenuhi oleh segala macam olahan sayuran.

Yaa, gue memang enggak suka dengan sayur. Bahkan membenci nya. Tapi entah kenapa, setiap hari selalu saja ada menu olahan itu.

"Enggak ada yang lain lagi selain ini?"

Tanya gue.

Ayah menutup korannya dan meletakkan di sampingnya.

"Enggak ada."

"Ayolah yah.. Aku nggak suka dengan sayur, kenapa selalu dibuatkan ini."

Keluh gue.

"Ayah yang memintanya pada mamahmu. Jadi jangan membantah dan segera duduk di tempatmu."

"Tapi yah—"

"Sarapan dengan sayur sangat baik nak untuk membantu aktivitas tubuh kita."

Gue pun menoleh pada suara yang memotong ucapan gue tadi dan mendapati mamah ah-- lebih tepatnya mamah tiri gue, yang sedang berjalan ke arah meja makan sambil membawa sepiring buah semangka.

Ohya! Gue adalah anak tunggal dari pasangan Radhika Mahendra dan Maulidya Putri. Namun, mereka bercerai saat umur gue 5 tahun. Bisa dibilang gue anak Broken Home saat itu.

Gue pun tinggal bersama ayah. Saat umur gue 10 tahun, ayah memutuskan untuk menikah lagi dengan Adelia Sari. Dia janda beranak satu. Lengkap sudah bukan duda dengan janda.

"Yang di bilang mamahmu benar. Sarapan dengan sayuran dapat membantu tubuh kita saat beraktivitas agar tidak cepat mudah lelah. Makanya ayah meminta mamahmu ini untuk membuatkannya"

Kata ayah.

Gue hanya bisa berdehem pelan, lalu setelah itu duduk di tempat gue.

"Kenapa dia?"

Dia adalah Salma Annisa, kakak tiri gue. Gue biasa memanggilnya kak Elma. Umurnya selisih hanya 1 tahun aja sama gue.

Dan kita berdua bersekolah di satu sekolah yang sama, di SMA Bakti Harapan. Dia berada di kelas 3, sedangkan aku berada di kelas 2.

"Oh,, karena sarapan dengan sayur"

Kata kak Elma dan langsung duduk di sebelah gue.

"Dasar lemah"

Ledeknya.

"Hmm.."

"Sayur buatan mamah enak kok."

"Enggak enak."

"Enak! Kamu nya aja yang belum pernah coba. Ini aaa..."

Kata kak Elma yang sedikit memaksa.

"Apaan sih! Jangan maksa. Kalau aku enggak suka ya enggak suka!"

Kata gue dengan sedikit keras, dan gue lihat kak Elma sedikit terkejut.

"Elvano! Kenapa kamu berbicara keras dengan kakakmu sendiri"

Kata ayah dengan nada tinggi.

"Sudah, sudah.. Elvano, kalau kamu enggak mau sarapan dengan sayur mamah buatkan nasi gore—"

"Enggak perlu"

Kata gue memotong ucapan mamah.

"Aku akan berangkat ke sekolah sekarang"

Lanjut gue.

"Tapi kamu belum sarapan."

Kata mamah.

"Aku bisa sarapan di sekolah"

Gue pun langsung bergegas pergi menuju sekolah.

Elvano Pov end~

Skip~~

SMA Bakti Harapan.

"Kenapa lo? Pagi-pagi udah nekuk wajah aja"

Tanya Bimo.

Elvano hanya membalasnya dengan menggelengkan kepalanya.

"Sakit lo ya?"

Lagi, Elvano hanya membalasnya dengan menggelengkan kepalanya.

"Oh.. Gue tau! Jangan bilang lo kena penyakit gagu."

Sontak Elvano pun menoleh ke Bimo dan menatap sebal sahabatnya itu.

"Sahabat macam apa lo?, ngatain sahabatnya sendiri kayak gitu."

"Makanya kalau di tanya itu jawab, jangan cuma gelengin kepala aja"

Kata Bimo sambil terkekeh.

Elvano memutar bola matanya dengan malas.

"Ayo ke kantin. Gue laper, enggak sarapan tadi."

"Sarapannya sayuran semua ya? Jadinya lo enggak sarapan, hahaha.. Sukurin.."

"Ck! Kalau lo masih mau ngeledek, gue tinggal lo."

"Iya ya.. Yaudah ayo!"

Mereka pun melangkahkan kakinya menuju kantin, melewati koridor kelas yang sudah ramai sambil sesekali Bimo menggoda adik kelas maupun kakak kelas wanita.

Bruukkk..

Tanpa sengaja Elvano menabrak seseorang di hadapannya.

"Eh? Maaf ya, saya enggak sengaja."

Kata Elvano sambil memungut barang-barang orang itu yang terjatuh.

"Astaga! Elvano, lo kenapa bisa nabrak cewe sih? Kan jadi kasihan?, kamu enggak apa apa?"

Tanya Bimo pada orang itu.

Mendengar itu, Elvano langsung memutar bola mata nya malas.

"Iya enggak apa apa kok"

Kata orang itu sambil tersenyum.

"Bagus deh.. Kalau boleh tau, nama kamu siap—"

"Kamu beneran enggak apa apa kan? Kalau begitu kita berdua duluan ya. Sekali lagi maaf"

Kata Elvano cepat.

Setelah itu, Elvano merangkul dan menarik leher Bimo untuk segera pergi meninggalkan orang itu yang kini sedang menatap heran mereka berdua.

"Lo itu sahabat yang enggak pengertian, no. Lo kan liat sendiri gue tadi lagi pdkt sama dia"

Kata Bimo sambil melepas paksa rangkulan tangan Elvano.

"Ya, maaf.."

Bimo berhenti dan langsung melebarkan mulutnya setelah mendengar penuturan yang keluar dari mulut sahabatnya itu.

"Cuma maaf doang?"

"Ya terus gue harus apa?"

Kata Elvano sambil terus berjalan.

"Sabar banget gue punya sahabat kayak lo."

Tbc